Bentuk-Bentuk Penyelesaian Konflik Harta Warisan

72 2. Sebagai penasehat kepada pihak bersengketa 3. Peranan kepala desa Pada hakikatnya, kasus pertanahan didasari karena adanya kepentingan antar individu maupun kelompok yang memiliki responreaksi terhadap penyelesaian konflik yang berkepentingan antar masyarakat maupun keluarga yang bersangkutan. Dalam proses ini bermula pada pengaduan pemegang lahan atas ketidaknyamanan pada tuntutan hak tanah, baik terhadap status tanah, prioritas, maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

4.6 Bentuk-Bentuk Penyelesaian Konflik Harta Warisan

Tanah warisan diperebutkan karena ada kepentingan dibidnag pertanahan antar individu dengan individu lainnya. Dalam hal ini konflik pertanahan diberikan respon maupun reaksi terhadap penyelesaian melalui pihak-pihak yang memiliki wewenang. Adapun solusi penyelesaian konflik tanah warisan melalui : 1 Solusi melalui BPN Konflik tanah warisan timbul karena adanya pengaduan terhadap suatu keputusan tata usaha negara dibidang pertanahan yang terjadi kerugian atas hak-hak dibidang tanah tersebut. Dengan adanya pengaduan tanah masalah kepemilikan harus diperjelas melalui kelengkapan data yang diajukan segi prosedur, kewenangan dan penerapan hukumnya, agar kepentingan masyarakat atas bidang tanah yang diadukan disimpulkan sebagai proses yang dipertemukan melalui mediator perdamaian dalam masyarakat maupun keluarga. Universitas Sumatera Utara 73 Hak tanah dalam warisan muncul karena adanya pengaduan atas ketidakadilan hak tanah yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan Tata Usaha Negara di bidang Pertanahan ditetapkan oleh pejabat di lingkungan Badan Pertahanan Nasional, dimana keputusan tersebut merugikan hak-hak mereka. 2 Solusi melalui badan peradilan Musyawarah dalam penyelesaian konflik sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang bersengketa, apabila proses tersebut tidak sepihak maka harus adanya pengaduan kepada kepala badan pertahanan nasional yang diputuskan melalui tata usaha negara sebagai konsekuensi dari penolakan keputusan antar masyarakat yang dijadikan sebagai kekuatan. Kewenangan dalam badan peradilan ini dapat memutuskan pembatalan atas suatu surat keputusan pemberian hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah. Bentuk konflik tanah warisan merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh para pihak yang bermasalah dalam strategi penyelesaian konflik. Para pihak dapat mengembangkan beberapa strategi atau alternatif dalam menyelesaikan sengketa seperti: a. Lumping it atau membiarkan saja kasus itu berlalu dan menganggap tidak perlu diperpanjang. b. Avoidance atau mengelak yaitu para pihak yang merasa dirugikan memilih untuk tidak berhubungan lagi dengan pihak yang merugikan. c. Coercion atau paksaan yaitu satu pihak memaksakan pemecahan pada pihak lain, misalnya debt collector. Universitas Sumatera Utara 74 d. Negotiation atau negosiasi yaitu dua pihak berhadapan merupakan cara pengambil keputusan. e. Mediation atau mediasi adalah campur tangan dari pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa tanpa memperdulikan bahwa kedua belah pihak yang bersengketa meminta bantuan atau tidak. f. Arbitration atau arbiterasi yaitu jika kedua belah pihak ketiga yakni arbitratorarbiter untuk menyelesaikan sengketa dan sejak semula sepakat akan menerima keputusan apapun dari arbitratos. g. Adjudication atau pengajuan sengketa ke pengadilan yaitu adanya campur tangan dari pihak ketiga pengadilan untuk menyelesaikan sengketa dan hasilnya ditaati oleh para pihak yang bersengketa. Sumber: Soni Harsono, konflik pertanahan dan upaya-upaya penyelesaiannya, studium generale disampaikan Menteri AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional pada FH-UGM, Yogyakarta, 17 Desember 1996, hal. 14-15

4.7 Kendala Atau Faktor-Faktor Penghambat Dalam Proses Penyelesaian Konflik Tanah Warisan