Buddha Nilai-Nilai Filosofis yang Terdapat Pada Masyarakat Tionghoa

4.1.1 Buddha

Secara historis agama Buddha mempunyai catatan-catatan sejarah yang berhubungan dengan perjuangan Bodhisatva Siddharta Gautama hingga mencapai Samma Sambuddha atau penerangan agung. Perjuangan Siddharta menyampaikan ajaran yang agung yang telah ditemukanNya adalah demi kebahagiaan semua makhluk di muka bumi, Mathar 2003:19. Ajaran Buddha tertulis pada kitab suci Tripitaka yang artinya tiga kelompok, terdiri dari; Vinaya Pitaka yaitu kelompok kitab yang memuat peraturan dan tata cara hidup biarawan biarawati, yang kedua adalah Sutta Pitaka yaitu kelompok kitab yang memuat kotbah-kotbah Buddha dan siswa-siswa terkenal, dan yang ketiga adalah Abhiddhamma Pitaka yaitu kelompok kitab yang memuat ajaran psikologi agama Buddha, Mathar 2003:19. Keyakinan terhadap pencerahan merupakan tema inti dalam ajaran Buddha. umat Buddha selalu berupaya memperoleh pencerahan batin. Upaya pencapaian pencerahan batin ini dilakukan melalui cara hidup yang melatih atau mengembangkan kebijaksanaan Panna, kesusilaan Sila, dan meditasi Samadhi. Kebijaksanaan dapat diperoleh melalui 3 cara yaitu; a mendengar, membaca, bercakap-cakap; b memikir, merenung; c bermeditasi. Kesusilaan Buddhis bermacam-macam sesuai dengan kemampuan pelaksanaan oleh umat Buddha itu sendiri. Sedangkan meditasi Buddhis adalah latihan pengembangan batin menuju ketenangan dan pencerahan, Mathar 2003:20. Universitas Sumatera Utara Menurut ajaran Buddha, manusia merupakan perpaduan jasmani dan batin. Jasmani merupakan perpaduan antara unsur padat, cair, udara, dan panas. Masing- masing unsur itu merupakan parpaduan dari bagian unsur-unsur yang lebih kecil. Batin terdiri dari perpaduan unsur kesadaran, bentuk-bentuk pemikiran, ingatan dan perasaan. Menurut agama Buddha hanya Nibbana yang bukan berupa perpaduan unsur-unsur karena Nibbana itu esa, atau tunggal. Nibbana adalah sesuatu yang tidak terlahir, tidak terjelma, tidak tercipta dan mutlak, Nibbana adalah Yang Maha Esa dalam agama Buddha, Mathar 2003:21. Umat Buddha sangat dianjurkan untuk melakukan perbuatan baik sebab benih- benih kebaikan akan membuahkan kebahagiaan hidup. Ada empat macam perbuatan baik yang diperhatikan oleh umat Buddha yaitu: berdana, melatih kesusilaan, melatih meditasi serta melakukan puja bakti kebaktian yang benar. Kehidupan manusia berlangsung dalam rangkaian proses lahir, tumbuh berkembang, meninggal dunia. Setelah meninggal dunia manusia yang belum mencapai kebebasan mutlak Nibbana akan terus berproses dalam kehidupan berikutnya sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Seseorang yang banyak berbuat baik akan menikmati kebahagiaan dalam proses kehidupan selanjutnya. Sebaliknya seseorang yang banyak berbuat jahat akan mengalami penderitaan dalam proses kehidupan selanjutnya. Demikianlah hidup berulang kali berproses sesuai dengan benih-benih perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan. Proses yang berkesinambungan itu dinamakan tumimbal lahir, Mathar 2003: 22. Universitas Sumatera Utara Menurut ajaran Buddha, alam kehidupan makhluk hidup bermacam-macam. Ada 31 macam alam kehidupan tempat makhluk hidup berproses menjalani hidupnya, terdiri dari alam bahagia dan alam derita. Alam bahagia antara lain adalah alam surga yang terdiri dari 26 macam alam surga. Alam derita terdiri dari empat macam diantaranya adalah alam binatang. Sedangkan alam manusia merupakan alam batas antara alam bahagia dan alam derita, Mathar 2003:174. Keyakinan umat Buddha ditumbuhkembangkan dari pengertian atau pemahaman terhadap ajaran Buddha. Makin tinggi pemahaman umat Buddha terhadap kebenaran ajaran Buddha berarti makin kuat pula keyakinannya. Objek keyakinan umat Buddha adalah Buddha, Dhamma, dan Sangha. Buddha sering diibaratkan sebagai dokter, sedangkan ajaran Dhamma adalah obat yang diberikan oleh dokter itu, Sangha adalah orang-orang yang sehat dari sakit dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter tersebut. Analisis Buddha terhadap hidup yang termuat dalam empat kebenaran mulia mirip dengan analisis seorang dokter terhadap orang sakit, yaitu; adanya sakit atau penderitaan, penyebab sakit, lenyapnya sakit atau menjadi sehat dan jalan untuk melenyapkan sakit atau cara untuk menjadi sehat, Mathar 2003: 176-177. Jodithammo dalam Mathar 2003:289 mengatakan bahwa: “Agama Buddha memiliki lima peraturan moral atau pancasila Buddis yaitu sebagai berikut: 1. Menghindari pembunuhan makhluk hidup. 2. Menghindari pencurian. 3. Menghindari perbuatan asusila. 4. Menghindari ucapan yang tidak benar. 5. Menghindari perbuatan yang menyebabkan mabuk atau ketagihan”. Universitas Sumatera Utara Menurut Buddisme, kesadaran moral hati nurani sesorang merupakan corak kondisi batin atau mental yang ada dalam budinya. Manusia yang memiliki kekotoran batin yang tinggi akan mempunyai kesadaran moral yang rendah. Sedangkan manusia yang memiliki kadar kekotoran batin yang rendah tentunya akan mempunyai kesadaran moral yang tinggi. Jotidhammo dalam Mathar 2003:294 mengatakan bahwa: “ Kematian menurut Buddha adalah proses perubahan unsur batin dalam hal ini kesadaran ajal yang meninggalka tubuh makhluk hidup, dan seketika itu berproses menjadi kesadaran awal kehidupan baru. Akan berbeda halnya apabila seseorang telah merealisir kebebasan penderitaan total Nibbana, daya dorong proses kesadaran itu telah lenyap, sehingga tidak ada kelanjutan proses kehidupan selanjutnya setelah mengalami kematian. kehidupan menjadi ibarat nyala api yang padam”. Di Negara Cina secara resmi agama Buddha diterima di pusat kerajaan pada zaman dinasti Ming-Ti pada abad pertama Masehi. Karena mendapat dukungan dari para raja di Cina, maka banyak Biksu yang datang dari mancanegara termasuk India untik membantu dalam penterjemahan kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Berbeda dengan penyebaran agama Buddha ke beberapa tempat lain, penyebaran agama Buddha ke Cina memerlukan perjuangan yang keras. Hal ini disebabkan karena ajaran Tao dan Konghucu telah berkembang pesat di Cina. Mereka memandang rendah agama Buddha dan dikatakan sebagai agama barbarian. Berkat usaha yang keras daripara misionaris agama Buddha dapat diterima oleh masyarakat Cina secara umum agama Buddha di Cina mendapat perlindungan dari pemerintah dan mencapai zaman keemasannya sampai abad ke 11 Masehi. Beberapa dinasti, seperti dinasti Wei, Sui, dan Tang telah menempatkan agama Buddha sebagai agama negara, Mathar 2003:29. Universitas Sumatera Utara

4.1.1.1 Eksistensi Buddha di Kota Medan

Keberadaan agama Buddha di Sumatera dapat diketahui dari laporan yang diberikan oleh seorang Bikkhu Cina yang bernama I-Tsing. Dia pernah tinggal di Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang sebagian penduduknya beragama Buddha. Agama Buddha yang pernah berkembang di Sriwijaya adalah agama Buddha aliran Sarvastivada. Keberadaan agama Buddha dapat juga diketahui dari laporan yang diberikan oleh para Bhikku manca negara lainnya, seperti Atisa Dipankara, Dharmapala, Sakyakirti, dan sebagainya, Mathar 2003:25. Di kota Medan agama Buddha masuk bersamaan dengan masuknya masyarakat Tionghoa ke kota Medan. Masyarakat Tionghoa masuk ke kota Medan pada awalnya adalah sebagai kuli kontrak perkebunan Belanda. Agama Buddha merupakan salah satu agama yang diresmikan pemerintah berdasarkan Surat Edaran Menteri dalam Negeri no.47774054 pada tanggal 18 november 1978 yang mengatakan bahwa: “ ...Agama yang resmi diakui oleh pemerintah adalah Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha”. Di kota Medan keberadaan agama Buddha dapat dilihat dari tempat-tempat peribadatan umat Buddha yang tersebar di beberapa wilayah kota Medan. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa pemerintah menjamin kebebasan kepada tiap-tiap warga negara untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Pengaruh ajaran Buddha bagi masyarakat Tionghoa khususnya di kota Medan, dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat Tionghoa dalam bekerja keras untuk mencari Universitas Sumatera Utara penghidupan yang benar atau halal, kebiasaan berbuat baik kepada sesama karena ajaran Buddha mempercayai adanya karma yaitu seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya, kepercayaan akan adanya reinkarnasi yaitu setiap manusia akan mengalami suatu proses kelahiran kembali sesuai dengan apa yang dilakukan semasa hidupnya di dunia, kebiasaan mengucapkan kata-kata yang baik dan sopan, bahkan hingga kebiasaan mengatur pola makan sedemikian rupa dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran atau vegetarian.

4.1.2 Konghucu