pembebanan biayanya dibebankan pada service charge yaitu sebesar 2 namun biaya tersebut tetap dianggarkan untuk kebutuhan antisipasi atau
berjaga-jaga jika suatu saat biaya training kurang dari yang ada pada service charge. Dalam hal ini, sebaiknya perusahaan tidak menganggarkan biaya
training terlalu besar sehingga kelebihan dari biaya tersebut dapat dialokasikan pada kebutuhan biaya lain yang lebih penting. Sedangkan pada
Departemen Marketing terjadi selisih anggaran yang signifikan dan bersifat unfavorable yaitu sebesar -79,47 dan selisih Rp 395.142.460. Sebagian
besar dari pengganggaran biaya-biaya pada departemen tersebut mempunyai selisih anggaran yang merugikan dengan jumlah selisih yang signifikan
pula. Secara lebih detail, mengenai hasil analisis varians terhadap masing- masing pusat pertanggungjawaban pada Hotel Permata Krakatau dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 22. Hasil Analisis Varians Anggaran Operasional dan Realisasinya berdasarkan Pusat Pertanggungjawaban
Tahun Pusat
pertanggungjawaban Anggaran
Realisasi Analisis
Varians Selisih
Anggaran FU
2006
Dept. Resident Manager,
Maintenance, Food and Beverage, dan Room
3.921.092.000 4.100.785.759
-179.693.759 -4,58
unfavorable Dept. Purchasing dan
SDM 249.872.000
63.052.861 186.819.139
74,77 favorable
Dept. Marketing 386.655.000
375.610.127 11.044.873
2,86 favorable
2007
Dept. Resident Manager,
Maintenance, Food and Beverage, dan Room
4.824.470.000 4.186.456.499
638.013.501 13,22
favorable Dept. Purchasing dan
SDM 61.771.000
159.862.389 -98.091.389
-158,8 unfavorable
Dept. Marketing 519.565.000
523.543.431 -3.978.431
-0,77 unfavorable
2008
Dept. Resident Manager,
Maintenance, Food and Beverage, dan Room
5.333.927.000 6.038.504.440
-704.577.440 -13,21
unfavorable Dept. Purchasing dan
SDM 378.733.000
126.801.020 251.931.980
66,52 favorable
Dept. Marketing 497.205.000
892.347.460 -395.142.460
-79,47 unfavorable
Berdasarkan analisis varians tesebut, maka dapat diketahui kinerja dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban departemen pada Hotel Permata
Krakatau dalam penggunaan biaya-biayanya yang digunakan untuk kegiatan operasional maupun dari sisi pengganggaran yang sudah dijalankan selama
ini sudah layak atau tidak. Kinerja dari setiap pusat pertanggungjawaban tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Departemen Resident Manager, Maintenance, Food and Beverage,
dan Room
Pada tahun 2006, departemen ini mengalami kekurangan anggaran. Hal ini terlihat dari selisih anggaran yang bersifat merugikan
unfavorable. Hal ini disebabkan pada saat penyusunan anggaran, hanya mengacu pada data historis tahun sebelumnya dan pada anggaran
biaya training sebaiknya dianggarkan tidak terlalu besar jumlahnya karena sudah termasuk ke dalam dana service charge. Jika untuk
keperluan antisipasi maka dianggarkan sesuai dengan kebutuhan training yang akan dilakukan, sehingga biaya training tersebut dapat
dialokasikan untuk biaya-biaya lain yang lebih mendesak dan diperlukan. Selanjutnya pada tahun 2007, mengalami selisih anggaran
yang bersifat favorable sebesar 13,22. Hal ini disebabkan sebagian besar pengganggaran berpedoman pada data historis tahun sebelumnya
dan tidak menyesuaikan dengan rencana program yang akan dijalankan sehingga tidak terjadi kelebihan penganggaran. Ketika tahun 2008,
terjadi selisih anggaran yang bersifat merugikan dengan persentase sebesar -13,21. Hal ini dikarenakan pada saat penganggaran,
departemen kurang tepat dalam mengidentifikasi informasi-informasi yang berkaitan dalam proses penyusunan anggaran.
Kinerja pada departemen ini dikatakan sudah optimal dalam penggunaan biaya-biaya namun dari segi penganggaran masih sering
terjadi kelebihan maupun kekurangan anggaran. Oleh sebab itu, sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan rencana program ke depan
sehingga akan diketahui biaya-biaya yang dibutuhkan untuk periode selanjutnya sehingga dapat ditekan penganggaran biaya yang terlalu
berlebihan dan dianggarkan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan rencana program yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Departemen Purchasing dan SDM
Pada tahun 2006, terjadi selisih anggaran yang bersifat
favorable dengan persentase sebesar 66,52. Dalam hal ini
departemen tersebut belum secara optimal dalam penggunaan biaya-biayanya sesuai dengan yang dianggarkan sebelumnya.
Tahun 2007, departemen tersebut mengalami kekurangan biaya karena biaya yang dianggarkan sebelumnya hanya berdasarkan
pada data historis mengenai realisasi dari biaya tersebut dan tidak memperhatikan kebutuhan biaya sesuai dengan rencana program
yang akan dijalankan. Kemudian pada tahun 2008, departemen ini mengalami kelebihan anggaran. Hal ini disebabkan karena pada
saat penganggaran tidak diperhatikan rencana program ke depan sehingga mempunyai selisih anggaran signifikan.
c. Departemen
Marketing
Tahun 2006, departemen ini belum optimal dalam penggunaan biaya-biayanya sehingga terjadi selisih anggaran yang
menguntungkan favorable dan besar selisih yang signifikan. Pada tahun 2007, hampir seluruh komponen dari biaya tersebut
menghasilkan selisih anggaran yang signifikan. Hal ini disebabkan kurangnya biaya yang dianggarkan akibat kurang memperhatikan
informasi-informasi atau faktor-faktor yang terkait dalam penyusunan anggaran. Begitu pula pada tahun 2008 juga terjadi
kekurangan biaya pemasaran. Hal ini dikarenakan penganggaran yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan rencana program
promosi maupun kegiatan pemasaran lainnya yang akan dilakukan di masa mendatang.
4.6. Kinerja pada Hotel Permata Krakatau dikaitkan dengan Selisih
Anggaran Operasional
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
Mulyadi, 2001. Menurut Glueck dalam Irwan 2003, kinerja perusahaan perlu dinyatakan dalam tolok ukur yang spesifik, dianalisis, dan
diinterpretasikan ke dalam kriteria-kriteria relevan dalam upaya menerjemahkan faktor-faktor keberhasilan ke dalam kriteria prestasi yang
dapat diukur. Anggaran berfungsi sebagai alat penilaian kinerja. Untuk menyusun
anggaran untuk periode selanjutnya, perusahaan senantiasa menggunakan data historis atas pencapaian kinerja yang telah dicapai pada periode
sebelumnya. Hal ini dilakukan agar tercapainya efisiensi dan efektivitas dalam bekerja pada masa yang akan datang. Selain itu, anggaran yang telah
disusun dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengukur pencapaian kinerja suatu perusahaan. Dalam hal ini, untuk mengetahui apakah kinerja
hotel sudah baik atau belum dan untuk mengetahui apakah selisih anggaran yang terjadi antara anggaran dan realisasi masih dalam batas pengendalian
manajemen atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis terhadap selisih anggaran anggaran operasional yang terjadi.
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan dengan menggunakan teori-teori yang ada
hubungannya relevan dengan masalah penelitian dan belum berdasarkan fakta serta dukungan data yang nyata di lapangan. Pada penelitian kali ini
dilakukan uji hipotesis yaitu uji-t pada selisih anggaran yang terjadi antara anggaran operasional Hotel Permata Krakatau dan realisasinya. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui selisih anggaran yang terjadi masih dalam batas pengendalian atau tidak dan kaitannya dengan kinerja pada Hotel Permata
Krakatau. Pengujian ini dilakukan sebagai tindak lanjut fungsi manajemen dari anggaran yaitu fungsinya sebagai pengawasan atau pengendalian
controlling. Uji-t dilakukan pada komponen pendapatan, biaya variabel, biaya tetap langsung, biaya usaha dan pemasaran, pendapatan lain-lain dan
biaya lain-lain serta laba bersih. Hasil dari uji-t pada selisih anggaran anggaran dan realisasi adalah sebagai berikut: