40
~Seperdelapan Istri bersama anak atau cucu dari anak laki-laki.
~Seperdelapan Istri bersama anak atau cucu dari anak laki-laki.
~Sepertiga Ibu tanpa ada anak, saudari seibu 2 orang atau lebih.
~Duapertiga Anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudari seayah
ibu, saudari seayah. ~Seperenam
Ibu bersama anak atau cucu dari anak laki-laki, nenek, saudari seayah bersama saudari seayah ibu, ayah bersama anak atau cucu dari anak
laki-laki, kakek.
Sumber: Hukum waris pembagian harta warisan,wikepedia: diakses16 Juni 2016
2.6 Hukum Adat Masyarakat Batak Toba Terhadap Tanah Warisan
Adat sangat berhubungan erat dengan aturan-aturan mengenai hubungan dalam kehidupan bersama yang di dasari oleh sifat otoritas penguasa adat yang
berkaitan dengan pemerintah tradisional. Di dalam kebudayaan batak, ada gagasan yang harus diikuti dalam kewarisan yang dibedakan atas dasar pembagian hak atas
harta peninggalan dari orang yang meninggal. Masyarakat Batak Toba di kuasai oleh struktur kekerabatan yang bersifat patrineal. Ikatan itu dianggap sangat penting yang
ditekankan melalui upacara adat yang selalu menjadikan kelompok sebagai tanda adanya hubungan dalam kehidupan sehari-hari J.C.Vergouwen: Masyarakat dan
Universitas Sumatera Utara
41
Hukum Adat Batak Toba. Pembebasan tanah tidak hanya untuk sektor publik tetapi juga sektor swasta yang membutuhkan kapasitas dan prosedur untuk mencapai hasil
atas kepentingan umum karena atas dasar sebagai badan hukum. Hubungan tanah dengan manusia dianggap pertalian hukum melalui penggunaan atas hak-hak
tersebut.
Hukum Waris Adat dikenal adanya subyek waris dan obyek waris Sugangga 1992:5-6. Subyek waris yang terdiri dari pewaris yaitu orang atau seseorang yang
menyerahkan atau rneninggalkan warisan dan ahli waris. Sedangkan obyek waris dalam hukum adat dapat berbentuk harta kekayaan atau harta peninggalan yang tidak
merupakan satu kebulatan yang homogen yang diwariskan dengan cara yang sama. Pada prinsipnya obyek hukum waris adat adalah harta kekayaan keluarga yang dapat
berupa, 1 harta suami atau isteri yang merupakan hibah atau pemberian kerabat yang dibawa ke dalam keluarga, 2 usaha suami dan isteri yangdiperoleh sebelum
dan sesudah perkawinan, 3 harta yang merupakan hadiah kepada suami isteri pada waktu perkawinan, 4 harta yangmerupakan usaha suami dan isteri dalam masa
perkawinan.
2.7 Fungsi Sosial Tanah Warisan Bagi Masyarakat Batak Toba
Secara umum, fungsi tanah dalam masyarakat memiliki hak atas tanah apapun pada seseorang yang menggunakannya tidak semata-mata untuk kepentingan
pribadi, terlebih untuk kepentingan di masyarakat. Penggunaan tanah warisan harus di sesuaikan sesuai dengan keadaannya dan sifat daripada haknya sehingga
bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Fungsi sosial atas kepentingan tanah warisan dipandang sebagai suatu langkah awal untuk meningkatkan kesejateraan
Universitas Sumatera Utara
42
rakyat atau masyarakat itu sendiri yang di pandang pemegang atas hak atas tanah itu sendiri. Maka tanah merupakan hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat
yang ditempuh agar keperluan akan tanah terpenuhi baik dikuasai hukum adat maupun hak yang melekat diatasnya.
Jika melihat studi dan penelitian yang dilakukan mengenai nilai tanah, Subaharianto dkk 2004:69-84 mengelompokkan fungsi tanah menjadi tiga kategori:
Pertama, yaitu kaitan tanah dengan leluhur. Tanah mempunyai keterikatan yang erat dengan leluhurnya, karena tanah tersebut merupakan
warisantitipanamanah yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Sehingga anak-anaknya berkewajiban untuk menjaga tanah warisan tersebut
dan diwariskan kepada anak cucunya di kemudian hari. Kedua, kaitan tanah dengan makam. Hubungan antara tanah dengan
makam bagi masyarakat sangat erat kaitannya. Dalam kaitan antara tanah dengan leluhur sebelumnya disebutkan bahwa leluhur akan terus mengawasi
keluarga serta tanah yang menjadi warisannya. Maka dalam kaitannya antara tanah dengan makam bahwa tanah keluarga dalam beberapa keluarga tertentu
dijadikan makam keluarga sendiri, hal ini dilakukan tentunya karena alasan tertentu yaitu agar leluhur yang telah meninggal tersebut dapat kembali
menjadi tanah dan menyatu dengan tanah yang ditinggalkannya kepada anak cucunya.
Ketiga, Kaitan tanah dengan kekerabatan. Sistem kekerabatan masyarakat dapat dilihat dari bentuk pola pemukiman keluarga dalam satu
bidang tanah yang panjang, Kekerabatan yang kuat antar anggota keluarga yang berkaitan dengan tanah warisan masyarakat juga diperlihatkan oleh sikap
Universitas Sumatera Utara
43
anggota laki-laki yang menerima begitu saja keputusan orang tua yang tidak memberi mereka tanah pekarangan dan rumah, sehingga mereka akan keluar
dari keluarga tersebut setelah menikah.
2.8 SistemKekerabatan Dalam PembagianHartaWaris