Konghucu Nilai-Nilai Filosofis yang Terdapat Pada Masyarakat Tionghoa

penghidupan yang benar atau halal, kebiasaan berbuat baik kepada sesama karena ajaran Buddha mempercayai adanya karma yaitu seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya, kepercayaan akan adanya reinkarnasi yaitu setiap manusia akan mengalami suatu proses kelahiran kembali sesuai dengan apa yang dilakukan semasa hidupnya di dunia, kebiasaan mengucapkan kata-kata yang baik dan sopan, bahkan hingga kebiasaan mengatur pola makan sedemikian rupa dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran atau vegetarian.

4.1.2 Konghucu

Ajaran Konghucu dipelopori oleh K’ung Fu Tzu 551-479 SM lahir di Shantung. Suatu hal yang amat penting bagi Kung Fu Tze adalah setiap umat harus menguasai aspek keagamaan dan sosial. Beliau mengatakan bahwa raja hendaknya tetap raja, hamba tetap hamba, ayah tetap ayah dan anak tetap anak. Apabila sikap setiap orang sesuai dengan statusnya, maka akan lahir kesadaran akan hak dan kewajiban. Sistem kekerabatan harus didasarkan pada Syian, yaitu suatu perasaan keterikatan terhadap orang-orang yang menurunkannya. Aspek inilah yang menjadikan budaya Tiongkok tetap diwariskan, Achmadi 1994:91. Menurut ajaran Konghucu manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa pembawa sifat Tuhan di dunia. Manusia diciptakan melalui kekuatan alam ying dan yang, persatuan antara roh-roh suci sheng dan sifat-sifat hewaniah kuei, serta hakekat yang terhalus dan abstrak dari lima unsur yaitu; bumi, tumbuh-tumbuhan, logam, api, dan air, Mathar 2003:184. Universitas Sumatera Utara Konghucu meyakini bahwa semua manusia ketika dilahirkan ke dunia membawa kodrat sebagai makhluk yang pada hakikatnya baik adanya. Kodrat manusia yang baik disebut Xing 性 ) atau watak sejati. Xing adalah benih yang harus ditumbuhkembangkan manakala terdapat badan manusiawi, agar Xing dapat berkembang dan manusia menjadi makhluk yang sempurna, maka manusia harus senantiasa berada dalam jalan kebenaran Jalan Suci, hal ini disebabkan manusia mempunyai sifat hewani yang apabila tidak dikendalikan merupakan sumber kelemahan, maka manusia memerlukan suatu tuntunan agar manusia hidup di dalam jalan kebenaran Jalan Suci. Tuntunan ke dalam Jalan Kebenaran itulah yang disebut dengan agama. Dengan melaksanakan jalan suci yang dibimbing oleh agama, maka dengan ridho Tuhan Yang Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup pribadi, keluarga, negara, dan akhirat, Mathar 2003:185. Konghucu mengajarkan bahwa manusia haruslah memanusiakan dirinya. Caranya dengan mengembangkan benih-benih kebajikan yang sudah ada dalam watak sejatinya antara lain mempunyai kualitas Jien cinta kasih, Yong dan Gie berani menegakkan kebenaran karena mampu membedakan mana yang benar dan mana pula yang salah, Lee kesusilaan dan mengenal ketertiban atau hukum, Ti hikmat kebijaksanaan, dan Sien tulus ikhlas dan dapat dipercaya. Tjhie Tjay Ing dalam Mathar 2003:185-186 mengatakan bahwa: “Tiap umat Konghucu wajib memahami, menghayati, dan mengimani dasar keimananya yang pokok, yang tersurat di dalam Bab Utama Kitab Tengah Universitas Sumatera Utara Sempurna, Bab Utama Ajaran Besar, dan salam iman yang tersurat di dalam kitab Su King. Inti dari iman pokok ini ialah: 1. Seorang umat konfusian wajib beriman, percaya, satya, bertaqwa, dan hormat sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah khalik semesta alam dengan segala benda dan makhluknya; 3. Hidup manusia adalah oleh firman THIAN, maka manusia mengemban tugas suci wajib mempertanggungjawabkan hidupnya kepada Thian. 4. Firman THIAN itu sekaligus menjadi watak sejati, hakekat kemanusiaan, yang menjadikan manusia memiliki kemampuan melaksanakan tugas sucinya sebagai manusia. 5. Mewujudkan kebajikan yang didalamnya mengandung benih- benih cinta kasih, kesadaran menjunjung kebenaran keadilan kewajiban, kesusilaan dan kebijaksanaan yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam rohani manusia, itulah tugas sekaligus tujuan suci manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. 6. Terwujudnya kebajikan dalam diri manusia adalah untuk diamalkan dalam penghidupan, mengasihi, tenggang rasa, tepasarira kepada rakyat, kepada sesama manusia dan menyayangi memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya. 7. Mewujudkan kebajikan, mengasihi sesama, menyayangi lingkungan, sehingga mencapai puncak baik, itulah jalan suci yang wajib ditempuh manusia. Itulah jalan suci yang selaras dengan watak sejati manusia. 8. Bimbingan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa lewat para BOK TOK, Sing Jien atau nabi-nabinya sehingga manusia dapat membina diri menempuh jalan suci, itulah agama, yang merupakan ajaran besar bagi kehidupan ini. 9. Hanya kebajikan berkenan Tuhan, ini mengandung imbauan dan pengakuan iman bahwa hormat akan Tuhan ialah melaksanakan firmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak dapat dilepaskan dari hidup mewujudkan kehidupan kebajikan mengamalkannya; didalamnya terkandung Pengertian paripurnanya ibadah dan disitulah makna nilai manusia di hadapan Tuhan Khaliknya maupun di hadapan sesama makhluk dan lingkungannya. Menjadi Insan yang dapat dipercaya terhadap Tuhan Khaliknya maupun terhadap sesamanya. Umat konghucu juga meyakini bahwa pada saat mengalami kematian roh seorang manusia akan meninggalkan badan dan orang yang semasa hidupnya mampu hidup sesuai dengan fitrah atau watak sejati rohnya akan menjadi Sheng atau roh-roh suci. Sheng akan naik ke surga dan immortal artinya hidup abadi di dalam surge Sian Universitas Sumatera Utara Thian di samping Tuhan. Sebaliknya orang yang berlumuran dosa, yang mengingkari jalan hidup suci rohnya menjadi Kuei atau hantu dan turun ke neraka, Mathar:2003.

4.1.1.2 Eksistensi Konghucu di Kota Medan

Agama Konghucu masuk ke bumi nusantara bersamaan dengan masuknya perantau Tiongkok yang mengarungi samudera kemudian singgah dan berdagang serta menetap di beberapa kepulauan di Indonesia dari masa ke masa. Agama Konghucu kemudian tumbuh dan berkembang di Indonesia, terbukti dari berdirinya lembaga- lembaga agama Konghucu seperti rumah abu untuk menghormati abu-abu leluhur dan kelenteng-kelenteng Miao yang berdiri di seluruh tanah air, Vincent 2010:73. Pada awal masuknya agama Konghucu ke Indonesia tidak diketahui jumlah penganut Konghucu secara pasti. Hal ini disebabkan agama yang diakui secara resmi di Indonesia pada saat itu hanya lima yaitu; Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Sehingga, pada saat pencatatan atau pengurusan dokumen kependudukan, maka masyarakat Tioghoa penganut agama Konghucu akan mengaku sebagai penganut salah satu dari lima agama yang diresmikan tersebut. Setelah agama Konghucu diresmikan oleh presiden Abdurrahman Wahid, tepatnya pada tahun 2000 melalui keputusan presiden nomor 6 tahun 2000. Maka penganut agama Konghucu telah memiliki kebebasan untuk mengaku dan mencatatkan dirinya sebagai penganut Konghucu yang sah. Pemerintah menjamin masyarakat Universitas Sumatera Utara Tionghoa penganut agama Konghucu memiliki hak yang sama dengan penganut agama yang lain dalam hukum dan pemerintahan. Pengaruh agama Konghucu dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di kota Medan yang pertama adalah kewajiban berbakti dan menyayangi orang yang masih hidup seperti; sifat berbakti pada orang tua, kewajiban untuk menghormati orang yang lebih tua seperti antara kakak dan adik, serta adanya rasa saling menyayangi antar sesama saudara. Sedangkan yang kedua adalah kewajiban untuk menghormati orang yang telah wafat atau para pendahulu seperti pemujaan leluhur, kewajiban untuk melakukan wujud bakti terhadap orang yang meninggal sebagai contoh dalam upacara kematian, adanya masa berkabung, ziarah pada bulan 3 penanggalan Imlek, serta membersihkan altar atau kuburan.

4.1.3 Taoisme