Renggangnya Hubungan Persaudaraan Kekuatan Pembuktian Dalam Penyelesaian Konflik Tanah Warisan

79 Eskalasi Dan Tangga Konflik 2016 Agustus sampai saat ini terjadi perang atas penuntutan tanah warisan 2015 Juli, Terjadi Pertikaian antar pihak berkonflik 2013, Ada Penuntutan 2012,Fakum Konflik dapat dipahami sebagai proses mulai yang lebih rendah yaitu pada tahun 2012 yang masih fakum hingga ke bulan agustus 2015 terjadi perang yang lebih tinggi antar pihak penuntut dengan pemegang lahan. Disini dapat dilihat bahwa jika tidak ditangani dengan baik, sebuah konflik dapat melahirkan konflik baru dengan intensitas renggangnya kekeluargaan.

4.8.3 Renggangnya Hubungan Persaudaraan

Konflik pertanahan muncul karena adanya klaim atau pengaduan dari masyarakat maupun keluarga kepada pihak pemegang lahan yang berisi kebenaran dan tuntutan terhadap suatu keputusan. Dengan adanya pengaduan untuk hak milik atas tanah warisan yang harus di bagi secara merata melalui prosedur, kewenangan danpenerapan hukum terhapat kepentingan masyarakat perorangan yang berhak Waktu Proses pembentukan konflik Peluang – peluang intervensi dan pengetahuan konflik Puncak – puncak konflik kerusuhan, duel dan perang Universitas Sumatera Utara 80 atas perlindungan yang memperhatikan pihak-pihak yang bersengketa. Dalam kehidupan iniharus adanya interaksi antar sesama baik dalam keluarga maupun masyarakat sehingga tidak memberikan kekecewaan yang bisa berakibat memutuskan renggangnya persaudaraan yang menimbulkan kebencian. Interaksi sangat mempengaruhi hubungan persaudaraan yang pada awalnya saling memperhatikan satu dengan yang lain, bahkan tidak ada keharmonisan hubungan yang ditimbulkan antar beberapa keluarga. Dalam hal ini konflik tanah warisan sangat berdampak pada keluarga yang memunculkan sifat ingin memiliki benda peninggalan yang ada di Parsaoran Ajibata. Daerah Ajibata dikenal sebagai tempat yang memiliki hubungan antar individu yang baik adanya, tetapi kedatangan konflik perebutan tanh warisan mempengaruhi pola tindakan maupun prilaku yang memunculkan sifat diri yang ingin menang sendiri tanpa memikirkan hak orang lain yang dianggap memiliki bagian yang sama.

4.8.4 Kekuatan Pembuktian Dalam Penyelesaian Konflik Tanah Warisan

Secara umum, kekuatan pembuktian dalam hal kebenaran dari suatu konflik yang terjadi mempunyai tiga macam kekuatan pembuktian, yaitu : 1. Kekuatan pembuktian formil merupakan suatu alat yang membuktikan antara para pihak bahwa mereka sudah menerang kanapa yang ditulis dalam akta tersebut. 2.Kekuatan pembuktian materiil merupakan suatu alat yang membuktikan antara para pihak, bahwa benar-benar peristiwa tersebut dalam akta itu telah terjadi. 3.Kekuatan mengikat merupakan suatu alat yang membuktikan antara para pihak dan pihak ketiga, bahwa pada tanggal tersebut dalam akta yang bersangkutan telah Universitas Sumatera Utara 81 menghadap kepada pegawai umum dan menerangkan apa yang ditulis dalam kata tersebut. Oleh karena menyangkut pihak ketiga makadisebutkanbahwa kata otentik mempunyai kekuatan pembuktian keluar sepertisertifikat.Sertifikat merupakan sebuah buku tanah dan surat hukumnya menjadi suatu bukti yang bentuknya ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Adapun kekuatan pembuktian sertifikat, terdiri dari : 1. Sistem positif, terlihat dari suatusertifikat tanah yang diberikan sebagai tanda bukti hak atas tanah yang mutlak serta merupakan satu-satunya tanda bukti hak atas tanah 2. Sistem negatif, sistem ini diartikan sebagai apa yang tercantum didalam sertifikat tanah yang dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya atau tidak benar didepan sidang pengadilan.

4.8.5 Resolusi Konflik Tanah Warisan Di Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir