Peran Saikong dalam Upacara Masuk Peti dan Penutupan Peti

Gambar 17. Buku Tongsu yang digunakan untuk penentuan hari baik Foto: Nyerli 01072013 Pada hari pertama sesudah kematian, pada umunya Saikong telah memimpin upacara persemayaman jenazah dengan diikuti oleh pihak keluarga sebagai peserta upacara. Dalam tahapan ini juga terdapat pengaruh ajaran Buddha. Seperti contoh adanya pelafalan paritta yang ditujukan kepada sang Buddha dan doa-doa yang ditujukan kepada dewi Kwan Im . Tujuannya adalah agar setelah arwah tiba di neraka bisa dilindungi oleh sang Buddha. Sedangkan jika yang meninggal merupakan penganut Konghucu maka Saikong akan membacakan doa yang ditujukan kepada Ta Shiang atau para dewa dalam agama Konghucu. Doa-doa yang dilafalkan Saikong dalam upacara sembahyang dewa tertulis dalam sebuah buku yang menggunakan aksara China atau Hanzi . Doa ini dipercaya sebagai doa yang dapat menghapus dosa almarhum semasa hidupnya. Pada penutupan Sai Kong akan menginstruksikan sanak keluarga untuk berlutut, kemudian berdiri lagi sebanyak tiga kali, sebagai tanda penyelesaian upacara yang telah dilakukan.

5.2.2 Peran Saikong dalam Upacara Masuk Peti dan Penutupan Peti

Waktu pelaksanaan upacara masuk peti ditentukan oleh Saikong berdasarkan penghitungan hari baik. Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam peti, maka terlebih dahulu peti jenazah diisi dengan pakaian almarhum dan uang akhirat yang nantinya akan menjadi bekal almarhum. Pada tahap ini, dilakukan sembahyang peti yang dipimpin oleh Saikong. Sembahyang peti memakan waktu kira-kira 15-20 menit. Dalam tahapan Universitas Sumatera Utara upacara ini Saikong mengenakan jubah berwarna hitam menandakan bahwa upacara ini ditujukan kepada arwah yang meninggal. Pada tahap ini, Pertama-tama pihak keluarga akan berlutut di depan altar roh dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh Saikong. Pada tahap ini, Saikong berdiri di depan altar roh dan membaca mantera sambil memainkan alat musik yang dinamakan Tang Ling lonceng kecil. Proses pembacaan doa dan mantera akan berlangsung selama beberapa menit. Lalu Saikong menginstruksikan kepada pihak keluarga untuk berdiri dan berlutut sebanyak 3 kali sebagai penghormatan kepada orang yang meninggal. Setelah prosesi tersebut selesai, kemudian Saikong berjalan menuju pintu masuk upacara dengan diikuti oleh anak tertua dari orang yang meninggal. Sementara anak tertua berlutut dibelakang Saikong, Saikong berdiri menghadap lilin arwah sambil memegang Tungwan bendera bambu bertuliskan nama orang yang meninggal. Saikong kemudian memainkan alat musik yaitu Lak Buak sepasang simbal kecil. Sembari memainkan alat musik, Saikong membacakan mantera untuk memanggil roh orang yang telah meninggal untuk mendatangi lokasi upacara. Universitas Sumatera Utara Gambar 18. Upacara pemanggilan roh dalam sembahyang peti Foto: Nyerli 30062013 Setelah proses tersebut selesai, Saikong beserta anak tertua kembali memasuki ruangan upacara. Tahap selanjutnya adalah pemberian makan secara simbolis oleh pihak keluarga kepada orang yang meninggal. Makanan yang diberikan berupa makanan kesukaan almarhum semasa hidupnya. Umumnya pemberian makan dilakukan secara bergantian mulai dari anak tertua demikian seterusnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 19. Pemberian makan jenazah Foto: Nyerli 30062013 Sembari proses pemberian makan, Saikong berdiri di depan altar roh sambil membacakan mantera dan memainkan Lak Buak sepasang simbal kecil. Setelah prosesi pemberian makan selesai, Saikong segera mendekati jenazah dan membacakan mantera agar jenazah tenang menempati rumah barunya, selesai membaca mantera kemudian jenazah dimasukkan ke dalam peti. Jika jenazah disemayamkan di balai persemayaman, maka yang mengangkat jenazah ke dalam peti mati adalah para pengurus balai persemayaman dengan dibantu oleh anak laki-laki tertua dari almarhum. Namun jika disemayamkan di rumah, biasanya yang mengangkat jenazah adalah anak laki laki tertua dan dibantu oleh sanak saudara yang lain. Setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti mati, maka pihak keluarga akan memasukkan uang roh yang telah dilipat ke dalam peti mati. Universitas Sumatera Utara Gambar 20. Saat jenazah akan dimasukkan ke dalam peti mati Foto: Nyerli 30062013 Gambar 21. Memasukkan uang roh ke dalam peti mati Foto: Nyerli 30062013 Universitas Sumatera Utara Setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti, maka Saikong akan memberikan beberapa keping uang logam beserta segenggam beras kepada masing-masing anggota keluarga. Uang logam merupakan dipercaya oleh masyarakat Tionghoa sebagai simbol rejeki yang tak putus-putus, sementara beras merupakan simbol kemakmuran hingga ke anak cucu. Gambar 22. Pemberian kepingan uang logam dan beras kepada sanak keluarga Foto: Nyerli 30062013 Setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti, pada malam hari diadakan sembahyang yang juga dipimpin oleh Saikong. Dalam sembahyang ini Saikong akan mengenakan jubah berwarna kuning yang menandakan bahwa sembahyang tersebut ditujukan kepada dewa . Tujuan dari tahapan upacara ini adalah untuk memohon agar dewa berkenan menghapus dosa arwah yang meninggal. Dalam tahapan upacara ini Universitas Sumatera Utara Saikong akan berdiri menghadap altar dewa sementara peserta upacara akan berlutut ke arah yang sama. Dalam tahapan upacara ini Saikong akan memainkan Lak Buak sepasang simbal dan Tang Ling lonceng kecil sambil membacakan mantera. Setelah itu Saikong akan menginstruksikan kepada pihak keluarga untuk bersembah kepada dewa dengan bangkit dan berlutut sebanyak 3 kali. Gambar 23. Upacara Sembahyang kepada Dewa Foto: Nyerli 29062013 Setelah sembahyang selesai, maka pihak keluarga akan menuju altar roh sambil berlutut di depan altar. Masing-masing anggota keluarga membakar dupa sebagai tanda penghormatan kepada jenazah. Universitas Sumatera Utara Gambar 24. Pembakaran dupa setelah upacara sembahyang kepada Dewa Foto: Nyerli 29062013 Saat hari baik untuk penutupan peti telah tiba, maka Saikong akan memimpin sembahyang penutupan peti. Pada tahapan ini Saikong akan membaca mantera agar almarhum tenang menempati rumah barunya. Setelah itu, Saikong akan menginstruksikan kepada pihak keluarga untuk berjalan mengelilingi peti almarhum sebanyak tiga kali. Setelah sembahyang selesai maka peti mati akan ditutup, masing- masing sudut peti akan dipaku oleh Saikong. Diatas peti akan ditaruh Gokok yaitu lima jenis biji-bijian yang dipercaya sebagai bekal almarhum. Hari- hari selanjutnya sampai ke hari pemakaman pihak keluarga akan bersembahyang kembali dipimpin oleh Saikong. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Peran Saikong dalam Upacara Pemakaman