Elite Lokal dalam Pertarungan politik

reputasi bupati ditengah masyarakat serta partai juga mampu menjaga stabilitas politik di bawah kendali partai. Dengan kata lain, indikasi akan pengarahan seluruh kekuatan Birokrasi yang ada untuk memenangkan partai Demokrat dalam Pemilu, mungkin terjadi. Hal ini pun semakin mencuat, karena secara pribadi DR HC Kena Ukur Karo Jambi tentunya berkeinginan besar untuk memenangkan anaknya yakni Nora Else br Surbakti Caleg Demokrat Dapil Karo 2 untuk duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Karo dari partai Demokrat.

3.5.1 Elite Lokal dalam Pertarungan politik

Dalam teori elite dikatakan bahwa ada sirkulasi elit yang mengandung pengertian bahwa di setiap masyarakat yang berbentuk apapun senantiasa muncul dua kelas, yaitu kelas yang memerintah dan kelas yang diperintah. Dengan kondisi ini akan muncul konflik dengan sendirinya antara pihak yang memiliki kekuasaan , dengan pihak lain yang menghendaki kekuasaan atau pihak yang diperintah. Karena pada dasarnya, hasrat untuk memperoleh kekuasan merupakan watak yang ada dalam diri setiap manusia. Sebagai konsekuensi dari kepemilikan kekuasaan, maka setiap orang dapat melakukan setiap fungsi politik, seperti monopoli kekuasaan dan memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok yang didapat dari kekuasaannya dan kadang-kadang bersifat legal, arbitrer, dan keras. Maka yang terjadi adalah, setiap elite yang memerintah akan mencoba mempertahankan kekuasaan status quo, bagaimanapun caranya. Karena kekuasaan hanya dapat bertahan, apabila secara kontinuitas memperoleh dukungan mayoritas dari masyarakat bawah, karena logika demokrasi adalah Universitas Sumatera Utara logika mayoritas masyarakat yang kemudian menjadi konsesus. Kekuasaan besar yang dimiliki oleh pemerintah, tentunya dapat menghimpun seluruh kekuatan politik yang ada dalam pemerintahan, sebagai instrument untuk mempertahankan kekuasaan, dan termasuk didalamnya kepemilikan akses untuk mengkondisikan seluruh perangkat pelaksana pemerintahan, atau Birokrasi pemerintah. 46 Eksistensi birokrasi itu sendiri tergantung pada penguasa, karena keberadaannya yang menentukan besaran anggaran bagi kebutuhan birokrasi. Pemerintah juga yang menentukan setiap kebijakan strategis menyangkut masa depan birokrasi, seperti penentuan jabatan struktural atau fungsional tertentu. Dari sinilah dimulai hubungan yang bersifat pragmatistis antara birokrasi dengan elit Seperti yang sudah di paparkan sebelumnya bagaimana budaya yang melekat di dalam organisasi Birokrasi, menyebabkan pemimpin menjadi seorang yang super power untuk mengatur seluruh jajaran pegawai di dalam instansi pemerintah. Maka dalam hal ini dapat dilihat sejauh mana Partai Demokrat, sebagai partai pemerintahan menggunakan Birokrasi sebagai instrument pemenangannya dalam Pemilihan Umum. Fenomena melibatkan birokrasi dalam arena pertarungan politik marak terjadi menjelang pesta demokrasi seperti pemilihan umum, atau pemilihan kepala daerah langsung Pemilukada. Posisi strategis Birokrasi yang memiliki keunggulan, dalam memobilisasi massa sekaligus kemampuan untuk memanfaatkan setiap fasilitas dalam rangka mendukung partai poltik dalam Pemilu, atau seorang pasangan calon yang hendak duduk di kursi kekuasaan. 46 Agus Setiyanto. 2001. Elit Pribumi Bengkulu. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta: hal 25-30 Universitas Sumatera Utara politik terjadi. Mengingat pimpinan birokrasi adalah orang yang memiliki kekuatan politik, maka pemerintah memiliki kekuasaan menentukan masa jabatan para birokrat sesuai dengan kepentingan elit itu sendiri. Maka dengan cara demikian, birokrat akan senantiasa tergantung pada pemerintah. Dalam praktek kekuasaan , sudah menjadi rahasia umum bahwa birokrat yang dianggap tidak “koperatif’ dengan pemerintah yang berkuasa, dipastikan akan sulit mendapat posisi jabatan dengan kriteria “basah”. Minimal setiap birokrat pastilah tidak pernah mendambakan akan menghabiskan kariernya di “lahan-lahan kering”. Oleh karena itu, secara sederhana dapat diartikan bahwa jenjang karier sangat ditentukan oleh hubungan baik dengan penguasa, menjadi satu kemutlakan. Untuk memahami bagaimana posisi Birokrasi dan Partai Demokrat dalam Pemilu, penulis melakukan wawancara mendalam dengan Koordinator Daerah Demokrat Kabupaten Karo. Kemudian beliau menyampaikan beberapa hal, saat ditanyakan penulis tentang “bagaimana hubungan Demokrat dan Birokrasi, serta kemampuan Demokrat untuk menggunakan mesin Birokrasi dalam rangka memenangkan Partai Demokrat dalam Pemilu 2014”. Maka beliaupun menyatakan bahwa : “Satuan kerja Pemerintah Daerah SKPD Kab. Karo pada prinsipnya tidak semuanya dapat menjadi alat pemenangan Demokrat, walaupun tetap ada yang mendukung Demokrat pada Pemilu. Artinya tidak secara general seluruh SKPD dan jajaran Pegawai Negri Sipil berada di dalam barisan Demokrat, apalagi orang dalam barisan sakit hati karena merasa dikecewakan oleh pemerintahan Karo Jambi. Kadang dalam hal ini ada juga pihak SKPD yang justru memberikan kerugian bagi kita karena pejabat yang diangkat oleh Bupati menimbulkan kecemburuan sama Universitas Sumatera Utara pejabat yang tidak dipedulikan oleh bupati.” 47 “Tetapi dalam kenyataan di pemilihan umum banyak SKPD, yang bertolak belakang dengan Partai Demokrat. Beberapa yang berpendapat bahwa SKPD mencari zona aman karena memang kondisi perpolitikan ditanah karo yang sangat panas mengingat tidak ada yang menjamin posisi bupati DR HC Kena Ukur Karo Jambi Surbakti akan bertahan lama lagi, karena proses pemakzulan bupati masih terus dilakukan oleh kelompok kelompok berisan sakit hati. Sehingga beberapa SKPD pada kenyataanya tidak menyertakan diri secara langsung dalam mendukung partai demokrat Menurut narasumber, tidak dipungkiri bahwa ada SKPD yang mendukung partai Demokrat, karena pada dasarnya Pegawai Negri Sipil masih memiliki hak demokratis, bisa saja dia tidak melakukan dukungan melalui jabatan fungsional yang dimilikinya, tetapi secara individu ia mengarahkan stafnya itu untuk mendukung Demokrat, dan tentu saja SKPD yang berkontribusi bagi Demokrat akan diapresiasi dengan sangat baik oleh Partai Demokrat. Dalam perjalanan suksesi Partai Demokrat yang dihubungkan dengan SKPD Kabupaten Karo, menurutnya ada dilema tersendiri bagi Partai Demokrat, yang didukung oleh SKPD tertentu, dimana banyak SKPD yang tidak disenangi masyarakat karena kinerja pejabat daerah yang mungkin tidak sesuai dengan harapan masyarakat kabupaten karo, yang berpengaruh kepada popularitas Partai. Kemudian barisan SKPD yang tidak mendukung partai Demokrat banyak yang memperburuk citra Demokrat kepada masyarakat, ini banyak terjadi di lapangan. Pada awalnya, mereka bisa saja mendukung Partai Demokrat, namun kenyataan di lapangan bisa tiba-tiba berubah. Hal ini dinyatakan oleh Bapak Mustra Peranginangin, sekertaris DPC Partai Demokrat Kabupaten Karo dalam wawancara penulis. 47 Hasil wawancara dengan Bapak Drg. Bantuan Purba, M.Si di sekretariat DPC Partai Demokrat Kab. Karo Universitas Sumatera Utara dalam pemilu atas ketakutan apabila barisan sakit hati berhasil menggulingkan si Bupati maka posisi mereka dalam kursi birokrasi juga pasti akan terancam. Cuma untungnya ketakutan itu hanya ketakutan beberapa individu saja.” 48 Politik uang adalah suatu bentuk pemberian seseorang yang berkepentingan secara politik, kepada seseorang lainnya dengan tujuan agar orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Politik uang adalah bentuk dari perwujudan pelanggaran kampanye. Yang dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari pelaksanaan pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian berbentuk uang, sembako antara lain beras, kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik Dalam pandangan penulis sesuai dengandata yang diperoleh, secara umum partai Demokrat memiliki kemampuan untuk mengkondisikan barisan Pegawai Negri Sipil yang tergabung dalam Birokrasi pemerintah Kabupaten Karo, untuk mendukung dan serta merta memilih Partai Demokrat dalam Pemilu 2014. Hal ini pun dibenarkan oleh pimpinan Cabang Partai Demokrat, dimana beliau mengatakan dalam PEMILU 2014 yang lalu, seluruh perangkat pemerintah mulai dari tingkat Camat hingga kepada Kepala Desa, disarankan untuk mendukung Demokrat begitu pun halnya dengan pejabat kabupaten dan keluarga meskipun tidak bersifat paksaan. Maka, dengan hal itu Demokrat mendapatkan keuntungan, dan memperoleh kemenangan Pemilihan DPRD Kabupaten Karo.

3.6 Politik Uang dalam Pemilu 2014