24 sampai  halus.  Kacang  yang  telah  dihancurkan  lalu  disaring  airnya  menggunakan  kain
saring  hingga  kadar  airnya  mencapai  67.23.  Hal  ini  bertujuan  mempermudah  dalam proses  pembutiran.  Pada  pembuatan  hancuran  kacang  merah  segar  diperoleh  rendemen
sebesar 88.
B. METODE PEMBUATAN BERAS ARUK
Penelitian utama yaitu membuat beras aruk yang disubstitusi dengan kacang merah. Bahan  baku  yang  digunakan  yaitu  singkong  yang  telah  dihancurkan,  tepung  kacang  merah,
dan hancuran kacang merah segar yang telah dibuat sebelumnya. Pembuatan  beras  aruk  substitusi  kacang  merah  dibagi  menjadi  dua  bagian  yaitu
pencampuran menggunakan tepung kacang merah dan menggunakan hancuran kacang merah segar.  Rasio  pencampuran  hancuran  singkong  segar  baik  dengan  tepung  kacang  merah
ataupun hancuran singkong segar masing-masing yaitu 100, 95:5, 90:10, 85:15. Proses  pembuatan  beras  aruk  substitusi  kacang  merah  diawali  dengan  mengambil
hancuran  singkong  yang  telah  dibuat  sebelumnya,  lalu  hancuran  singkong  tersebut  diperas dengan  kain  saring  untuk  mengurangi  kadar  airnya  hingga  kadar  airnya  mencapai  64.21.
Pengurangan  air  bertujuan  mencegah  lengketnya  bahan  yang  akan  menghambat  proses penghabluran dan pembutiran yang nantinya akan mengurangi rendemen. Hancuran singkong
tersebut  dicampur  dengan  tepung  atau  hancuran  kacang  merah  segar  sesuai  formulasi  yang telah ditentukan.
Proses  selanjutnya  adalah  penghabluran  menggunakan  ayakan  8  mesh.  Menurut Santoso 2012, penghabluran adalah proses perubahan ukuran dan perubahan bentuk, tanpa
adanya perubahan kimia. Tujuan dari proses penghabluran adalah menghancurkan campuran adonan  hancuran  singkong  basah  dan  tepung  kacang  merah  atau  hancuran  kacang  merah
segar yang menggumpal. Penghabluran dilakukan dengan meremas dan menggesekkannya di atas ayakan.
Tahap  selanjutnya  adalah  pembutiran  beras  aruk.  Hasil  proses  penghabluran ditampung  di  atas  tikar  pandan  lalu  dibuat  butiran  dengan  memutar-mutar  menggunakan
tangan  di  atas  campuran  singkong  dan  kacang  tersebut.  Tahap  ini  dilakukan  terus  menerus hingga  diperoleh  butiran  nasi  yang  seragam  dengan  ukuran  8  mesh  Lampiran  1.  Butiran
yang  lebih  kecil  atau  lebih  besar  dari  8  mesh  dihablurkan  lagi  dan  kemudian  dilakukan pembutiran  ulang  hingga  mencapai  8  mesh.  Butiran  yang  telah  terbentuk  disangrai  agar
bagian  luarnya  tergelatinisasi  dan  butiran  beras  menjadi  lebih  kuat.  Setelah  itu  butiran dikeringkan untuk menurunkan kadar airnya di bawah 12 agar masa simpannya lebih lama.
Butiran  disangrai  menggunakan  wajan  pemasak  pada  suhu  45-50 °
C  selama  6-7 menit. Suhu dan waktu penyangraian harus diperhatikan, jika suhu dan waktu penyangraian
kurang  dari  suhu  dan  waktu  yang  ditentukan  maka  lapisan  terluar  dari  butir  beras  tidak tergelatinisasi  sempurna  yang  mengakibatkan  bagian  dalam  butir  beras  tidak  terlindungi
sehingga beras akan hancur pada saat pemasakan. Jika suhu dan waktu lebih tinggi dari suhu dan  waktu  yang  ditentukan  maka  butiran  beras  menjadi  terlalu  kering  dan  gosong.  Hal  ini
menyebabkan beras akan hancur pada saat pemasakan.
C. METODE PEMASAKAN BERAS ARUK