2.7. Analisa Kimia
Dalam kamus kimia, analisa kimia berarti cara penetapan atau pengujian adanya suatu zat atau unsur di dalam suatu bahan sampel. Disebut analisa kimia kualitatif, bila
pengujian itu bertujuan hanya untuk mengidentifikasi jenis zat atau konstituen dalam bahan itu; sedangkan disebut analisa kimia kuantitatif, bila bertujuan untuk
menetapkan jumlah kuantitas dari zat atau konstituen dalam suatu bahan Mulyono HAM, 2006.
Teknik utama yang digunakan dalam analisis anorganik kuantitatif didasarkan pada:
a. Penampilan kuantitatif reaksi-reaksi kimia yang cocok atau pengukuran
banyaknya reagenesia yang diperlukan untuk menyempurnakan reaksi atau pemastian banyaknya hasil reaksi yang mungkin.
b. Pengukuran listrik yang sesuai.
c. Pengukuran sifat optis tertentu misalnya spektra serapan.
d. Gabungan pengukuran optis atau listrik dan reaksi kimia kuantitatif.
2.8. Titrimetri
Dalam analisis titrimetri, zat yang akan ditetapkan dibiarkan bereaksi dengan suatu reagenesia yang cocok yang ditambahkan sebagai suatu larutan baku, dan volume
larutan yang diperlukan untuk mengakhiri reaksi ditetapkan J.Basset,1994.
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas dasar
teoritis. 2.
Cepat dan reversibel dasar praktis. Bila tidak cepat, titrasi akan memakan waktu terlalu banyak. Lebih-lebih menjelang titik akhir titrasi, reaksi akan
14
Universitas Sumatera Utara
semakin lambat karena konsentrasi titran mendekati nol kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi. Bila reaksi tidak reversibel, penentuan akhir
titrasi tidak tegas. 3.
Ada penunjuk akhir titrasi indikator. Penunjuk itu dapat: a.
Timbul dari reaksi itu sendiri, misalnya: titrasi campuran asam oksalat dan asam sulfat oleh KMnO
4
; selama titrasi belum selesai titran tidaak berwarna, tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan menjadi berwarna
karena kelebihan setetes saja dari titran menyebabkan warna yang jelas. b.
Berasal dari luar, dan dapat berupa suatu zat atau suatu alat yang dimasukkan ke dalam titrat. Zat itu disebut indikatordan menunjukkan
akhir titrasi karena a menyebabkan perubahan warna titrat atau b menimbulkan perubahan kekeruhan dalam titrat larutan jernih menjadi
keruh atau sebaliknya. 4.
Larutan baku yang direaksikan dengan analat harus mudah didapat dan sederhana menggunakannya; juga harus stabil sehingga konsentrasinya tidak
mudah berubah bila disimpan W.Hardjadi, 1985. Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan berikut:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan sebaiknya
pada 110°C - 120°C dan mudah dipertahankan dalam keadaan murni. 2.
Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi oleh karbon dioksida. 3.
Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji kualitatif atau uji lain yang kepekaannya diketahui jumlah zat pengotor, umumnya tak boleh
melebihi 0,01 – 0,02. 4.
Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
6. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.
Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen J.Basset,1994.
15
Universitas Sumatera Utara
2.9. Titrasi Kompleksometri