3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SINGKONG
1.
Botani Singkong
Singkong  yang  juga  dikenal  sebagai  ketela  pohon  berasal  dari  Brazilia.  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa singkong berasal dari jenis
tumbuhan liar Manihot flabelifolia Allem 2002. Dalam sistematika tumbuhan, singkong termasuk  ke  dalam  kelas  Dicotyledoneae.  Singkong  berada  dalam  famili  Euphorbiaceae
yang  mempunyai  sekitar  7200  spesies,  beberapa  diantaranya  adalah  tanaman  yang mempunyai nilai komersial, seperti karet Hevea brasiliensis, jarak Ricinus comunis dan
Jatropha  curcas,
umbi-umbian  Manihot  spp,  dan  tanaman  hias  Euphorbia  spp. Klasifikasi tanaman singkong adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin
Singkong  memiliki  batang  yang  berkayu,  beruas-ruas  dengan  ketinggian mencapai  lebih  dari  3  cm.  Warna  batang  bervariasi,  ketika  masih  muda  umumnya
berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu atau hijau kelabu. Batang berlubang, berisi empulur berwarna putih, lunak, dengan struktur seperti gabus Suprapti
2005.
Daun  singkong  terdiri  dari  helai  daun  dan  tangkai  daun.  Susunan  daunnya berurat  menjari  dengan  cangap  5-9  helai.  Daun  singkong,  terutama  yang  masih  muda
mengandung  racun  sianida  namun  dapat  dimanfaatkan  sebagai  sayuran  dan  dapat menetralisir rasa pahit sayuran lain, misalnya daun pepaya dan kenikir Suprapti 2005.
Singkong  memiliki  bunga  berumah  satu  dengan  penyerbukan  silang  sehingga jarang  berbuah.  Umbi  singkong  yang  terbentuk  merupakan  akar  yang  menggelembung
dan  berfungsi  sebagai  tempat  penampung  makanan  cadangan.  Bentuk  umbi  biasanya bulat memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis berwarna kecoklatan, kulit dalam yang agak
tebal  berwarna  keputihan,  dan  daging  berwarna  putih  atau  kuning  tergantung varietasnya yang mengandung sianida dengan kadar berbeda.
2. Budidaya Singkong
Singkong telah dikenal baik oleh para petani di Pulau Jawa, Sumatra, dan pulau- pulau  lainnya  di  Indonesia  sebagai  tanaman  yang  pembudidayaannya  mudah.  Singkong
dapat  hidup  di  tanah  yang  relatif  tidak  subur,  tidak  memerlukan  banyak  pupuk  ataupun pestisida, serta dapat menghasilkan minimal 7-9 ton per hektar Djuwardi 2009.
Mengenai  penanamannya,  sistem  tanam  daerah  yang  satu  dengan  daerah  yang lainnya  bisa  saja  berbeda  karena  faktor  geografisnya,  tetapi  dalam  hal  pola  tanam  dan
pola panen pada umumnya sama, yaitu berdasarkan iklim Djuwardi 2009. Berdasarkan  daya  adaptasinya,  singkong  mampu  bertahan  hidup  secara  meluas
di  daerah-daerah  yang  cukup  ekstrim  dan  umumnya  beriklim  tropis  seperti  Indonesia. Singkong merupakan jenis tanaman yang fleksibel karena dapat tumbuh dan berproduksi
di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, mulai dari ketinggian 10-1500 m di atas
4 permukaan  laut.  Selain  itu,  singkong  juga  sangat  cocok  dikembangkan  di  lahan-lahan
marginal,  kurang  subur,  dan  miskin  air  Tim  Nasional  Pengembangan  Bahan  Bakar Nabati untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran 2008.
Menurut Kusdiarjo 2002, umur panen singkong dibagi menjadi dua kelompok yaitu  genjah  6-8  bulan  dan  dalam  8-12  bulan.  Kriteria  utama  umur  panen  ubi  kayu
adalah  kadar  pati  optimal,  yakni  pada  saat  tanaman  berumur  7-9  bulan  yang  ditandai dengan  pertumbuhan  daun  mulai  berkurang,  warna  daun  mulai  agak  menguning,  dan
banyak daun yang rontok.
3. Komposisi Kimia Tanaman Singkong
Pemanfaatan  singkong  dikelompokkan  menjadi  dua  kelompok,  yaitu  sebagai bahan baku tepung tapioka atau gaplek dan sebagai pangan langsung. Singkong sebagai
pangan  langsung  harus  memenuhi  syarat  utama,  yaitu  tidak  mengandung  racun  HCN  di atas  50  mgkg  bahan.  Sementara  itu,  umbi  singkong  untuk  bahan  baku  industri  tidak
disyaratkan adanya kandungan protein maupun ambang batas HCN, tapi yang diutamakan adalah kandungan karbohidrat yang tinggi.
Tabel 1. Komposisi kimia singkong per 100 g bahan Komponen
Singkong Putih Kalori kkal
146 Protein g
1.2 Lemak g
0.3 Karbohidrat g
34.7 Kalsium mg
33 Fosfor mg
40 Vitamin C mg
30.0 Besi mg
1.0 Thiamin mg
0.06 Vitamin A IU
0.0 Bagian yang dapat dimakan
75.0
Sumber: Departemen Kesehatan 2005
Jenis atau varietas singkong termasuk dalam kategori unggul apabila memenuhi persyaratan yaitu: hasil produksi tinggi lebih dari 30 tonha, kadar pati antara 35-40,
berumur  genjah  pendek  kurang  dari  delapan  bulan,  tahan  terhadap  serangan  hama  dan penyakit  dan  memiliki  rasa  yang  bervariasi  sesuai  kebutuhan.  Untuk  dikonsumsi  secara
langsung, digunakan singkong rasa manis, sedangkan untuk keperluan industri digunakan singkong rasa pahit Suprapti 2005.
4. Potensi Singkong