Bahan-bahan Alat-alat Pembahasan Penentuan Ca, Mg, Fe, Dan P Di Dalam Produk Olahan Ikan Pora-Pora (Mystacoleuseus Padangensis) Dari Danau Toba

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan-bahan

- HCl p p.a.E.Merck - Na 2 EDTA p.a.E.Merck - NaOH p.a.E.Merck - NH 4 Cl p.a.E.Merck - NH 4 OH p p.a.E.Merck - CaCO 3 p.a.E.Merck - FeNH 4 2 SO4 2 p.a.E.Merck - 1,10 fenantrolina p.a.E.Merck - NH 2 OH.HCl p.a.E.Merck - CH 3 COOH glasial p.a.E.Merck - CH 3 COONH 4 p.a.E.Merck - H 2 SO 4p p.a.E.Merck - KSbOC 4 H 4 O. 1 2 H 2 O p.a.E.Merck - NH 4 6 Mo 7 O 24 .4H 2 O p.a.E.Merck - C 6 H 8 O 6 p.a.E.Merck - KH 2 PO 4 p.a.E.Merck - NaCl p.a.E.Merck - C 2 H 5 OH p.a.E.Merck - Aquadest - Eriochrome Black T EBT - Mureksid 20 Universitas Sumatera Utara

3.2. Alat-alat

- Neraca Analitik Mettler PM 400 - Oven Fisher - pH Meter Beckman - Termometer Fisher - Tanur listrik Fisher - Spektronik 20 - Spektronik 300 - Peralatan gelas Pyrex - Crusibel - Statif dan Klem 3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penyediaan Reagent a. Larutan Standar EDTA 0,01M Sebanyak 3,723 g dinatrium etilendiamintetraasetat dihidrat dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 mL sampai garis garis tanda kemudian dihomogenkan. Larutan ini disimpan dalam botol gelas borosilikat atau polietilen b. Larutan Buffer pH 10 Sebanyak 1,179 g dinatrium etilendiamintetraasetat dihidrat dan 644 mg magnesium klorida dilarutkan dalam 50 mL aquadest. Kemudian campurkan larutan ini dengan larutan 16,9 g NH 4 Cl dalam 143 mL NH 4 OH p . Kemudian diencerkan dalam labu takar 250 mL dengan menggunakan aquadest sampai garis tanda, lalu dihomogenkan. Larutan ini disimpan dalam botol gelas borosilikat atau polietilen tidak lebih dari 1 bulan. Universitas Sumatera Utara c. Larutan NaOH 1 N Sebanyak 10 g NaOH dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 250 mL sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Larutan ini disimpan dalam botol polietilen. d. Indikator Mureksid Sebanyak 200 mg mureksid dan 100 gram NaCl dicampurkan dan digerus sampai berukuran 40 – 50 mesh. Indikator ini disimpan dalam botol tertutup rapat. e. Indikator Eriochrome Black T Sebanyak 0,5 g eriokrome black T dicampurkan dengan 10 g NaCl dan 10 g HONH 3 Cl kemudian digerus sampai halus. Indikator ini disimpan dalam botol tertutup rapat. f. Larutan Standar CaCl 2 0,01 M Sebanyak 1,000 g serbuk CaCO 3 anhidrat dimasukkan ke dalam beaker glass, dilarutkan dengan penambahan HCl 1:1, lalu ditambahkan 200 mL aquadest dan didihkan untuk membuang CO 2 . Kemudian didinginkan dan ditambahkan 3 tetes indikator metil merah. Ditambahkan NH 4 OH 3 N atau HCl 1:1 sampai larutan berwarna jingga. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan. g. Larutan Hidroksilamin NH 2 OH.HCl Sebanyak 10 g NH 2 OH.HCl dilarutkan dengan aquadest dan diencerkan dalam labu takar 100 mL sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. h. Larutan Buffer Ammonium Asetat Sebanyak 25 g CH 3 COONH 4 dilarutkan dengan 15 mL aquadest dan ditambahkan 70 mL CH 3 COOH glasial, kemudian diencerkan di dalam labu takar 100 mL sampai garis tanda dan dihomogenkan. Universitas Sumatera Utara i. Larutan 1,10-Fenantrolin Sebanyak 0,1 g 1,10-fenantrolin monohidrat dilarutkan dalam 100 mL aquadest yang telah ditambahkan 2 tetes HCl p . j. Larutan induk Fe 1000 mgL dari kristal FeNH 4 2 SO 4 2 .6H 2 O Sebanyak 250 mL aquadest dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL lalu ditambahkan 100 mL H 2 SO 4p dan dihomogenkan, kemudian dilarutkan ke dalamnya sebanyak 7,0219 g FeNH 4 2 SO 4 2 .6H 2 O. Tambahkan KMnO 4 0,1 N sedikit demi sedikit sampai berwarna merah muda. Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. k. Larutan Standar Fe 100 mgL Sebanyak 5 mL larutan induk Fe 1000 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan. l. Larutan Standar Fe 10 mgL Sebanyak 5 mL larutan induk Fe 100 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan. m. Larutan Seri Standar Fe 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mgL Sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 10 mL larutan standar 10 mgL dimasukkan ke dalam masing-masing labu takar 100 mL, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan. n. Larutan indikator Fenolftalein 0,05 Sebanyak 50 mg fenolftalein dilarutkan dengan 50 mL etanol di dalam beaker glass lalu dihomogenkan. ditambahkan ke dalam50 mL aquadest. Kemudian disaring dan ditampung filtratnya dalam botol kaca borosilikat. 22 Universitas Sumatera Utara o. Larutan Ammonium molibdat Sebanyak 25 g NH 4 6 Mo 7 O 24 .4H 2 O dilarutkan dalam 175 mL aquadest. Secara hati-hati tambahkan 280 mL H 2 SO 4p pada 400 mL aquadest, didinginkan. Tambahkan larutan ammonium molibdat ke dalam larutan asam sulfat, lalu diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 mL. p. Larutan Timah II klorida Sebanyak 2,5 g SnCl 2 .2H 2 O dilarutkan dengan 100 mL gliserol. Dipanaskan dalam penangas air dan diaduk untuk membantu mempercepat pelarutan. Simpan di dalam botol kaca borosilikat. q. Larutan Induk Phospat 1000 mgL dari kristal KH 2 PO 4 Sebanyak l,4316 g dilarutkan dalam 100 mL aquadest kemudian diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 1000 mL. r. Larutan Standar Phospat 100 mgL Sebanyak 10 mL larutan induk phospat 1000 ppm diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL. s. Larutan Standar Phospat 10 mgL Sebanyak 10 mL larutan standar phospat 100 mgL diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL t. Larutan seri standar 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; 1,0 mgL Masing-masing sebanyak 2 mL; 4 mL; 6 mL; 8 mL; 10 mL larutan standar 10 mgL diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 mL Universitas Sumatera Utara

3.3.2. Preparasi sampel

a. Pengabuan a.1. Untuk penentuan Ca, Mg, dan Fe Sebanyak 100 g sampel dihaluskan, diambil dengan teliti sebanyak 50 g sampel yang telah halus dan dimasukkan ke dalam cawan krusibel yang telah diketahui massanya dengan teliti. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dan diabukan selama 3 jam pada suhu 600°C. Lalu didinginkan di dalam desikator dan ditimbang dengan teliti. a.2. Untuk penentuan P Sebanyak 50 gram sampel dihaluskan, diambil dengan teliti sebanyak 25 gram sampel yang telah halus dan dimasukkan ke dalam cawan krusibel yang telah diketahui massanya dengan teliti. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dan diabukan selama 3 jam pada suhu 550°C. Lalu didinginkan di dalam desikator dan ditimbang dengan teliti. b. Penyediaan larutan sampel untuk penentuan Fe, Ca, dan Mg Abu sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL, ditambahkan 10 mL aquadest lalu ditambahkan 25 mL HCl p . Ditutup dengan kaca arloji lalu dipanaskan sampai diperoleh volume larutan menjadi kira-kira 5 mL. Didinginkan dan disaring. Filtratnya dikumpulkan dalam labu ukur 250 mL dan diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda c. Penyediaan larutan sampel untuk analisa Phospat Abu sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL. Ditambahkan 3 mL H 2 SO 4p dan 15 mL HNO 3p . Ditutup dengan kaca arloji dan dipanaskan sampai volumenya menjadi 10 mL, dilanjutkan pemanasan sampai larutannya menjadi bening lalu didinginkan. Kemudian ditambahkan 20 mL aquadest, ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein. Lalu dinetralkan dengan penambahan NaOH 1 N sampai terbentuk larutan berwarna pink lalu disaring. Filtratnya dikumpulkan dalam labu ukur 250 mL dan diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan. 24 Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Fe

Sebanyak 50 mL larutan seri standar 0,2 mgL dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1 mL HCl p dan 3 mL larutan hidroksilamin. Dipanaskan sampai ½ volume awal. Didinginkan sampai mencapai suhu ruangan lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan buffer asetat dan 2 mL larutan fenantrolin lalu diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda. Diaduk dan didiamkan selama 15 menit kemudian diukur T nya pada λ = 510 nm. Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ppm.

3.3.4. Penentuan Fe total menggunakan pereaksi 1,10 fenantrolin dengan metode spektrofotometri.

Sebanyak 50 mL larutan hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1 mL HCl p dan 3 mL larutan hidroksilamin. Dipanaskan sampai ½ volume awal. Didinginkan sampai mencapai suhu ruangan lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL. Diatur pH larutan menjadi 3-5 dengan penambahan larutan CH 3 COONa 3M. Kemudian ditambahkan 10 mL larutan buffer asetat dan 2 mL larutan fenantrolin lalu diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda. Diaduk dan didiamkan selama 15 menit kemudian diukur T nya pada λ = 510 nm.

3.3.5. Standarisasi Larutan Standar EDTA 0,01 M

Dipipet sebanyak 10 mL larutan Standar CaCO 3 0,01 M dimasukkan ke dalam labu erlenmyer 250 mL. Ditambahkan 40 mL aquadest dan 1 mL larutan buffer pH 10. Kemudian ditambahkan 30 – 50 mg indikator EBT. Dititrasi dengan larutan standar Na 2 EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru. Lalu dicatat volume larutan standar Na 2 EDTA yang digunakan. Diulangi prosedur yang sama sebanyak 3 kali dan dihitung molaritas Na 2 EDTA dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara M EDTA = M CaCO3× V CaCO3 V EDTA Dimana : M EDTA adalah molaritas larutan standar Na 2 EDTA mmolmL V EDTA adalah volume rata-rata larutan standar Na 2 EDTA mL V CaCO 3 adalah volume rata-rata larutan CaCO 3 yang digunakan mL M CaCO 3 adalah molaritas larutan CaCO 3 yang digunakan mmolmL

3.3.6. Penentuan Ca dan Mg dengan metode Titrasi Kompleksometri

1. Penghilangan gangguan dalam titrasi Sebanyak 25 mL larutan hasil destruksi dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL lalu ditambahkan 10 mL larutan ammonium klorida 10. Dipanaskan sampai mendidih kemudian didinginkan. Ditambahkan 3 tetes indikator metil merah dan dinetralkan dengan larutan amonia 10 sedikit berlebih. Didiamkan selama ±15 menit. Kemudian disaring dan filtratnya dikumpulkan dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda larutan A. 2. Penentuan kadar Ca Dipipet sebanyak 5 mL larutan A dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan larutan NaOH 1 N sampai pH-nya 12 – 13 dan diaduk. Ditambahkan 0,1 – 0,2 gram indikator mureksid. Kemudian dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01M sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi violet pada titik akhir titrasi. Dicatat volume larutan standar EDTA 0,01M yang terpakai dan diulangi sebanyak 3 kali. 3. Penentuan kadar Ca-Mg Dipipet sebanyak 5 mL larutan A dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan 2 mL buffer pH 10. Kemudian ditambahkan 50 – 100 mg indikator EBT dan diaduk. Kemudian dititrasi dengan larutan standar EDTA 0,01M sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru pada titik akhir titrasi. Universitas Sumatera Utara Dicatat volume larutan standar EDTA 0,01M yang terpakai dan diulangi sebanyak 3 kali.

3.3.7. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standar Phospat

Sebanyak 100 mL larutan seri standar phospat 0,2 ppm dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan 1 tetes indikator phenolftalein, jika dihasilkan larutan berwarna pink, tambahkan H 2 SO 4 2N sampai menjadi bening. Kemudian ditambahkan 4,0 mL reagent ammonium molibdat dan 0,5 mL reagent timah II klorida. Kemudian didiamkan selama 10 menit dan diukur T nya pada λ = 690 nm. Dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar phospat 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ppm. 3.3.8. Penentuan Phospat total menggunakan pereaksi Stanno klorida dengan metode spektrofotometri Sebanyak 5 mL larutan hasil destruksi HNO 3p – H 2 SO 4p dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dan dihomogenkan. Dipipet sebanyak 20 mL larutan ini kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan kembali dengan aquadest sampai garis tanda lalu dihomogenkan. Dimasukkan larutan ini ke dalam labu erlenmeyer 250 mL kemudian ditambahkan 1 tetes indikator phenolftalein, jika dihasilkan larutan berwarna pink, tambahkan H 2 SO 4 2N sampai menjadi bening. Kemudian ditambahkan 4,0 mL reagent ammonium molibdat dan 0,5 mL reagent timah II klorida. Kemudian didiamkan selama 10 menit dan diukur T nya pada λ = 690 nm. Universitas Sumatera Utara 3.4. Bagan Penelitian 3.4.1. Pengabuan Sampel 3.4.1.1.Pengabuan Sampel Untuk Penentuan Ca, Mg, dan Fe total 3.4.1.2.Pengabuan Sampel Untuk Penentuan Phospat Total 50 gram produk olahan ikan pora-pora dihaluskan diambil sebanyak 25 gram dan dipindahkan ke dalam cawan krusibel yang telah dibersihkan dan diketahui massanya dengan tepat dan teliti dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan sampai tidak terbentuk asap lagi dimasukkan ke dalam tanur listrik diabukan pada suhu 550 o C selama 3 jam didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar ditimbang massanya Hasil 100 gram produk olahan ikan pora-pora dihaluskan diambil sebanyak 50 gram dan dipindahkan ke dalam cawan krusibel yang telah dibersihkan dan diketahui massanya dengan tepat dan teliti dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan sampai tidak terbentuk asap lagi dimasukkan ke dalam tanur listrik diabukan pada suhu 600 o C selama 3 jam didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar ditimbang massanya Hasil Universitas Sumatera Utara

3.4.2. Pelarutan Abu Sampel untuk Penentuan Ca, Mg, dan Fe

total Abu yang diperoleh dari pengabuan pada suhu 600 o C dipindahkan ke dalam beaker glass 250 mL ditambahkan 5 mL aquadest ditambahkan 25 mL HCl p ditutup dengan kaca arloji dipanaskan sampai ½ volume awal didinginkan sampai suhu kamar ditambahkan 50 mL aquadest disaring Filtrat dikumpulkan dalam labu ukur 250 mL diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dihomogenkan Hasil dicuci dengan aquadest panas Filtrat Residu Residu Universitas Sumatera Utara

3.4.3. Pelarutan Abu Sampel untuk Penentuan Phospat Total

Abu yang diperoleh dari pengabuan pada suhu 550 o C dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL ditambahkan 3 mL H 2 SO 4p ditambahkan 15 mL HNO 3p ditutup dengan kaca arloji dipanaskan diatas hot plate sampai volumenya menjadi 10 mL dilanjutkan pemanasan sampai larutannya menjadi bening didinginkan sampai suhu kamar ditambahkan 20 mL aquadest ditambahkan 1 tetes indikator fenolftalein ditambahkan NaOH 1 N sampai terbentuk warna pink disaring Residu Filtrat dikumpulkan dalam labu ukur 250 mL diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dihomogenkan Hasil dicuci dengan aquadest panas Residu Filtrat Universitas Sumatera Utara 3.4.4. Penentuan Fe 3.4.4.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi

3.4.4.2. Penentuan Fe total dalam sampel

25 mL larutan hasil destruksi dengan HCl p dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan 3 mL hidroksilamin dipanaskan sampai ½ volume awal didinginkan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL diatur pH-nya 3 - 5 dengan penambahan CH 3 COONa 3N ditambahkan 10 mL larutan buffer asetat ditambahkan 2 mL larutan 1,10-fenantrolin diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda diaduk dan didiamkan selama 15 menit diukur T nya pada = 510 nm Hasil 50 mL larutan standar 0,2 ppm dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan 1 mL HCl p ditambahkan 3 mL hidroksilamin dipanaskan sampai ½ volume awal didinginkan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL diatur pH-nya 3 - 5 dengan penambahan CH 3 COONa 3N ditambahkan 10 mL larutan buffer asetat ditambahkan 2 mL larutan 1,10-fenantrolin diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda diaduk dan didiamkan selama 15 menit diukur T nya pada = 510 nm Hasil dilakukan prosedur yang sama untuk larutan standar 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ppm λ λ Universitas Sumatera Utara 3.4.5. Penentuan Ca dan Mg 3.4.5.1. Penghilangan gangguan dalam titrasi

3.4.5.2. Penentuan Ca

25 mL larutan hasil destruksi dengan HCl dimasukkan ke dalam beaker glass ditambahkan 10 mL NH 4 Cl 10 dipanaskan sampai mendidih didinginkan ditambahkan 3 tetes indikator metil merah dinetralkan dengan penambahan NH 4 OH 10 sampai sedikit berlebih didiamkan selama 15 menit disaring Residu Filtrat dicuci dengan NH 4 NO 3 2 Residu Filtrat dikumpulkan dalam labu ukur 100 mL Larutan A dianalisa kadar Ca dan Mg Filtrat 5 mL larutan A dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer diatur pH-nya 12-13 dengan penambahan NaOH 1N ditambahkan 0,1 - 0,2 gram indikator mureksid dititrasi dengan larutan standar Na 2 EDTA 0,01M sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi violet dicatat volume larutan standar Na 2 EDTA 0,01M yang terpakai diulangi sebanyak 3 kali Hasil 32 Universitas Sumatera Utara 5 mL larutan hasil destruksi dengan HNO 3p - H 2 SO 4p dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dihomogenkan ditambahkan 1 tetes indikator phenolftalein, jika dihasilkan warna pink, tambahkan H 2 SO 4 2 N sampai menjadi bening ditambahkan 0,5 mL reagent timah II klorida ditambahkan 4,0 mL reagen ammonium molibdat didiamkan selama 10 menit diukur T nya pada = 690 nm Hasil Larutan dengan pengenceran 1000 kali dipipet sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda dihomogenkan Larutan dengan pengenceran 5000 kali dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL

3.4.5.3. Penentuan Ca-Mg

3.4.6. Penentuan Phospor 3.4.6.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi

3.4.6.2. Penentuan P

total dalam sampel 100 mL larutan seri standar 0,2 mgL dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan 1 tetes indikator phenolftalein, jika dihasilkan warna pink, tambahkan H 2 SO 4 2 N sampai menjadi bening ditambahkan 0,5 mL reagent timah II klorida ditambahkan 4,0 mL reagen ammonium molibdat didiamkan selama 10 menit diukur T nya pada = 690 nm dilakukan prosedur yang sama untuk larutan seri standar 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 ppm Hasil λ λ 5 mL larutan A dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10 ditambahkan 50 - 100 mg indikator EBT dititrasi dengan larutan standar Na 2 EDTA 0,01M sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru dicatat volume larutan standar Na 2 EDTA 0,01M yang terpakai diulangi sebanyak 3 kali Hasil 33 Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pengolahan Data 4.1.1. Analisa Kualitatif

4.1.1.1. Analisa Kualitatif Besi

Analisa kualitatif besi dilakukan dengan menguji filtrat hasil preparasi kemudian ditambahkan HNO 3p untuk mengoksidasi semua besi menjadi ion besi III lalu ditambahkan KCNS maka akan diperoleh larutan berwarna merah tua. Reaksi: Fe 3+ + 3 CNS - FeCNS 3 larutan merah tua Vogel,A.I., 1968

4.1.1.2. Analisa Kualitatif Kalsium

Analisa kualitatif kalsium dilakukan dengan menguji filtrat hasil preparasi kemudian ditambahkan NH 4 2 C 2 O 4 maka akan diperoleh endapan putih. Reaksi: Ca 2+ + C 2 O 4 2- CaC 2 O 4 endapan putih Vogel,A.I., 1968

4.1.1.3. Analisa Kualitatif Magnesium

Analisa kualitatif magnesium dilakukan dengan menguji filtrat hasil preparasi kemudian ditambahkan NaOH diikuti dengan penambahan titan yellow Na 2 C 28 H 18 N 5 S 4 O 6 maka akan diperoleh endapan merah Reaksi: Universitas Sumatera Utara Mg 2+ + C 28 H 18 N 5 S 4 O 6 2- MgC 28 H 18 N 5 S 4 O 6 endapan merah Vogel,A.I., 1968.

4.1.1.4. Analisa Kualitatif Phospor

Analisa kualitatif magnesium dilakukan dengan menguji filtrat hasil preparasi kemudian ditambahkan NH 4 6 Mo 7 O 24 diikuti dengan penambahan SnCl 2 maka akan diperoleh larutan berwarna biru tua. Reaksi: PO 4 3- + 12 MoO 3 2- [PMo 12 O 40 ] kompleks asam molibdofosfat Mo 6+ -P + Sn 2+ Mo 4+ -P kompleks berwarna biru tua + Sn 4+ http:blog.ub.ac.idgunjuelexs20111211metode-stannous 4.1.2. Penentuan Fe total 4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi Hasil pengukuran persen transmitansi dari suatu larutan seri standar besi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Data pengukuran transmitansi larutan seri standar besi dan sampel No. Spesi Transmitansi T 1 T 2 T 3 T � 1. 0,0 mgL 100 100 100 100 2. 0,2 mgL 90 90 90 90 3. 0,4 mgL 81 80 80 80,3333 4. 0,6 mgL 74 74 73 73,6667 5. 0,8 mgL 68 67 67 67,3333 6. 1,0 mgL 59 59 59 59 7. Sampel 76 76 75 75,6667 Keterangan : = massa sampel yang digunakan 50 g dan derajat pengenceran 5 kali Dimana rata-rata persen transmitansi terlebih dahulu dikonversikan menjadi absorbansi dengan menggunakan persamaan: A = 2 – log T A.L. Underwood, 1980 35 Universitas Sumatera Utara Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi diturunkan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut: Tabel 4.2. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Seri Standar Besi No Xi ppm Yi A Xi – X � Yi – Y� �� − �� � �� – �� � Xi – X � Yi – Y� 1 0,0 0,0000 -0,5 -0,1124 0,25 0,0126 0,0562 2 0,2 0,0458 -0,3 -0,0666 0,09 0,0044 0,0200 3 0,4 0,0951 -0,1 -0,0173 0,01 0,0003 0,0017 4 0,6 0,1327 0,1 0,0203 0,01 0,0004 0,0020 5 0,8 0,1718 0,3 0,0594 0,09 0,0035 0,0178 6 1,0 0,2291 0,5 0,1167 0,25 0.0136 0,0584 Σ 3,0 0,6745 0,0001 0,7 0,0349 0,1561 X � = ∑ Xi n = 3,0 6 = 0,5 Y � = ∑ Yi n = 0,6745 6 = 0,1124 Penurunan persamaan garis regresi : Y = aX + b Dimana a = Slope b = Intersept a = ∑Xi - X�Yi – Y� ∑Xi - X� 2 = 0,1561 0,7 = 0,2231 b = Y � - aX� = 0,1124 – 0,22310,5 = 0,0009 Maka persamaan garis regresi adalah : Y = 0,2231 X + 0,0009

4.1.2.2. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: r = ∑Xi - X �Yi - Y� [ ∑Xi - X� 2 ∑Yi - Y� 2 ] 1 2 � = 0,1561 [0,70,0349] 1 2 � = 0,9967 36 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya absorbansi diplotkan terhadap konsentrasi larutan seri standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear seperti pada gambar berikut: Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Fe

4.1.2.3. Perhitungan Konsentrasi Fe total pada Sampel

Data transmitansi yang diperoleh terlebih dahulu dikonversikan menjadi absorbansi dengan persamaan: A = 2 – log T A.L. Underwood, 1980 A 1 = 2 – log 76 = 0,1192 A 2 = 2 – log 76 = 0,1192 A 3 = 2 – log 75 = 0,1249 Nilai absorbansi nilai Y yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan garis regresi Y = 0,2231 X + 0,0009 Dengan derajat pengenceran = 5, maka diperoleh konsentrasi Fe total yaitu: X 1 = 2,6515 mgL X 2 = 2,6515 mgL X 3 = 2,7790 mgL y = 0,2231x + 0,0009 R² = 0,9967 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 A b so rb a n si Konsentrasi mgL 37 Universitas Sumatera Utara X � = ∑ X i n = 2,6940 mgL Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut: X 1 − X� 2 = 2,6515 – 2,6940 2 = 1,8063 × 10 −3 X 2 − X� 2 = 2,6515 - 2,6940 2 = 1,8063 × 10 −3 X 3 − X� 2 = 2,7790 - 2,6940 2 = 7,2250 × 10 −3 ΣX i − X� 2 = 3,6125 × 10 −3 Maka, S = � ΣX i −X� 2 n - 1 = � 3,6125 × 10 −3 2 = 0,0425 Dari harga deviasi standar S yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi besi Fe dengan batas kepercayaan melalui persamaan sebagai berikut: µ = X� ± t S √n dimana : µ = populasi rata-rata X � = kadar kalsium rata-rata t = harga t distribusi S = deviasi standar n = jumlah perlakuan dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan dk = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95 p = 0,05 nilai t = 4,30. Sehingga diperoleh: µ = 2,6940 ± 4,30 0,0425 √3 = 2,6940 ± 0,1055 mgL Maka untuk memperoleh kadar besi Fe dalam 1 gram sampel, konsentrasi besi Fe yang diperoleh dikonversikan ke dalam persamaan: kadar = kadar mgL × V hasil destruksi × 10 3 mgg massa sampel mg Sehingga diperoleh kadar = 2,6940 mgL × 0,25 L × 10 3 mgg 50000 mg kadar = 0,01347 mgg kadar = 1,347 mg100 g 38 Universitas Sumatera Utara

4.1.3. Penentuan Ca

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data hasil pengamatan volume titrasi larutan standar EDTA dalam sampel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3. Data Volume larutan Standar Na 2 EDTA untuk Penentuan Ca dan Mg No. Parameter Volume larutan standar Na 2 EDTA 0,0097 M yang digunakan dalam titrasi mL V 1 V 2 V 3 1. Kalsium Ca 2,08 2,08 1,98 2. Kalsium-Magnesium Ca-Mg 2,62 2,60 2,58 Keterangan : = massa sampel yang digunakan 50 g, derajat pengenceran 40 kali, dan volume aliquot 5 mL Kadar kalsium Ca dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Ca mgL = V EDTA × M EDTA × Ar Ca × 1000 X P V sampel SNI 06-6989.12-2004 Keterangan : V sampel : Volume sampel yang dititrasi mL V EDTA : Volume larutan standar EDTA yang terpakai untuk titrasi mL M EDTA : Molaritas larutan standar EDTA yang digunakan dalam titrasi P : Derajat pengenceran Ar Ca : Massa atom relatif Kalsium maka diperoleh: X 1 = 6461,1622 mgL X 2 = 6461,1622 mgL X 3 = 6150,5294 mgL X � = ∑ X i n = 6357,6179 mgL Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut: X 1 − X� 2 = 6461,1622 - 6357,6179 2 = 10721,4221 X 2 − X� 2 = 6461,1622 - 6357,6179 2 = 10721,4221 X 3 − X� 2 = 6150,5294 - 6357,6179 2 = 42885,6468 ΣX i − X� 2 = 64328,4910 39 Universitas Sumatera Utara Maka, S = � ΣX i −X� 2 n - 1 = � 64328 ,4910 2 = 179,3439 Dari harga deviasi standar S yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi kalsium Ca dengan batas kepercayaan melalui persamaan sebagai berikut: µ = X� ± t S √n dimana : µ = populasi rata-rata X � = kadar kalsium rata-rata t = harga t distribusi S = deviasi standar n = jumlah perlakuan dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan dk = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95 p = 0,05 nilai t = 4,30. Sehingga diperoleh: µ = 6357,6179 ± 4,30 179,3439 √3 = 6357,6179 ± 445,2403 Maka untuk memperoleh kadar kalsium Ca dalam 1 gram sampel, konsentrasi kalsium Ca yang diperoleh dikonversikan ke dalam persamaan: kadar = kadar mgL × V hasil destruksi × 10 3 mgg massa sampel mg Sehingga diperoleh kadar = 6357,6179 mgL × 0,25 L × 10 3 mgg 50000 mg kadar = 31,7881 mgg kadar = 3178,81 mg100 g

4.1.4. Penentuan Mg

Kadar magnesium Mg dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Mg mgL = V Ca-Mg - V Ca × M EDTA × Ar Mg × 1000 X P V sampel SNI 06-6989.12-2004 40 Universitas Sumatera Utara Keterangan : V sampel : Volume sampel yang dititrasi mL V Ca-Mg : Volume larutan standar EDTA yang terpakai dengan indikator EBT mL V Ca : Volume larutan standar EDTA yang terpakai dengan indikator mureksid mL M EDTA : Molaritas larutan standar EDTA yang digunakan dalam titrasi P : Derajat pengenceran Ar Mg : Massa atom relatif magnesium maka diperoleh: X 1 = 1018,6862 mgL X 2 = 980,9571 mgL X 3 = 1131,8736 mgL X � = ∑ X i n = 1043,8389 mgL Kemudian sihitung deviasi standar sebagai berikut: X 1 − X� 2 = 1018,6862 - 1043,8389 2 = 632,6583 X 2 − X� 2 = 980,9571 - 1043,8389 2 = 3954,1208 X 3 − X� 2 = 1131,8736 - 1043,8389 2 = 7750,1084 ΣX i − X� 2 = 12336,8875 Maka, S = � ΣX i −X� 2 n - 1 = � 12336 ,8875 2 = 78,5394 Dari harga deviasi standar S yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi magnesium Mg dengan batas kepercayaan melalui persamaan sebagai berikut: µ = X� ± t S √n dimana : µ = populasi rata-rata X � = kadar kalsium rata-rata t = harga t distribusi S = deviasi standar n = jumlah perlakuan dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan dk = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95 p = 0,05 nilai t = 4,30. Sehingga diperoleh: 41 Universitas Sumatera Utara µ = 1043,8389 ± 4,30 78,5394 √3 = 1043,8389 ± 194,9824 Maka untuk memperoleh kadar magnesium Mg dalam 1 gram sampel, konsentrasi magnesium Mg yang diperoleh dikonversikan ke dalam persamaan: kadar = kadar mgL × V hasil destruksi × 10 3 mgg massa sampel mg Sehingga diperoleh kadar = 1043,8389 mgL × 0,25 L × 10 3 mgg 50000 mg kadar = 5,2192 mgg kadar = 521,92 mg100 g 4.1.5. Penentuan P total

4.1.5.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi

Hasil pengukuran persen transmitansi dari suatu larutan seri standar phospat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4. Data Pengukuran transmitansi Larutan Seri Standar Phospat dan Sampel No. Spesi Transmitansi T 1 T 2 T 3 T � 1. 0,0 mgL 100 100 100 100 2. 0,2 mgL 85,3 85,3 85,3 85,3 3. 0,4 mgL 75,8 75,8 75,8 75,8 4. 0,6 mgL 67,6 67,6 67,6 67,6 5. 0,8 mgL 59,7 59,7 59,7 59,7 6. 1,0 mgL 52,8 52,8 52,8 52,8 7. Sampel 77,9 78,3 78,1 78,1 Keterangan : = massa sampel yang digunakan 25 g dan derajat pengenceran 5000 kali Dimana terlebih dahulu dikonversikan menjadi absorbansi dengan menggunakan persamaan: A = 2 – log T A.L. Underwood, 1980 42 Universitas Sumatera Utara Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi diturunkan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut: Tabel 4.5. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Standar Seri Phospat No Xi ppm Yi A Xi – X � Yi – Y� Xi − X� 2 Yi – Y � 2 Xi – X � Yi – Y� 1 0,0 0,0000 -0,5 -0,1434 0,25 0,0206 0,0717 2 0,2 0,0691 -0,3 -0,0743 0,09 0,0055 0,0223 3 0,4 0,1203 -0,1 -0,0231 0,01 0,0005 0,0023 4 0,6 0,1698 0,1 0,0264 0,01 0,0007 0,0026 5 0,8 0,2240 0,3 0,0806 0,09 0,0065 0,0242 6 1,0 0,2774 0,5 0,1340 0,25 0.0179 0,0670 Σ 3,0 0,8655 0,0002 0,7 0,0518 0,1901 X � = ∑ Xi n = 3,0 6 = 0,5 Y � = ∑ Yi n = 0,8655 6 = 0,1434 Penurunan persamaan garis regresi : Y = aX + b Dimana a = Slope b = Intersept a = ∑Xi - X�Yi – Y� ∑Xi - X� 2 = 0,19 0,7 = 0,2737 b = Y � - aX� = 0,1442 – 0,27370,5 = 0,0074 Maka persamaan garis regresi adalah : Y = 0,2737 X + 0,0074

4.1.5.2. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: r = ∑Xi - X �Yi - Y� [ ∑Xi - X� 2 ∑Yi - Y� 2 ] 1 2 � = 0,1916 [0,70,0526] 1 2 � = 0,9974 43 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya absorbansi diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear seperti gambar berikut Gambar 4.2. Kurva kalibrasi larutan seri standar phospat

4.1.5.3. Perhitungan Konsentrasi P total pada Sampel

Data transmitansi yang diperoleh terlebih dahulu dikonversikan menjadi absorbansi dengan persamaan: A = 2 – log T A.L. Underwood, 1980 A 1 = 2 – log 77,9 = 0,1084 A 2 = 2 – log 78,3 = 0,1062 A 3 = 2 – log 78,1 = 0,1073 Nilai absorbansi nilai Y yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan garis regresi Y = 0,2737 X + 0,0074 Dengan derajat pengenceran = 5000, maka diperoleh konsentrasi phospat total yaitu: X 1 = 1845,0857 mgL X 2 = 1804,8959 mgL y = 0,2737x + 0,0074 R² = 0,9974 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 A b so rb a n si Konsentrasi mgL 44 Universitas Sumatera Utara X 3 = 1824,9909 mgL X � = ∑ X i n = 1824,9908 mgL Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut: X 1 − X� 2 = 1845,0857 – 1824,9908 2 = 403,8050 X 2 − X� 2 = 1804,8959 - 1824,9908 2 = 403,8050 X 3 − X� 2 = 1824,9909 - 1824,9908 2 = 1. 10 −8 ΣX i − X� 2 = 807,61 Maka, S = � ΣX i −X� 2 n - 1 = � 807,61 2 = 20,0949 Dari harga deviasi standar S yang diperoleh diatas dapat dihitung konsentrasi phospat dengan batas kepercayaan melalui persamaan sebagai berikut: µ = X� ± t S √n dimana : µ = populasi rata-rata X � = kadar kalsium rata-rata t = harga t distribusi S = deviasi standar n = jumlah perlakuan dari data distribusi untuk n = 3, derajat kepercayaan dk = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95 p = 0,05 nilai t = 4,30. Sehingga diperoleh: µ = 1824,9908 ± 4,30 20,0949 √3 = 1824,9908 ± 1,7321 mgL Konsentrasi P yang sebenarnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Kadar mgL = Ar P Mr PO 4 × Kadar PO 4 mgL = 30,97 94,97 × 1824,9908 = 595,1349 mgL Maka untuk memperoleh kadar Phospor P dalam 1 gram sampel, konsentrasi Phospat PO 4 3- yang diperoleh dikonversikan ke dalam persamaan: 45 Universitas Sumatera Utara kadar = kadar mgL × V hasil destruksi × 10 3 mgg massa sampel mg Sehingga diperoleh kadar = 595,1349 mgL × 0,25 L × 10 3 mgg 25000 mg kadar = 5,9513 mgg kadar = 595,13 mg100 g

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kandungan besi total, kalsium, magnesium, dan phospat dalam produk olahan ikan pora-pora masing masing adalah 0,01347 mgg; 31,7881mgg; 5,2192 mgg dan 5,9513 mgg. Perbandingan kadar mineral produk olahan ikan pora-pora dengan jenis ikan lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.6. Perbandingan mineral produk olahan ikan pora-pora dengan jenis ikan lainnya dalam 100 gram sampel No. Jenis Kandungan mineral mg Besi Fe Kalsium Ca Magnesium Mg Phosfor P 1. Ikan hering 1,1 57 32 236 2. Ikan bandeng 0,32 51 30 162 3. Ikan gembung 1,63 12 76 217 4. Ikan pecak 0,16 7 23 236 5. Belut 0,64 26 26 277 6. Ikan kod 0,38 16 32 203 7. Ikan kakap 0,9 80 30 200 8. Ikan salmon 0,8 12 29 200 9. Olahan ikan pora-pora 1,35 3178,81 521,92 595,13 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kandungan mineral pada produk olahan ikan pora-pora lebih tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Hal ini disebabkan karena: 46 Universitas Sumatera Utara 1. Bagian yang dapat dikonsumsi pada produk olahan ikan pora-pora ini adalah 100. Sedangkan bagian yang dapat dikonsumsi untuk jenis ikan lainnya kurang dari 100 2. Adanya tambahan bahan lainnya pada proses pengolahan produk ikan pora-pora ini meliputi minyak, tepung, telur, garam, dan air. Dimana dengan penambahan bahan ini dapat meningkatkan kadar mineral yang ada pada produk olahan ikan pora-pora Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada tahun 2009 oleh Batubara U.N untuk parameter kalsium, diperoleh perbedaan hasil yang cukup besar. Hal ini dikarenakan selain dua alasan diatas juga dikarenakan perbedaan metode analisa. 47 Universitas Sumatera Utara BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan