Data dan Sumber Data Teknik Analisis Data Saikong Saikong merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi dalam kebudayaan

3.3 Data dan Sumber Data

Data adalah keterangan yang benar dan nyata, yang dapat dijadikan dasar kajian KBBI 1990:187. Data dalam penelitian dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yakni berupa hasil wawancara dengan para informan di lokasi penelitian atau field research. Sedangkan data sekunder adalah data pendukung dari penelitian ini berupa segala informasi yang berkaitan dengan Saikong, upacara kematian, masyarakat Tionghoa maupun teori Fungsional. Sumber data primer penelitian ini berasal dari informan yang diwawancarai saat melakukan field research. Sumber data sekunder diambil dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, majalah, artikel yang berkaitan dengan peran saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagaimana cara untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penulis membagi teknik pengumpulan data menjadi 2 yaitu: Teknik pengumpulan data sekunder, dan teknik pengumpulan data primer.

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Universitas Sumatera Utara 1. Membaca judul buku yang berhubungan dengan peran Saikong dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa. 2. Melihat daftar isi. 3. Membaca isi buku. 4. Mengklasifikasi buku yang berhubungan dengan objek kajian. 5. Membaca jurnal, majalah, dan artikel yang berhubungan dengan penelitian. 6. Jurnal, majalah, dan artikel yang berhubungan dengan objek kajian kemudian diklasifikasikan. 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Primer Dalam pengumpulan data primer, instrumen yang digunakan peneliti ialah kamera, alat perekam, dan Video. 1. Melakukan observasi, yaitu mengamati upacara kematian yang dilaksanakan. 2. Pada saat proses upacara berlangsung, peneliti merekam seluruh rangkaian upacara dengan rekaman video. 3. Melakukan wawancara atau interview dengan informan.

3.4.3 Teknik Pengolahan Data

1. Hasil rekaman Video dilihat secara berulang-ulang. 1.1 Upacara kematian yang dipimpin oleh Saikong dibagi secara kronologis. Universitas Sumatera Utara 1.2 Kronologis upacara dibagi berdasarkan tahap-tahap yang berhubungkait dengan peran Saikong dalam upacara kematian. 1.3 Hasil rekaman video dijadikan sebagai informasi untuk mengingatkan penulis ketika mengolah data yang berkaitan dengan peran Saikong. 2. Semua data yang didapatkan dari kepustakaan, wawancara, dikumpulkan. 3. Semua data diklasifikasi berdasarkan kebutuhan objek kajian. 4. Pengklasifikasian data berdasarkan kategorial, peran Saikong, upacara kematian, dan pemahaman masyarakat Tionghoa mengenai Saikong.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan pengaturan data untuk memperoleh pola-pola maupun bentuk lainnya yang teratur di dalam sebuah penelitian. Proses ini juga bermanfaat untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data yang sudah diklasifikasikan berdasarkan kategorial kemudian dianalisis menggunakan Teori Fungsional. Universitas Sumatera Utara

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Nilai-Nilai Filosofis yang Terdapat Pada Masyarakat Tionghoa

Filsafat berasal dari kata Philosophia Yunani “Philos dan Sophia”. Philos artinya, senang, cinta, gemar dan Sophia artinya hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philosophia artinya cinta atau gemar, senang pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan. Jadi seorang filsuf adalah orang yang cinta pada hikmat, dan orang yang cinta pada hikmat akan selalu membela kebenaran dengan menggunakan logikanya secara bijaksana, Tamburaka 1999:127-128. Nilai-nilai filosofis yang ada pada tiap-tiap masyarakat sangat berpengaruh terhadap kebudayaan dan kehidupannya. Artinya sebagian besar pola kebudayaan yang ada, adalah hasil implementasi dari nilai-nilai filosofi yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Negeri Tiongkok merupakan salah satu negeri yang terkenal dengan filsafatnya. Banyak aspek yang melatarbelakangi lahirnya filsafat Tiongkok, seperti aspek-aspek geografis, ekonomi, sikap terhadap alam, sistem kekerabatan dan lainya. Tiongkok adalah suatu negeri daratan continental yang luas sekali, maka, negeri Tiongkok adalah negeri agraris yang selalu mengandalkan potensi atau hasil pertaniannya. Dengan demikian, pada masyarakat Tiongkok, jenis pekerjaan yang mendapat tempat terhormat adalah bertani atau mengolah tanah dan belajar atau menuntut ilmu. Jenis pekerjaan ini Universitas Sumatera Utara mempengaruhi sikap mereka terhadap alam dan pandangan hidupnya, Achmadi 1994:87. Menurut rakyat Tiongkok, fungsi filsafat dalam kehidupan manusia adalah untuk mempertinggi tingkat rohani. Artinya rohani manusia diharapkan dapat menjulang tinggi untuk meraih nilai-nilai yang lebih tinggi daripada nilai-nilai moral. Dari sudut moral, orang yang arif bijaksana adalah manusia yang paling sempurna di dalam suatu masyarakat. Menurut kebiasaan masyarakat Tiongkok, kewajiban bukan hak memungkinkan manusia untuk memperoleh watak yang digambarkan sebagai orang yang arif bijaksana, Achmadi 1994:88-89. Tiga aliran filsafat yang diamalkan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa adalah Buddhisme, Konfusianisme, dan Taoisme. Ketiga aliran filsafat tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kerangka berpikir masyarakat Tionghoa. Namun walaupun demikian, ajaran yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa adalah ajaran Konghucu, karena selain ajaran ini secara umum sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat Tionghoa, ajaran ini dapat diduga menyumbangkan kekhasan kultur Cina yaitu sebagian besar banyak membicarakan tentang keluarga yang banyak mempengaruhi pola pikir orang Tionghoa, Hariyono 1993:19. Di Indonesia ketiga kepercayaan itu ada kalanya dipuja bersama dalam perkumpulan Sam Kauw Hwee Perkumpulan Tiga Agama atau Buddha Tri Dharma. Biasanya dalam kepercayaan itu ditambah pula dengan kepercayaan dan pemujaan kepada orang-orang suci yang dianggap sebagai Dewa atau Dewi, Hariyono 1993:19. Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Buddha

Secara historis agama Buddha mempunyai catatan-catatan sejarah yang berhubungan dengan perjuangan Bodhisatva Siddharta Gautama hingga mencapai Samma Sambuddha atau penerangan agung. Perjuangan Siddharta menyampaikan ajaran yang agung yang telah ditemukanNya adalah demi kebahagiaan semua makhluk di muka bumi, Mathar 2003:19. Ajaran Buddha tertulis pada kitab suci Tripitaka yang artinya tiga kelompok, terdiri dari; Vinaya Pitaka yaitu kelompok kitab yang memuat peraturan dan tata cara hidup biarawan biarawati, yang kedua adalah Sutta Pitaka yaitu kelompok kitab yang memuat kotbah-kotbah Buddha dan siswa-siswa terkenal, dan yang ketiga adalah Abhiddhamma Pitaka yaitu kelompok kitab yang memuat ajaran psikologi agama Buddha, Mathar 2003:19. Keyakinan terhadap pencerahan merupakan tema inti dalam ajaran Buddha. umat Buddha selalu berupaya memperoleh pencerahan batin. Upaya pencapaian pencerahan batin ini dilakukan melalui cara hidup yang melatih atau mengembangkan kebijaksanaan Panna, kesusilaan Sila, dan meditasi Samadhi. Kebijaksanaan dapat diperoleh melalui 3 cara yaitu; a mendengar, membaca, bercakap-cakap; b memikir, merenung; c bermeditasi. Kesusilaan Buddhis bermacam-macam sesuai dengan kemampuan pelaksanaan oleh umat Buddha itu sendiri. Sedangkan meditasi Buddhis adalah latihan pengembangan batin menuju ketenangan dan pencerahan, Mathar 2003:20. Universitas Sumatera Utara Menurut ajaran Buddha, manusia merupakan perpaduan jasmani dan batin. Jasmani merupakan perpaduan antara unsur padat, cair, udara, dan panas. Masing- masing unsur itu merupakan parpaduan dari bagian unsur-unsur yang lebih kecil. Batin terdiri dari perpaduan unsur kesadaran, bentuk-bentuk pemikiran, ingatan dan perasaan. Menurut agama Buddha hanya Nibbana yang bukan berupa perpaduan unsur-unsur karena Nibbana itu esa, atau tunggal. Nibbana adalah sesuatu yang tidak terlahir, tidak terjelma, tidak tercipta dan mutlak, Nibbana adalah Yang Maha Esa dalam agama Buddha, Mathar 2003:21. Umat Buddha sangat dianjurkan untuk melakukan perbuatan baik sebab benih- benih kebaikan akan membuahkan kebahagiaan hidup. Ada empat macam perbuatan baik yang diperhatikan oleh umat Buddha yaitu: berdana, melatih kesusilaan, melatih meditasi serta melakukan puja bakti kebaktian yang benar. Kehidupan manusia berlangsung dalam rangkaian proses lahir, tumbuh berkembang, meninggal dunia. Setelah meninggal dunia manusia yang belum mencapai kebebasan mutlak Nibbana akan terus berproses dalam kehidupan berikutnya sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Seseorang yang banyak berbuat baik akan menikmati kebahagiaan dalam proses kehidupan selanjutnya. Sebaliknya seseorang yang banyak berbuat jahat akan mengalami penderitaan dalam proses kehidupan selanjutnya. Demikianlah hidup berulang kali berproses sesuai dengan benih-benih perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan. Proses yang berkesinambungan itu dinamakan tumimbal lahir, Mathar 2003: 22. Universitas Sumatera Utara Menurut ajaran Buddha, alam kehidupan makhluk hidup bermacam-macam. Ada 31 macam alam kehidupan tempat makhluk hidup berproses menjalani hidupnya, terdiri dari alam bahagia dan alam derita. Alam bahagia antara lain adalah alam surga yang terdiri dari 26 macam alam surga. Alam derita terdiri dari empat macam diantaranya adalah alam binatang. Sedangkan alam manusia merupakan alam batas antara alam bahagia dan alam derita, Mathar 2003:174. Keyakinan umat Buddha ditumbuhkembangkan dari pengertian atau pemahaman terhadap ajaran Buddha. Makin tinggi pemahaman umat Buddha terhadap kebenaran ajaran Buddha berarti makin kuat pula keyakinannya. Objek keyakinan umat Buddha adalah Buddha, Dhamma, dan Sangha. Buddha sering diibaratkan sebagai dokter, sedangkan ajaran Dhamma adalah obat yang diberikan oleh dokter itu, Sangha adalah orang-orang yang sehat dari sakit dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter tersebut. Analisis Buddha terhadap hidup yang termuat dalam empat kebenaran mulia mirip dengan analisis seorang dokter terhadap orang sakit, yaitu; adanya sakit atau penderitaan, penyebab sakit, lenyapnya sakit atau menjadi sehat dan jalan untuk melenyapkan sakit atau cara untuk menjadi sehat, Mathar 2003: 176-177. Jodithammo dalam Mathar 2003:289 mengatakan bahwa: “Agama Buddha memiliki lima peraturan moral atau pancasila Buddis yaitu sebagai berikut: 1. Menghindari pembunuhan makhluk hidup. 2. Menghindari pencurian. 3. Menghindari perbuatan asusila. 4. Menghindari ucapan yang tidak benar. 5. Menghindari perbuatan yang menyebabkan mabuk atau ketagihan”. Universitas Sumatera Utara Menurut Buddisme, kesadaran moral hati nurani sesorang merupakan corak kondisi batin atau mental yang ada dalam budinya. Manusia yang memiliki kekotoran batin yang tinggi akan mempunyai kesadaran moral yang rendah. Sedangkan manusia yang memiliki kadar kekotoran batin yang rendah tentunya akan mempunyai kesadaran moral yang tinggi. Jotidhammo dalam Mathar 2003:294 mengatakan bahwa: “ Kematian menurut Buddha adalah proses perubahan unsur batin dalam hal ini kesadaran ajal yang meninggalka tubuh makhluk hidup, dan seketika itu berproses menjadi kesadaran awal kehidupan baru. Akan berbeda halnya apabila seseorang telah merealisir kebebasan penderitaan total Nibbana, daya dorong proses kesadaran itu telah lenyap, sehingga tidak ada kelanjutan proses kehidupan selanjutnya setelah mengalami kematian. kehidupan menjadi ibarat nyala api yang padam”. Di Negara Cina secara resmi agama Buddha diterima di pusat kerajaan pada zaman dinasti Ming-Ti pada abad pertama Masehi. Karena mendapat dukungan dari para raja di Cina, maka banyak Biksu yang datang dari mancanegara termasuk India untik membantu dalam penterjemahan kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Berbeda dengan penyebaran agama Buddha ke beberapa tempat lain, penyebaran agama Buddha ke Cina memerlukan perjuangan yang keras. Hal ini disebabkan karena ajaran Tao dan Konghucu telah berkembang pesat di Cina. Mereka memandang rendah agama Buddha dan dikatakan sebagai agama barbarian. Berkat usaha yang keras daripara misionaris agama Buddha dapat diterima oleh masyarakat Cina secara umum agama Buddha di Cina mendapat perlindungan dari pemerintah dan mencapai zaman keemasannya sampai abad ke 11 Masehi. Beberapa dinasti, seperti dinasti Wei, Sui, dan Tang telah menempatkan agama Buddha sebagai agama negara, Mathar 2003:29. Universitas Sumatera Utara

4.1.1.1 Eksistensi Buddha di Kota Medan

Keberadaan agama Buddha di Sumatera dapat diketahui dari laporan yang diberikan oleh seorang Bikkhu Cina yang bernama I-Tsing. Dia pernah tinggal di Sriwijaya dan kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang sebagian penduduknya beragama Buddha. Agama Buddha yang pernah berkembang di Sriwijaya adalah agama Buddha aliran Sarvastivada. Keberadaan agama Buddha dapat juga diketahui dari laporan yang diberikan oleh para Bhikku manca negara lainnya, seperti Atisa Dipankara, Dharmapala, Sakyakirti, dan sebagainya, Mathar 2003:25. Di kota Medan agama Buddha masuk bersamaan dengan masuknya masyarakat Tionghoa ke kota Medan. Masyarakat Tionghoa masuk ke kota Medan pada awalnya adalah sebagai kuli kontrak perkebunan Belanda. Agama Buddha merupakan salah satu agama yang diresmikan pemerintah berdasarkan Surat Edaran Menteri dalam Negeri no.47774054 pada tanggal 18 november 1978 yang mengatakan bahwa: “ ...Agama yang resmi diakui oleh pemerintah adalah Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha”. Di kota Medan keberadaan agama Buddha dapat dilihat dari tempat-tempat peribadatan umat Buddha yang tersebar di beberapa wilayah kota Medan. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa pemerintah menjamin kebebasan kepada tiap-tiap warga negara untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Pengaruh ajaran Buddha bagi masyarakat Tionghoa khususnya di kota Medan, dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat Tionghoa dalam bekerja keras untuk mencari Universitas Sumatera Utara penghidupan yang benar atau halal, kebiasaan berbuat baik kepada sesama karena ajaran Buddha mempercayai adanya karma yaitu seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya, kepercayaan akan adanya reinkarnasi yaitu setiap manusia akan mengalami suatu proses kelahiran kembali sesuai dengan apa yang dilakukan semasa hidupnya di dunia, kebiasaan mengucapkan kata-kata yang baik dan sopan, bahkan hingga kebiasaan mengatur pola makan sedemikian rupa dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran atau vegetarian.

4.1.2 Konghucu

Ajaran Konghucu dipelopori oleh K’ung Fu Tzu 551-479 SM lahir di Shantung. Suatu hal yang amat penting bagi Kung Fu Tze adalah setiap umat harus menguasai aspek keagamaan dan sosial. Beliau mengatakan bahwa raja hendaknya tetap raja, hamba tetap hamba, ayah tetap ayah dan anak tetap anak. Apabila sikap setiap orang sesuai dengan statusnya, maka akan lahir kesadaran akan hak dan kewajiban. Sistem kekerabatan harus didasarkan pada Syian, yaitu suatu perasaan keterikatan terhadap orang-orang yang menurunkannya. Aspek inilah yang menjadikan budaya Tiongkok tetap diwariskan, Achmadi 1994:91. Menurut ajaran Konghucu manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa pembawa sifat Tuhan di dunia. Manusia diciptakan melalui kekuatan alam ying dan yang, persatuan antara roh-roh suci sheng dan sifat-sifat hewaniah kuei, serta hakekat yang terhalus dan abstrak dari lima unsur yaitu; bumi, tumbuh-tumbuhan, logam, api, dan air, Mathar 2003:184. Universitas Sumatera Utara Konghucu meyakini bahwa semua manusia ketika dilahirkan ke dunia membawa kodrat sebagai makhluk yang pada hakikatnya baik adanya. Kodrat manusia yang baik disebut Xing 性 ) atau watak sejati. Xing adalah benih yang harus ditumbuhkembangkan manakala terdapat badan manusiawi, agar Xing dapat berkembang dan manusia menjadi makhluk yang sempurna, maka manusia harus senantiasa berada dalam jalan kebenaran Jalan Suci, hal ini disebabkan manusia mempunyai sifat hewani yang apabila tidak dikendalikan merupakan sumber kelemahan, maka manusia memerlukan suatu tuntunan agar manusia hidup di dalam jalan kebenaran Jalan Suci. Tuntunan ke dalam Jalan Kebenaran itulah yang disebut dengan agama. Dengan melaksanakan jalan suci yang dibimbing oleh agama, maka dengan ridho Tuhan Yang Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup pribadi, keluarga, negara, dan akhirat, Mathar 2003:185. Konghucu mengajarkan bahwa manusia haruslah memanusiakan dirinya. Caranya dengan mengembangkan benih-benih kebajikan yang sudah ada dalam watak sejatinya antara lain mempunyai kualitas Jien cinta kasih, Yong dan Gie berani menegakkan kebenaran karena mampu membedakan mana yang benar dan mana pula yang salah, Lee kesusilaan dan mengenal ketertiban atau hukum, Ti hikmat kebijaksanaan, dan Sien tulus ikhlas dan dapat dipercaya. Tjhie Tjay Ing dalam Mathar 2003:185-186 mengatakan bahwa: “Tiap umat Konghucu wajib memahami, menghayati, dan mengimani dasar keimananya yang pokok, yang tersurat di dalam Bab Utama Kitab Tengah Universitas Sumatera Utara Sempurna, Bab Utama Ajaran Besar, dan salam iman yang tersurat di dalam kitab Su King. Inti dari iman pokok ini ialah: 1. Seorang umat konfusian wajib beriman, percaya, satya, bertaqwa, dan hormat sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah khalik semesta alam dengan segala benda dan makhluknya; 3. Hidup manusia adalah oleh firman THIAN, maka manusia mengemban tugas suci wajib mempertanggungjawabkan hidupnya kepada Thian. 4. Firman THIAN itu sekaligus menjadi watak sejati, hakekat kemanusiaan, yang menjadikan manusia memiliki kemampuan melaksanakan tugas sucinya sebagai manusia. 5. Mewujudkan kebajikan yang didalamnya mengandung benih- benih cinta kasih, kesadaran menjunjung kebenaran keadilan kewajiban, kesusilaan dan kebijaksanaan yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam rohani manusia, itulah tugas sekaligus tujuan suci manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. 6. Terwujudnya kebajikan dalam diri manusia adalah untuk diamalkan dalam penghidupan, mengasihi, tenggang rasa, tepasarira kepada rakyat, kepada sesama manusia dan menyayangi memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya. 7. Mewujudkan kebajikan, mengasihi sesama, menyayangi lingkungan, sehingga mencapai puncak baik, itulah jalan suci yang wajib ditempuh manusia. Itulah jalan suci yang selaras dengan watak sejati manusia. 8. Bimbingan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa lewat para BOK TOK, Sing Jien atau nabi-nabinya sehingga manusia dapat membina diri menempuh jalan suci, itulah agama, yang merupakan ajaran besar bagi kehidupan ini. 9. Hanya kebajikan berkenan Tuhan, ini mengandung imbauan dan pengakuan iman bahwa hormat akan Tuhan ialah melaksanakan firmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak dapat dilepaskan dari hidup mewujudkan kehidupan kebajikan mengamalkannya; didalamnya terkandung Pengertian paripurnanya ibadah dan disitulah makna nilai manusia di hadapan Tuhan Khaliknya maupun di hadapan sesama makhluk dan lingkungannya. Menjadi Insan yang dapat dipercaya terhadap Tuhan Khaliknya maupun terhadap sesamanya. Umat konghucu juga meyakini bahwa pada saat mengalami kematian roh seorang manusia akan meninggalkan badan dan orang yang semasa hidupnya mampu hidup sesuai dengan fitrah atau watak sejati rohnya akan menjadi Sheng atau roh-roh suci. Sheng akan naik ke surga dan immortal artinya hidup abadi di dalam surge Sian Universitas Sumatera Utara Thian di samping Tuhan. Sebaliknya orang yang berlumuran dosa, yang mengingkari jalan hidup suci rohnya menjadi Kuei atau hantu dan turun ke neraka, Mathar:2003.

4.1.1.2 Eksistensi Konghucu di Kota Medan

Agama Konghucu masuk ke bumi nusantara bersamaan dengan masuknya perantau Tiongkok yang mengarungi samudera kemudian singgah dan berdagang serta menetap di beberapa kepulauan di Indonesia dari masa ke masa. Agama Konghucu kemudian tumbuh dan berkembang di Indonesia, terbukti dari berdirinya lembaga- lembaga agama Konghucu seperti rumah abu untuk menghormati abu-abu leluhur dan kelenteng-kelenteng Miao yang berdiri di seluruh tanah air, Vincent 2010:73. Pada awal masuknya agama Konghucu ke Indonesia tidak diketahui jumlah penganut Konghucu secara pasti. Hal ini disebabkan agama yang diakui secara resmi di Indonesia pada saat itu hanya lima yaitu; Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Sehingga, pada saat pencatatan atau pengurusan dokumen kependudukan, maka masyarakat Tioghoa penganut agama Konghucu akan mengaku sebagai penganut salah satu dari lima agama yang diresmikan tersebut. Setelah agama Konghucu diresmikan oleh presiden Abdurrahman Wahid, tepatnya pada tahun 2000 melalui keputusan presiden nomor 6 tahun 2000. Maka penganut agama Konghucu telah memiliki kebebasan untuk mengaku dan mencatatkan dirinya sebagai penganut Konghucu yang sah. Pemerintah menjamin masyarakat Universitas Sumatera Utara Tionghoa penganut agama Konghucu memiliki hak yang sama dengan penganut agama yang lain dalam hukum dan pemerintahan. Pengaruh agama Konghucu dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di kota Medan yang pertama adalah kewajiban berbakti dan menyayangi orang yang masih hidup seperti; sifat berbakti pada orang tua, kewajiban untuk menghormati orang yang lebih tua seperti antara kakak dan adik, serta adanya rasa saling menyayangi antar sesama saudara. Sedangkan yang kedua adalah kewajiban untuk menghormati orang yang telah wafat atau para pendahulu seperti pemujaan leluhur, kewajiban untuk melakukan wujud bakti terhadap orang yang meninggal sebagai contoh dalam upacara kematian, adanya masa berkabung, ziarah pada bulan 3 penanggalan Imlek, serta membersihkan altar atau kuburan.

4.1.3 Taoisme

Pendiri Taoisme adalah Lao Tze lahir tahun 604 SM. Riwayat hidupnya hanya sedikit saja diketahui, akan tetapi ajarannya berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat Tiongkok. Semua orang yang mengikuti ajaran Tao harus melepaskan semua usaha. Tujuan tertinggi adalah meloloskan diri dari khayalan keinginan dan renungan secara gaib. Inti dari ajaran ini adalah setiap orang hendaknya memberikan kasih sayang tidak terbatas pada para anggota keluarga saja, akan tetapi harus kepada seluruh anggota Universitas Sumatera Utara keluarga yang lain. Peperangan dan upacara ritual yang mengeluarkan biaya tinggi akan merugikan rakyat, selain itu hal ini merupakan sesuatu yang bertentangan dengan dasar kecintaan manusia dan oleh karenanya harus di cela. Prinsip pokok Taoisme adalah Jika kita menyayangi orang lain maka orang lain akan menyayangi kita, Achmadi 1994:93. Buku lao Tze yang terkenal adalah Tao Te Ching. Tao artinya jalan, Te artinya kebajikan dan Ching artinya kitab. Jadi Tao Te Ching diartikan sebagai kitab tentang atau petunjuk bagi manusia untuk sampai pada kebajikan. Taoisme mengajarkan bahwa untuk mencapai kebahagiaan manusia harus hidup dengan Wu Wei artinya tidak berbuat apa-apa yang bertentangan dengan alam. Sesuai dengan ajaran itu maka manusia yang paling berbahagia menurut ajaran Taoisme adalah mereka yang hidup dengan alam seperti para petani, nelayan, dan para biarawan, Tamburaka 1999:248.

4.1.3.1 Eksistensi Taoisme di Kota Medan

Taoisme di kota Medan masuk bersamaan dengan masuknya masyarakat Tionghoa ke kota Medan. Alasan yang mendasari hal tersebut adalah, karena Taoisme dipuja bersamaan dengan dua ajaran masyarakat Tionghoa yang lain yaitu; Buddha dan Konghucu yang disebut dengan Sam Kauw Hwee Perkumpulan Tiga Agama atau Buddha Tri Dharma atau San Chiao Wei Yi ketiga agama adalah satu. Sehingga ada kemungkinan ada masyarakat Tionghoa yang menganut lebih dari satu agama, seperti Universitas Sumatera Utara seorang penganut Buddha yang juga mengamalkan ajaran Tao dan Konghucu begitu juga sebaliknya. Pengaruh ajaran Taoisme bagi masyarakat Tionghoa dapat dilihat dari tindakan- tindakan yang positif dan kecintaan masyarakat Tionghoa terhadap lingkungan. selain itu berusaha mewujudkan perdamaian dan cinta kasih terhadap sesama umat manusia. Serta sebagai pemimpin yang senantiasa mampu melindungi rakyat dan mampu berbuat lebih baik untuk bangsa dan negara.

4.2 Upacara Kematian Masyarakat Tionghoa

Masyarakat Tionghoa merupakan salah satu suku yang sangat menghargai siklus kehidupan. Bagi masyarakat Tionghoa lahir, tua, sakit dan mati adalah hal yang harus dilalui semua orang. Menurut masyarakat Tionghoa, kematian merupakan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat Tionghoa yang menganggap bahwa kematian merupakan sesuatu yang buruk meskipun mereka meyakini adanya kehidupan setelah kematian yang dikenal dengan istilah Reinkarnasi. Upacara kematian pada masyarakat Tionghoa terdiri dari beberapa tahapan, dan merupakan proses panjang yang harus dilalui. Hal ini disebabkan, upacara kematian merupakan saat yang tepat bagi anak cucu untuk memberi balas jasa dan penghormatan terakhir bagi orang yang telah meninggal. Upacara ini juga bertujuan untuk memanjatkan doa kepada dewa dan dewi agar orang yang meninggal mencapai tempat Universitas Sumatera Utara tertinggi yaitu nirwana sehingga rohnya tidak kesasar ke dunia. Selain itu, masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa jika sanak keluarga yang telah meninggal memperoleh tempat yang baik di nirwana, maka hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan keluarga yang ditinggalkan di bumi. Sanak keluarga akan memperoleh rejeki yang melimpah, kesehatan yang baik serta memiliki umur yang panjang. Upacara kematian pada masyarakat Tionghoa terbagi atas 3 tahapan yaitu; upacara sebelum masuk peti, upacara masuk peti dan penutupan peti, serta upacara pemakaman.

4.2.1 Upacara Sebelum Masuk Peti

Ketika terjadi kematian dalam masyarakat Tionghoa, biasanya pihak keluarga segera menutup kaca atau benda yang dapat memantulkan bayangan. Hal ini dilakukan karena menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa apabila kaca tidak ditutup maka arwah akan terkejut melihat bayangan dirinya terpantul lewat kaca atau cermin. Pada saat itu, pihak keluarga akan segera mengenakan pakaian yang menggambarkan kondisi atau suasana berkabung yaitu pakaian berwarna hitam atau putih. Setelah itu jenazah dibersihkan dengan cara dimandikan dengan air bunga atau berbagai jenis biji-bijian dan dedaunan. Kemudian pada jenazah dikenakan pakaian yang bersih, wanita biasanya mengenakan pakaian putih sedangkan pria mengenakan pakaian berupa setelan jas. Hal ini menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa bahwa manusia Universitas Sumatera Utara datang ke dunia dalam keadaan yang bersih maka ketika berpulang juga harus dalam keadaan yang bersih. Jenazah biasanya disemayamkan di rumah atau di balai persemayaman. Di tempat inilah tahapan upacara kematian akan dilaksanakan. Di bawah jenazah diletakkan semangkuk nasi dan di atasnya ditancapkan sepasang sumpit. Jika jenazah diletakkan di rumah, biasanya pihak keluarga segera menyiapkan altar roh dan pada altar roh diletakkan hiolo tempat dupa beserta sesajian berupa nasi, mie, dan teh. Tetapi jika jenazah disemayamkan di balai persemayaman, maka pihak keluarga tak perlu repot menyiapkan altar dan kebutuhan upacara, karena di balai persemayaman segala kebutuhan upacara telah tersedia. Sambil menunggu datangnya malam, pihak keluarga biasanya akan terus membakar lembar demi lembar uang kertas dan perak yang dipercaya sebagai uang pegangan arwah di akhirat. Pada hari pertama setelah kematian, biasanya sanak saudara atau para pelayat sudah mulai datang. Para pelayat biasanya memberikan sumbangan berupa uang atau dalam istilah masyarakat Tionghoa Pek Kim. Kepada para pelayat biasanya disuguhi makanan kecil berupa kacang, roti-rotian dan air mineral.

4.2.2 Upacara Masuk Peti dan Penutupan Peti

Waktu pelaksanaan upacara masuk peti ditentukan oleh pemimpin upacara melalui pemilihan hari baik. Hal ini disebabkan kepercayaan masyarakat Tionghoa Universitas Sumatera Utara bahwa jika upacara tersebut tidak dilakukan berdasarkan pemilihan hari baik, maka akan mendatangkan sial bagi keluarga yang ditinggalkan. Pada saat hari yang ditentukan telah tiba, maka jenazah akan dimasukkan ke dalam peti. Sebelum dimasukkan ke dalam peti, maka dilakukan sembahyang peti terlebih dahulu. Pada tahapan upacara ini yang mengangkat jenazah adalah anak tertua dari almarhum dengan dibantu oleh sanak saudaranya yang lain. Pada malam setelah jenazah dimasukkan ke dalam peti biasanya dilakukan sembahyang. Umumnya upacara ini berlangsung antara pukul 19.00-23.00. Pihak keluarga akan berdiri menghadap altar dewa dan mengikuti instruksi pemimpin upacara. Pada saat itu jenazah tidak langsung ditutup, karena waktu penutupan peti mati juga berdasarkan perhitungan hari baik, selain itu terkadang ada alasan lain yaitu untuk menunggu kedatangan sanak saudara dari tempat yang jauh. Namun, apabila sanak saudara datang setelah peti ditutup, maka mereka harus masuk dengan cara merangkak untuk menandakan penyesalan atas keterlambatan dan membakar 3 dupa sebagai penghormatan. Setelah tiba pada waktu yang telah ditetapkan berdasarkan penghitungan hari baik, maka diadakan upacara penutupan peti. Sebelum peti ditutup, terlebih dahulu diadakan sembahyang penutupan peti. Dalam tahapan ini semua anak, menantu, cucu dan sanak keluarga dari almarhum harus jongkok atau berjalan mengelilingi peti mati. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Upacara Pemakaman

Waktu pelaksanaan upacara pemakaman juga ditentukan berdasarkan perhitungan waktu dan hari baik. Sebelum jenazah dimakamkan dilakukan sembahyang terakhir di tempat persemayaman tujuannya untuk meminta izin menghantarkan jenazah ke tempat pemakaman. Pada tahap tersebut pihak keluarga diharuskan memakai Ha. Ha adalah sejenis tanda simbolis yang diwujudkan dalam bentuk kain yang menandakan status hubungan keluarga dengan almarhum. Ha menandakan tanda balas budi dikenakan oleh generasi demi generasi dengan warna yang berbeda dan status yang berbeda. Misalnya adik laki-laki memakai Ha berwarna biru dengan sedikit kain berwarna merah, cucu dari pihak laki-laki memakai Ha hitam dengan sedikit kain putih. Setelah segala prosesi upacara selesai, maka jenazah dihantarkan ke tempat pemakaman. Dahulu penghantaran jenazah ke pemakaman dilakukan dengan berjalan kaki tanpa memakai alas kaki atau sandal. Konon menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, jika ada keluarga almarhum yang memakai alas kaki akan bisa menginjak arwah almarhum. Setelah jenazah sampai ke tempat pemakaman, terlebih dahulu dilakukan sembahyang. Setelah sembahyang selesai, maka jenazah dimasukkan ke dalam liang kubur. Sanak saudara mengelilingi liang kubur, kemudian berjalan berputar sambil melemparkan segenggam tanah, juga lima jenis biji-bijian ke dalam liang kubur. Setelah semua proses upacara selesai, maka liang kubur ditutup dengan demikian upacara pemakaman telah selesai. Universitas Sumatera Utara Setelah proses pemakaman telah selesai dan keluarga telah kembali ke rumah, maka sanak keluarga harus mencuci mukanya dengan air bunga. Hal ini dilakukan oleh semua orang yang menghadiri upacara pemakaman, terkecuali anak cucu. Air bunga dipercaya dapat membersihkan tubuh dari hawa-hawa negatif, terutama bagi yang mempunyai anak kecil. Setelah jenazah dimakamkan maka pihak keluarga masih tetap mengenakan Ha. Lamanya pemakaian Ha tergantung status seseorang dengan almarhum. Misalnya pihak perempuan mengenakan ha hanya selama 49 hari, sementara pihak laki-laki dianjurkan untuk memakai selama 1 tahun, bahkan ada yang memakai sampai dengan 3 tahun dalam arti sedang dalam masa berduka atas peninggalan almarhum selama 1 tahun sampai 3 tahun. 4.3 Lokasi Upacara, Peserta Upacara, dan Perlengkapan Upacara 4.3.1 Lokasi Upacara Sebelum dimakamkan, biasanya jenazah disemayamkan terlebih dahulu. Lamanya jenazah disemayamkan berkisar antara 2 hingga 7 hari tergantung pihak keluarga dan penentuan hari baik. Persemayaman dapat dilakukan di rumah pihak keluarga maupun di balai persemayaman. Namun pada saat ini di kota-kota besar seperti Medan persemayaman jenazah yang dilakukan di rumah sudah jarang ditemukan. Saat ini di kota-kota besar seperti Medan pada umumnya jenazah disemayamkan di balai persemayaman. Hal ini disebabkan beberapa alasan diantaranya Universitas Sumatera Utara pada saat jenazah disemayamkan biasanya dilakukan berbagai tahapan upacara persemayaman, dalam upacara persemayaman biasanya identik dengan suasana yang riuh rendah sehingga menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. Selain itu meletakkan mayat selama hampir seminggu membuat masyarakat Tionghoa merasa segan terhadap tetangga atau lingkungan sekitar. Alasan yang ketiga biasanya dibalai persemayaman telah tersedia peralatan dan keperluan untuk upacara sehingga tidak merepotkan pihak keluarga untuk menyiapkan segala kebutuhan upacara. Upacara sembahyang umumnya dilakukan pada malam hari berkisar antara pukul 19.00 hingga pukul 23.00. Sedangkan upacara memasukkan jenazah ke dalam peti mati dan sembahyang terakhir, sebelum ke pemakaman umumnya dilakukan pada pagi atau siang hari.

4.3.2 Peserta Upacara

Peserta upacara biasanya terdiri dari suami, istri, anak, cucu menantu dan saudara dekat dari orang yang telah meninggal. Peserta upacara tersebut nantinya akan mengikuti jalanya upacara dan mendengarkan instruksi sang pemimpin upacara. Peserta upacara tersebut memiliki peran masing-masing dalam setiap tahapan upacara.

4.3.3 Perlengkapan Upacara

Upacara kematian masyarakat Tionghoa, mulai dari persemayaman hingga pemakaman membutuhkan peralatan-peralatan upacara sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara

1. Altar sembahyang

Dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa dibutuhkan dua buah altar. Altar berwarna merah untuk para dewa dan altar berwarna biru untuk roh yang disemayamkan. Altar ini adalah tempat untuk meletakkan persembahan serta tempat untuk meletakkan lilin, dupa, dan hiolo. Gambar 1. Altar dewa Foto: Nyerli 29062013 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Altar Roh Foto: Nyerli 29062013

2. Dupa hio dan tempat dupa hiolo

Dupa merupakan media penghubung antara dunia dan akhirat. Salah satu fungsinya adalah dipakai untuk sembahyang sebagai wujud penghormatan kepada orang yang telah meninggal, cara menggunakannya adalah dengan dibakar. Universitas Sumatera Utara Gambar 3. Dupa Gambar 4. Salah satu bentuk pemakaian dupa Foto: Nyerli 29062013 Foto: Nyerli 29062013

3. Lilin

Pada masing masing altar terdapat dua buah lilin. Lilin berwarna merah untuk altar dewa dan lilin berwarna putih untuk altar roh. Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Lilin altar dewa Gambar 6. Lilin altar roh Foto: Nyerli 29062013 Foto: Nyerli 29062013

4. Tungwan

Tungwan adalah selembar kertas panjang bertuliskan nama orang yang telah meninggal dan dikaitkan dengan sebuah bambu. Tungwan berfungsi sebagai salah satu media pemanggil roh orang yang telah meninggal untuk datang dan mengikuti upacara kematian. Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Tungwan Gambar 8. Salah satu bentuk pemakaian Tungwan Foto: Nyerli 30062013 Foto: Nyerli 30062013

5. Lentong

Lentong adalah kertas yang digantung di pintu masuk menuju altar roh. Biasanya lentong berisi pujian atau syair kepada orang yang meninggal. namun tidak semua masyarakat Tionghoa memakai lentong dalam upacara kematian hal ini tergantung kemampuan dari pihak keluarga. Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Lentong Foto: Nyerli 30062013

6. Lilin penerang jalan

Lilin penerang jalan dipakai dipakai dalam sembahyang arwah, diletakkan di pintu masuk upacara. Masyarakat Tionghoa mempercayai lilin ini dapat menjadi penerang bagi arwah yang meninggal untuk mendatangi lokasi upacara. Universitas Sumatera Utara Gambar 10. Lilin arwah Foto: Nyerli 01072013

7. Uang arwah

Uang arwah dipercaya sebagai uang pegangan arwah di akhirat. Cara penggunaannya terbagi dua yaitu: dibakar pada saat upacara persemayaman dan dimasukkan ke dalam peti mati. Uang arwah terbagi dua yaitu: uang perak gimcua dan uang emas gincua. Gambar 11. Gimcua uang perak Gambar 12.Gincua uang emas Foto: Nyerli 01072013 Foto: Nyerli 01072013 Universitas Sumatera Utara

8. Gokok

Gokok merupakan lima jenis biji-bijian yang terdiri dari beras, kacang hitam, kacang hijau, kacang merah, dan kacang kedelai yang dibungkus kedalam kain berwarna merah dan diletakkan diatas peti orang meninggal. gokok dipercaya sebagai bekal arwah di alam selanjutnya. Gambar 13. Gokok Foto: Nyerli 01072013

9. Lampion

Dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa biasanya dipakai dua buah lampion yang terletak di sisi kanan dan kiri altar roh. Pada lampion tertulis nama dan tanggal lahir orang yang meninggal. Universitas Sumatera Utara Gambar 14. Lampion Foto:Nyerli 01072013

10. Peti Mati

Peti mati merupakan rumah baru bagi orang yang telah meninggal. Peti mati terbuat dari kayu dan biasanya di ukir dengan kata-kata yang melambangkan keberuntungan seperti kata 福 fu yang artinya: keberuntungan. Dalam kebudayaan masyarakat Tionghoa peti mati sangat penting hal ini dapat kita lihat adanya tahapan dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa yaitu upacara sebelum masuk peti, upacara masuk peti, dan penutupan peti.

11. Sesajian

Sesajian merupakan persembahan kepada dewa dan roh yang meninggal. sesajian untuk dewa umumnya terdiri dari buah-buahan, sedangkan sesajian untuk roh Universitas Sumatera Utara umumnya berupa nasi, mie, dan teh. Sesajian ini diletakkan di altar dewa dan altar roh. Gambar 15. Sesajian untuk dewa Gambar 16. Sesajian untuk roh Foto : Nyerli 01072013 Foto: Nyerli 01072013

4.4 Saikong Saikong merupakan sosok yang sudah tidak asing lagi dalam kebudayaan

masyarakat Tionghoa. Sosok ini tidak hanya diperlukan dalam upacara kematian saja tetapi dalam berbagai upacara kebudayaan masyarakat Tionghoa yang lain. Di dalam upacara kematian masyarakat Tionghoa, sosok seorang Saikong merupakan salah satu komponen penting. Selain berperan dalam tiap tahapan upacara, seorang Saikong juga berperan menentukan hari baik penguburan atau pembakaran jenazah yang disemayamkan. Seorang Saikong tidak hanya fasih membacakan mantera yang Universitas Sumatera Utara dipercaya sebagai penghapus dosa di dalam upacara kematian, tetapi juga dapat melafalkan paritta atau gelar Buddha. Universitas Sumatera Utara

BAB V PERAN SAIKONG DALAM UPACARA KEMATIAN

MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN

5.1 Keberadaan atau Eksistensi Saikong di Tengah Masyarakat Tionghoa