BAB V PERAN SAIKONG DALAM UPACARA KEMATIAN
MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN
5.1 Keberadaan atau Eksistensi Saikong di Tengah Masyarakat Tionghoa
Di tengah masyarakat, sosok Saikong merupakan sosok yang dipandang sebagai seseorang yang sangat berwibawa dan memiliki karisma yang cukup tinggi. Sehingga
sosok ini sangat disegani dan dihormati oleh kalangan masyarakat masyarakat Tionghoa. Dalam upacara kebudayaan masyarakat Tionghoa, khususnya dalam upacara
kematian, esensi sebuah upacara baru terasa jika telah dihadiri oleh seorang Saikong. Selain itu, sosok Saikong merupakan sosok yang dipandang sebagai sosok yang
bijaksana, sehingga dipandang sebagai tempat yang tepat untuk mendiskusikan berbagai hal seputar kehidupan. Seperti seputar masalah keluarga, jodoh, pekerjaan, dan berbagai
masalah kehidupan yang lain. Berdasarkan penuturan beberapa orang masyarakat Tionghoa yang berhasil diwawancarai oleh penulis, diperoleh informasi bahwa sosok
Saikong merupakan sosok yang mampu untuk memberikan solusi yang terbaik untuk mengatasi atau menjawab berbagai masalah kehidupan. Sehingga ketika mendapat
berbagai kesulitan dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya mereka akan bertanya atau meminta saran dari seorang Saikong.
Masyarakat Tionghoa juga menilai bahwa sosok Saikong merupakan sosok yang patut diteladani. Hal ini disebabkan Saikong merupakan salah satu figur yang dianggap
memenuhi kriteria sebagai contoh atau teladan yang baik. Seperti contoh dapat diamati
Universitas Sumatera Utara
dari kehidupan Saikong yang telah berkeluarga, maka kehidupan keluarga Saikong merupakan kehidupan yang harmonis, rukun dan tenteram. Hubungan baik yang selalu
dijaga dalam kehidupan berkeluarga menyebabkan sosok Saikong merupakan sosok yang patut ditiru oleh masyarakat Tionghoa. Selain itu, hal yang patut diteladani dari
sosok Saikong menurut masyarakat Tionghoa adalah etika dalam bertindak dan bertutur yang cukup baik serta sopan santun yang selalu dijaga oleh sosok Saikong.
Sosok Saikong juga merupakan sosok yang dipandang sebagai sosok yang cukup sederhana, meski sebagian besar para Saikong merupakan orang-orang yang
berkecukupan dari segi materi. kesederhanaan seorang Saikong itu dapat dilihat dari penampilannya, cara hidupnya yang bersahaja serta cara pandang seorang Saikong
mengenai materi yang bertolak belakang dengan pandangan masyarakat Tionghoa pada umumnya.
Selain hal tersebut di atas, sosok seorang Saikong juga merupakan sosok yang cukup dipercaya. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa sosok ini merupakan sosok
yang memiliki kekuatan supranatural. Kekuatan supranatural maksudnya, sosok ini merupakan sosok yang memiliki kemampuan atau kesaktian yang luar biasa. Salah
satunya adalah mampu berkomunikasi dengan dewa. Dengan kemampuan ini, Saikong merupakan sosok yang dianggap tepat sebagai media penghubung antara dewa dan
manusia. Sehingga ketika ada permohonan atau doa –doa yang ditujukan kepada dewa,
maka masyarakat Tionghoa pada umumnya akan meminta jasa seorang Saikong.
Universitas Sumatera Utara
Sosok Saikong juga merupakan sosok yang dikagumi oleh masyarakat Tionghoa. Dikagumi karena Saikong merupakan sosok yang memiliki tugas yang cukup mulia,
serta sosok yang sangat total dalam menjalankan perannya. Seperti contoh terkadang Saikong hanya sedikit waktu yang tersisa untuk keluarga demi menunaikan tugasnya.
Selain itu, ketahanan mental dan keberanian yang luar biasa ketika setiap hari harus melayani upacara kematian merupakan salah satu hal yang membuat masyarakat
Tionghoa juga merasa kagum kepada sosok ini. Kekaguman masyarakat juga timbul karena seorang Saikong merupakan sosok yang melayani seluruh lapisan masyarakat
dengan sepenuh hati tanpa membedakan status sosial. Pendapat lain mengenai sosok Saikong adalah sosok yang memiliki pandangan
dan filosofi kehidupan yang baik. Maka jika ingin mengetahui saran-saran bagaimana menjalani kehidupan, maka ada baiknya mendatangi seorang Saikong. Menurut beberapa
pendapat masyarakat Tionghoa, Saikong itu merupakan orang yang cukup mengerti mengenai seluk beluk kehidupan dan bagaimana menjalani dengan semestinya.
Sehingga ketika
seseorang dihadapkan
pada kematian,
seseorang dapat
mempertanggungjawabkan apa yang telah ia perbuat ketika ia hidup.
Hal-hal di atas adalah berbagai pendapat atau pandangan masyarakat Tionghoa
terhadap sosok Saikong. Pada pembahasan berikut ini yang akan dipaparkan adalah mengenai syarat dan proses yang harus dilalui seseorang hingga menjadi seorang
Saikong.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, diperoleh beberapa syarat yang harus dilewati seorang calon Saikong sehingga mampu mengemban tugas menjadi
seorang Saikong. Berbagai syarat dan proses tersebut diantaranya adalah: untuk menjadi seorang Saikong diperlukan niat dan hati yang bersih karena seorang Saikong adalah
sosok yang dianggap sebagai perantara dewa dan manusia, pemimpin sembahyang dan sebagai tokoh spiritual. Ketulusan hati seorang Saikong dipercaya akan melancarkan
jalannya dalam proses belajar sehingga dapat memperoleh ilmu dengan baik. Selain itu, untuk menjadi seorang Saikong maka, seseorang terlebih dahulu harus memiliki
kemampuan membaca aksara China atau hanzi. Hal ini disebabkan mantera dan doa yang akan dilafalkan atau dibacakan oleh seorang Saikong ditulis dalam sebuah buku
yang menggunakan aksara China . Disamping itu, calon Saikong juga harus mengetahui kebudayaan Tionghoa.
Apabila syarat tersebut telah terpenuhi, maka tahap berikutnya adalah tahap menimba ilmu atau berguru. Berbeda dengan di negeri Tiongkok yang memiliki sekolah
atau semacam lembaga pendidikan Saikong, maka di Indonesia tidak ada lembaga formal khusus untuk pendidikan Saikong. Maksudnya masing-masing calon Saikong
harus mencari guru pembimbingnya sendiri. Pada umumnya calon Saikong, akan mencari seorang Saikong senior atau Saikong yang telah berpengalaman dan telah lama
menggeluti bidang tersebut. Pada awal pertemuan belajar, maka sang guru akan menanyakan kesiapan hati
sang murid untuk menekuni profesi Saikong. Menjadi seorang Saikong berarti rela
Universitas Sumatera Utara
berkorban dan mengabdi untuk masyarakat khususnya masyarakat Tionghoa. Selain dituntut harus mengorbankan waktu dan tenaga, maka seorang juga Saikong harus
memiliki mental yang cukup karena hampir setiap hari Saikong akan berurusan dengan jenazah dan upacara kematian. hali ini merupakan dua hal cukup tabu untuk dibicarakan
dan dilakoni dalam kehidupan masyarakat Tionghoa sehari-hari. Apabila sang murid dinilai telah memiliki kesiapan hati, maka sang guru pada
awalnya akan mengajari bagaimana memimpin sembahyang. Pada tahap ini sang murid akan mempelajari tahapan-tahapan upacara, makna upacara, cara membaca doa dan
mantera, kepada siapa doa-doa ditujukan, dan makna dari setiap doa yang dipanjatkan. Pada tahap ini juga sang murid akan mengetahui bagaimana membaca paritta dalam
agama Buddha dan membaca doa sesuai dengan ajaran Konghucu. Hal ini disebabkan, yang akan memakai jasa seorang Saikong nantinya pada umumnya adalah penganut
kedua ajaran ini. Agar dapat memimpin sembahyang dengan baik, maka sang murid harus
berlatih dengan keras. Prosesi sembahyang diulang dan dilatih terus menerus hingga sang murid mahir. Ketika sang murid dianggap telah mahir memimpin sembahyang,
maka dilanjutkan dengan mempelajati tahapan upacara yang lain. Selama proses belajar, maka sang murid tidak hanya belajar bersama sang guru
di tempat pelatihan. Ada saatnya sang murid harus mengikuti sang guru pergi menuju tempat persemayaman jenazah untuk melihat langsung bagaimana sang guru memimpin
upacara kematian. Diharapkan dengan semakin seringnya sang murid melihat upacara
Universitas Sumatera Utara
kematian, maka sang murid akan semakin mengerti dan memahami tahapan upacara beserta makna dari tiap tahapan upacara. Hal ini tentu akan berdampak positif bagi
perkembangan sang murid dalam proses belajar yang sedang ditekuninya. Sambil mempelajari berbagai tahapan upacara, sang murid mulai diizinkan membantu sang guru
dalam upacara kematian tersebut. Sang murid telah memahami bagaimana memimpin upacara kematian, maka,
sang guru akan mengajari sang murid bagaimana memimpin upacara yang lebih besar dan membutuhkan perhatian serta kemampuan yang lebih tinggi. Seperti contoh
mempelajari bagaimana memimpin upacara bakar rumah, upacara ulang tahun dewa, upacara peringatan 7 hari, 100 hari, 1 tahun dan 3 tahun kematian seseorang. Setelah
melewati berbagai proses belajar dan sang murid dianggap telah mampu untuk memimpin upacara, maka ia akan dipercayakan untuk memimpin upacara kematian
serta berbagai upacara lain yang tentunya membutuhkan jasa Saikong. Di Indonesia tidak ditentukan berapa lama seseorang belajar hingga mampu
menjadi Saikong yang baik. Tergantung niat, keseriusan, dan daya tangkap calon Saikong itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa Saikong di balai
persemayaman Angsapura, beberapa Saikong menuturkan lama belajar mereka berkisar antara 3 bulan hingga beberapa tahun. Berbeda dengan di Indonesia, di negeri Tiongkok
untuk menjadi seorang Saikong, seseorang sudah dididik sejak usia yang masih belia, sedangkan di Indonesia pada umumnya yang belajar adalah orang-orang yang telah
matang dan dewasa secara umur. Sehingga untuk menjadi seorang Saikong di Tiongkok
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan waktu belajar hingga puluhan tahun berbeda dengan di Indonesia yang tidak memakan waktu sebanyak itu.
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat beberapa alasan yang dituturkan mengapa seseorang memilih profesi sebagai Saikong. Alasan utama adalah karena profesi
seorang Saikong merupakan profesi yang mulia, yang bertugas melayani masyarakat dalam masalah kehidupan dan kematian. Disamping itu, dengan menjalankan profesi
tersebut membuat para Saikong semakin menyadari makna dari kehidupan yang sesungguhnya. Setiap hari mereka memiliki pertambahan pengetahuan mengenai
kehidupan. Salah satunya adalah pandangan mengenai kehidupan yang harus dijalani sebaik mungkin tidak hanya berbicara mengenai materi semata melainkan ada sisi rohani
yang harus diisi dengan hal-hal yang baik. Dengan harapan ketika umat manusia ketika manusia sampai pada batas akhir hidupnya, yaitu kematian maka manusia dapat
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan semasa hidupnya. Selain karena berbagai faktor diatas, seorang Saikong juga terkadang memilih
profesi tersebut disebabkan para pendahulunya yang juga berprofesi sama. Misalnya seseorang yang kakek atau ayahnya yang dahulu merupakan seorang Saikong, maka
profesi ini akan diteruskan oleh sang anak atau cucu.
5.2 Peran Saikong dalam Upacara Kematian Masyarakat Tionghoa