Hipotesis Kedua PEMBAHASAN 1. Hipotesis Pertama:

2007: 7. Sehingga dengan bekerja sama kooperatif prestasi belajar siswa meningkat dengan bukti peningkatan nilai rata-rata kelas mencapai KKM. Kelebihan model pembelajaran kooperatif menitikberatkan siswa berkreasi, bekerja sama dan mampu berkomunikasi dalam kelompoknya juga antar kelompok dengan siswa lain sekelasnya sehingga ada pengalaman belajar yang baik . Menurut Kagan 1994 , pembelajaran kooperatif bagi golongan berbakat telah membawa banyak keberkesanan atau faedah seperti berikut : memperbaiki hubungan social antar siswa, meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan kepimpinan, meningkatkan kemahiran social, meningkatkan kemahiran berkomunikasi, meningkatkan pengetahuan akan teknologi, meningkatkan rasa percaya diri Asep Sapaat, 2006: http:www.geocities.com .

2. Hipotesis Kedua

Tampak pada tabel Tests of Between Subjects Effects nilai F hitung = 54.24, dan P = 0.000. Oleh karena P hitung 0.05 maka Ho ditolak. Artinya ESQ memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestari belajar IPA Biologi pada kompetensi dasar gulma hama dan penyakit tanaman. Melihat rataan prestasi, siswa yang memiliki ESQ tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih jelek dibanding siswa yang memiliki ESQ rendah. Untuk siswa yang ber ESQ tinggi data rataan prestasi belajar kelompok tinggi adalah 56.378, untuk yang ber ESQ sedang rataan prestasi belajarnya adalah 55.206. Sedang siswa yang ber ESQ rendah memiliki rataan prestasi belajar sebesar 54.305. Untuk siswa ber ESQ rendah data rataan prestasi belajar kelompok tinggi adalah 57.75, sedang rataan prestasi belajar kelompok sedang adalah 55.00, untuk rataan prestasi belajar kelompok rendah 52.50. Hal ini berarti siswa yang ber ESQ rendah justru memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibanding siswa yang ber ESQ tinggi. Atau dengan kata lain siswa yang prestasinya tinggi justru ber ESQ rendah. Seharusnya siswa yang ber ESQ tinggi memiliki ketrampilan sosial seperti : pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kerja tim Agus Nggermanto, 2005: 100. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa yang ber ESQ tinggi memang memiliki ketrampilan sosial yang tinggi, tetapi pada saat tes prestasi belajar di akhir proses pembelajaran mereka tidak mau minta tolong temannya untuk berbuat curang sehingga prestasinya justru lebih jelek dari siswa yang ber ESQ rendah. Deskripsi data dapat dilihat pada gambar 4.11. Kasus siswa yang ber ESQ tinggi justru memiliki prestasi rendah karena antara ESQ dengan prestasi yang pada dasarnya merupakan kecerdasan intelektual pada diri siswa merupakan kecerdasan yang terpisah satu sama lain. Boleh jadi siswa yang ber ESQ tinggi memiliki prestasi yang rendah atau sebaliknya. Boleh jadi siswa yang ber ESQ tinggi juga memiliki prestasi yang tinggi atau sebaliknya. Artinya kecerdasan otak intelektual tidak berhubungan langsung atau terpisah dengan kecerdasan Emosional dan Spiritual, karena di otak kita terdapat bermacam-macam kecerdasan diantaranya IQ, EQ, SQ, dan ESQ atau Multiple Intelegences Agus Nggermanto, 2005: 49 – 52. Pada saat proses pembelajaran berlangsung ada anak yang cemas karena tidak dapat memahami soal yang diperoleh dari temannya. Rasa cemas memang punya korelasi posistif pada terhadap motivasi anak untuk meningkatkan prestai belajar. Tetapi rasa cemas yang berlebihan merusak motivasi Anita Lie, 2007: 26. Pada otak manusia ternyata tidak hanya kecerdasan otak yang dimiliki, tetapi ada kecerdasan lain seperti kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dalam hal ini otak manusia mempunyai tiga macam kecerdasan yaitu Kecerdasan Intelektual IQ, Kecerdasan Emosional EQ dan Kecerdasan Spiritual SQ. Kecerdasan Emosional dan spiritual disebut ESQ. Dimensi kecerdasan manusia tertera dalam gambar berikut: Ari Ginanjar Agustian, 2005:46 Gambar 4.12. Skema kecerdasan manusia 2. Hipotesis ketiga: Tampak pada tabel Tests of Between Subjects Effects nilai F hitung = 0.01 dan P = 0.941. Oleh karena P hitung 0.05 maka Ho diterima atau interaksi antara model pembelajaran Make A Match dan Snow Ball Throwing dengan ESQ terhadap prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar gulma hama dan penyakit tanaman tidak memberikan pengaruh yang signifikan.Artinya setiap anak dengan tingkatan ESQ IQ EQ SQ apa saja dapat diberi pelajaran dengan model pembelajaran tersebut. Berbagai sebab dapat muncul antara lain : a. Pengukuran ESQ mungkin kurang akurat, sehingga menampilkan hasil yang kurang valid. b. Prestasi belajar yang ditampilkan siswa tidak semuanya mencerminkan kondisi yang sebenarnya, karena saat mengerjakan tes evaluasi siswa sering mencuri kesempatan untuk minta jawaban teman. c. Pada saat turnamen berlangsung ada sebagian siswa yang stres, sehingga menurunkan motivasi belajar. Kita ambil contoh seorang siswa yang memberikan jawaban pada angket ESQ nya bernilai tinggi belum tentu menunjukkan kondisi yang sebenarnya Sebagian mereka memberikan jawaban ideal, bukan jawaban dari hati nurani, untuk menyenangkan hati gurunya mencari nilai tinggi. ESQ tidak bisa diukur akurat, meskipun sudah disiasati dengan melakukan observasi dan memberi wawancara kepada sebagian siswa yang dianggap datanya bertolak belakang. Artinya siswa yang ber ESQ tinggi belum tentu memiliki prestasi yang tinggi, sebaliknya siswa yang ber ESQ rendah belum tentu prestasinya juga rendah. Akhirnya interaksi antara model pembelajaran dengan ESQ tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada kompetensi dasar gulma hama dan penyakit tanaman. Alasan kedua siswa yang ESQ nya tinggi saat mengerjakan ulangan taat pada aturan guru, mereka tidak mau bekerja sama dengan teman-temannya karena tidak jujur dianggap menyalahi aturan dan berdosa, mereka murni mengerjakan sendiri. Siswa yang ESQ nya tinggi tidak tengak-tengok mencari jawaban dari teman. Sementara siswa yang ESQ nya rendah tanpa tanggung-tanggung mencuri kesempatan untuk mencari jawaban dari teman-temannya meskipun diawasi ketat oleh guru. Karena pendidikan di Indonesia selama ini terlalu menekankan arti penting nilai akademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke bangku kuliah, jarang ditemukan pendidikan tentang kecerdasan emosi yang mengajarkan tentang; integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi, padahal justru inilah yang paling penting Ari Ginanjar Agustian, 2005: Xiiii. Pada saat permainan dan turnamen berlangsung ada sebagian siswa yang tergesa-gesa, takut kalah bersaing dengan temannya sehingga merasa terbebani, ada juga siswa yang sulit memahami pertanyaan yang diperoleh dari temannya, sehingga kalah bersaing dengan temannya. Tetapi begitu anak menemukan sendiri soal dan pertanyaan, mereka mampu membangun pengetahuan lebih baik dari temannya. Siswa yang aktif memanfaatkan proses pembelajaran dengan mencari jawaban dengan bekerja sama, berdiskusi, mereka membangun pemahaman atau pengetahuannya sendiri Whida S Haryono, 2008: 1.

C. KETERBATASAN PENELITIAN