datang  ke  dunia  dalam  keadaan  yang  bersih  maka  ketika  berpulang  juga  harus  dalam keadaan yang bersih.
Jenazah  biasanya  disemayamkan    di  rumah  atau  di  balai  persemayaman.  Di tempat inilah tahapan upacara kematian akan dilaksanakan. Di bawah jenazah diletakkan
semangkuk nasi dan di atasnya ditancapkan sepasang sumpit. Jika jenazah diletakkan di rumah,  biasanya  pihak  keluarga  segera  menyiapkan  altar  roh  dan  pada  altar  roh
diletakkan  hiolo  tempat  dupa  beserta    sesajian  berupa  nasi,  mie,  dan  teh.  Tetapi  jika jenazah  disemayamkan  di  balai  persemayaman,  maka  pihak  keluarga  tak  perlu  repot
menyiapkan  altar  dan  kebutuhan  upacara,  karena  di  balai  persemayaman  segala kebutuhan upacara telah tersedia.
Sambil  menunggu  datangnya  malam,  pihak  keluarga  biasanya    akan  terus membakar  lembar  demi  lembar  uang  kertas  dan  perak  yang  dipercaya  sebagai  uang
pegangan arwah di akhirat. Pada hari pertama setelah kematian, biasanya sanak saudara atau  para  pelayat  sudah  mulai  datang.  Para  pelayat    biasanya  memberikan  sumbangan
berupa  uang  atau  dalam  istilah  masyarakat  Tionghoa  Pek  Kim.  Kepada  para  pelayat biasanya disuguhi makanan kecil berupa kacang, roti-rotian dan air mineral.
4.2.2  Upacara Masuk Peti dan Penutupan Peti
Waktu  pelaksanaan  upacara  masuk  peti  ditentukan  oleh  pemimpin  upacara melalui  pemilihan  hari  baik.  Hal  ini  disebabkan  kepercayaan  masyarakat  Tionghoa
Universitas Sumatera Utara
bahwa jika upacara tersebut tidak dilakukan berdasarkan pemilihan hari baik, maka akan mendatangkan sial bagi keluarga yang ditinggalkan.
Pada  saat  hari  yang  ditentukan  telah  tiba,  maka  jenazah  akan  dimasukkan  ke dalam  peti.  Sebelum  dimasukkan  ke  dalam  peti,  maka  dilakukan  sembahyang  peti
terlebih dahulu.  Pada tahapan upacara ini  yang mengangkat  jenazah adalah anak tertua dari  almarhum  dengan  dibantu  oleh  sanak  saudaranya  yang  lain.  Pada  malam  setelah
jenazah dimasukkan ke dalam peti biasanya dilakukan sembahyang. Umumnya upacara ini berlangsung antara pukul 19.00-23.00. Pihak keluarga akan berdiri menghadap altar
dewa dan mengikuti instruksi pemimpin upacara. Pada saat itu jenazah tidak langsung ditutup, karena waktu penutupan peti mati
juga berdasarkan perhitungan hari baik, selain itu terkadang ada alasan lain yaitu untuk menunggu  kedatangan  sanak  saudara  dari  tempat  yang  jauh.  Namun,  apabila  sanak
saudara datang setelah peti ditutup, maka mereka harus masuk dengan cara merangkak untuk  menandakan  penyesalan  atas  keterlambatan  dan  membakar  3  dupa  sebagai
penghormatan. Setelah  tiba  pada  waktu  yang  telah  ditetapkan  berdasarkan  penghitungan  hari
baik,  maka  diadakan  upacara  penutupan  peti.  Sebelum  peti  ditutup,  terlebih  dahulu diadakan  sembahyang  penutupan  peti.  Dalam  tahapan  ini  semua  anak,  menantu,  cucu
dan sanak keluarga dari almarhum harus jongkok atau berjalan mengelilingi peti mati.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Upacara Pemakaman
Waktu  pelaksanaan  upacara  pemakaman  juga  ditentukan  berdasarkan perhitungan waktu dan hari baik. Sebelum jenazah  dimakamkan dilakukan sembahyang
terakhir di tempat persemayaman tujuannya untuk meminta izin menghantarkan jenazah ke tempat pemakaman. Pada tahap tersebut pihak keluarga diharuskan memakai Ha. Ha
adalah  sejenis  tanda  simbolis  yang  diwujudkan  dalam  bentuk  kain  yang  menandakan status  hubungan  keluarga  dengan  almarhum.  Ha  menandakan  tanda  balas  budi
dikenakan  oleh  generasi  demi  generasi  dengan  warna  yang  berbeda  dan  status  yang berbeda.  Misalnya  adik  laki-laki  memakai  Ha  berwarna  biru  dengan  sedikit  kain
berwarna merah, cucu dari pihak laki-laki memakai Ha hitam dengan sedikit kain putih. Setelah segala prosesi upacara selesai, maka jenazah dihantarkan ke tempat pemakaman.
Dahulu  penghantaran  jenazah  ke  pemakaman  dilakukan  dengan  berjalan  kaki  tanpa memakai alas kaki atau sandal. Konon menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, jika
ada keluarga almarhum yang memakai alas kaki akan bisa menginjak arwah almarhum. Setelah    jenazah  sampai  ke  tempat  pemakaman,  terlebih  dahulu  dilakukan
sembahyang.  Setelah  sembahyang  selesai,  maka  jenazah  dimasukkan  ke  dalam  liang kubur.  Sanak  saudara  mengelilingi  liang  kubur,  kemudian  berjalan  berputar  sambil
melemparkan segenggam tanah, juga lima jenis biji-bijian ke dalam liang kubur. Setelah semua  proses  upacara  selesai,  maka  liang  kubur  ditutup  dengan  demikian  upacara
pemakaman telah selesai.
Universitas Sumatera Utara
Setelah  proses  pemakaman  telah  selesai  dan  keluarga  telah  kembali  ke  rumah, maka sanak keluarga harus mencuci mukanya dengan air bunga. Hal ini dilakukan oleh
semua  orang  yang  menghadiri  upacara  pemakaman,  terkecuali  anak  cucu.  Air  bunga dipercaya  dapat  membersihkan  tubuh  dari  hawa-hawa  negatif,  terutama  bagi  yang
mempunyai anak kecil. Setelah jenazah dimakamkan maka pihak keluarga masih tetap mengenakan Ha.
Lamanya pemakaian Ha tergantung status seseorang dengan almarhum. Misalnya pihak perempuan mengenakan  ha hanya selama 49 hari, sementara pihak laki-laki dianjurkan
untuk  memakai  selama  1  tahun,  bahkan  ada  yang  memakai  sampai  dengan  3  tahun dalam  arti  sedang  dalam  masa  berduka  atas  peninggalan  almarhum  selama  1  tahun
sampai 3 tahun.
4.3  Lokasi Upacara,  Peserta Upacara, dan Perlengkapan Upacara 4.3.1  Lokasi Upacara