BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN
Dalam bagian ini akan dibahas beberapa aspek yakni pertama mengenai manajemen keperawatan di lahan praktik khususnya manajemen ruangan di
Ruang Rawat Inap Terpadu RA4 Neuro Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang meliputi fungsi manajemen Man, Methode, Material, dan
Money. Bagian kedua mengenai Manajemen Kasus Keperawatan di ruangan meliputi tahapan pengkajian, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan,
penyusunan intervensi, melakukan implementasi hingga evaluasi dan pendokumentasian.
A. Konsep Dasar
1. Defenisi Manajemen
Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain.
Manajemen mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan
Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat Gillies, 1989.
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui
Universitas Sumatera Utara
manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan
Keperawatan SAK yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Muninjaya 2004, menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial. Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada
dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan
adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.
2. Fungsi Manajemen
Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning perencanaan,
Organizing pengorganisasian,
Staffing kepegawaian, Directing pengarahan, Controlling pengendalianevaluasi.
2.1. Planning Perencanaan Fungsi planning perencanaan adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, 1999 fungsi perencanaan merupakan landasan
Universitas Sumatera Utara
dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg 2000 mengatakan bahwa planning adalah
memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut. a. Tujuan Perencanaan
a Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang. f
Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah g
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
Universitas Sumatera Utara
b. Tahap dalam perencanaan : a
Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
c Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
d Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
e Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program. f
Menyusun Rencana Kerja Operasional RKO
c. Jenis Perencanaan a
Perencanaan Strategi b
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini
dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang
perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan
strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber- sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur
pekerjaan divisi keperawatan. c
Perencanaan Operasional
Universitas Sumatera Utara
-
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan
siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
-
Perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan
menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan
rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan a
Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
b Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
c Memudahkan kordinasi
d Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional
secara jelas e
Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat f
Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami g
Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti h
Menghemat waktu dan dana
Universitas Sumatera Utara
e. Keuntungan Perencanaan a
Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif. b
Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai c
Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsi keperawatan
d
Memodifikasi gaya manajemen
e
Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
a Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan
fakta-fakta tentang masa yang akan datang b
Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak c
Perencanaan mempunyai hambatan psikologis d
Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif e
Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2.2. Organizing Pengorganisasian Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai
tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua
Universitas Sumatera Utara
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan Muninjaya, 1999.
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap
kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan
kerja di antara para pekerjanya. a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui : a
Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok. b
Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
c Pendelegasian wewenang.
d Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian a
Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.
b Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan. c
Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
Universitas Sumatera Utara
d Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan. e
Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas. f
Mendelegasikan wewenang.
2.3. Staffing Kepegawaian Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu Swanburg,
2000. Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan SIMK. SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan. Dasar perencanaan untuk pengaturan staf pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam
sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staf harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat
hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenagapasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staf keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana
Universitas Sumatera Utara
departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staf medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus
individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan
kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staf kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staf efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien.
Perekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi
pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan
jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan
istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu- minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja
mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Directing Pengarahan Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang
nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.
Menurut Stogdill dalam Swanburg 2000, kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg 2000, menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga
individu pimpinan kelompok membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan memotivasi stafnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok
organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg 2000, terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu : a.
Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Universitas Sumatera Utara
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
c. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.
2.5. Controlling Pengawasan Fungsi pengawasan atau pengendalian controlling merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkandisepakati, instruksi yang telah
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki Fayol, 1998.
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan Mockler, 2002.
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan Urwick, 1998. Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja. b.
Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
c. Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
Universitas Sumatera Utara
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik :
f. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
g. Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
h. Harus memandang ke depan
i. Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
j. Harus objektif
k. Harus fleksibel
l. Harus menunjukkan pola organisasi
m. Harus ekonomis
n. Harus mudah dimengerti
o. Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab
mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif.
Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan-tujuan keperawatan adalah:
-
Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya
Universitas Sumatera Utara
mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
-
Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja. b.
Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar. d.
Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.
3. Standar Asuhan Keperawatan Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya
yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan
diterima oleh orang-orang yang terpengaruh olehnya. Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam
Universitas Sumatera Utara
memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang
dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI, Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres, Peraturan Pemerintah.
Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari
kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard
pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan
keperawatan di rumah sakit, yang meliputi: Standard 1: Falsafah keperawatan
Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan Standard 3: Pengkajian Keperawatan
Standard 4 : Diagnosa Keperawatan Standard 5 : Perencanaan Keperawatan
Standard 6: Intervensi Keperawatan Standard 7 :Evaluasi Keperawatan
Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria
dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard
Universitas Sumatera Utara
membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya,
modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak diketahui tentang perbandingan
dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif, kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu pengevaluasian atau keputusan dapat
dijadikan dasar. Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan perawat- perawat klinik, kriteria keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil
pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI 2004 yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang
meliputi : 1 Pengkajian, 2 Diagnosa keperawatan, 3 Perencanaan, 4 Implementasi, 5 Evaluasi.
Standard I : Pengkajian keperawatan
Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh,
dikomunikasikan, dan dicatat. Kriteria Pengkajian meliputi :
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,
pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
Universitas Sumatera Utara
b. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain. b.
Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : c.
Status kesehatan pasien masa lalu d.
Status kesehatan pasien saat ini e.
Status biologis-psikologis-sosial-spritual f.
Respon terhadap terapi g.
Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
Standard II : Diagnosa keperawatan
Adapun kriteria proses : a.
Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah P, penyebab E, dan
tandagejala S, atau terdiri dari masalah dan penyebab P, E. c.
Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data
terbaru.
Standard III : Perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria proses, meliputi : a.
Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan
b. Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan c.
Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien
d. Mendokumentasikan rencana keperawatan
Standard IV : Implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan.
Kriteria proses, meliputi : a.
Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan b.
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain c.
Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien. d.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi
lingkungan yang digunakan e.
Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.
Universitas Sumatera Utara
Standard V : Evaluasi keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya adalah: a.
Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
b. Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah
pencapaian tujuan c.
Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat d.
Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan
e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan
Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.
4. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu kejadianaktivitas
tertentu secara sahlegal Carpenito, 1998. Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam
tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenistipe, kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009.
Universitas Sumatera Utara
4.1. Tujuan Dokumentesi Keperawatan Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut Potter, 1989 dalam
Tyo, 2009: a.
Alat komunikasi anggota tim b.
Biling keuangan c.
Bahan pendidikan d.
Sumber data dalam menyusun NCP e.
Audit keperawatan f.
Dokumen yang legal g.
Informasi statistik h.
Bahan penelitian
4.2. Makna Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat
dari berbagai aspek yaitu : a.
Hukum Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi
dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna
jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus
diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga
Universitas Sumatera Utara
kesehatan perawat, tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah Nursalam, 2001.
b. Jaminan mutu Kualitas pelayanan
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk
mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal
ini membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan Nursalam, 2001. c.
Komunikasi Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah
yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman
dalam memberikan Asuhan Keperawatan Nursalam, 2001. d.
Keuangan Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan keperawatan yang
belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi
pasien Nursalam,2001. e.
Pendidikan Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut
kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai
Universitas Sumatera Utara
bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan Nursalam,2001.
f. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau
objek riset dan pengembangan profesi keperawatan. Nursalam, 2001. g.
Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian
Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu
perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi Nursalam, 2001. Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah Tyo, 2009:
a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama
dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan b.
Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien keluarganya tentang informasidata yang penting tentang keadaannya
c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat
d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat,
dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi
Universitas Sumatera Utara
e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat
f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu Pasien adalah
unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda. g.
Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat
h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus. i.
Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.
j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan
nama jelas penulis k.
Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir.
l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.
4.3. Proses dokumentasi keperawatan Proses dokumentasi keperawatan mencakup:
a. Pengkajian -
Mengumpulkan Data -
Validasi data -
Organisasi data -
Mencatat data
Universitas Sumatera Utara
b. Diagnosa Keperawatan -
Analisa data -
Identifikasdi masdalah -
Formulasi diagnosa c. Perencanaan Intervensi
- Prioritas Masalah
- Menentukan tujuan
- Memilih strategi keperawatan
- Mengembangkan rencana keperawatan
d. Pelaksanaanimplementasi -
Melaksanakan intervensi keperawatan -
Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa
yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas
perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi. -
Memberikan laporan secara verbal -
Mempertahankan rencana asuhan
e. Evaluasi -
Mengidentifikasikan kriteria hasil -
Mengevaluasi pencapaian tujuan -
Memodifikasi rencana keperawatan
Universitas Sumatera Utara
4.4. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:
a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk :
- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang
seharusnya tidak perlu terjadi Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga
diberikan obat kembali -
Quality Assurance menjamin mutu yang akan menunjukkan apa yang secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana
hubungannya dengan standar yang telah dibuat -
Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang sudah diberikan evaluasi klinis
b. Menjadi dasar penentuan tugas Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan
keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga
c. Memperkuat pelayanan keperawatan Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-dokumen
yang ada. -
Dokumen tentang kondisi klien -
Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien -
Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan
Universitas Sumatera Utara
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu
perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.
5. Model Asuhan Keperawatan Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode
fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.
5.1. Metode fungsional Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senoir
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior danatau belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini
adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi misalnya
merawat luka. Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
Universitas Sumatera Utara
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
5.2. Metode Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 timgrup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal,
dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
Kepala Ruangan
Perawat : Perawat :
Perawat : Perawat :
Pasienklien
Universitas Sumatera Utara
waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif
antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan
anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan
keperawatan. Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin
pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan
tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing
5.3. Metode primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 €jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab
dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga. Kepala Ruangan
Ketua Tim Ketua Tim
Ketua Tim
Staf Perawat Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien klien Pasien klien
Pasien klien
Universitas Sumatera Utara
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan
rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing
Kepala Ruangan Sarana RS
Dokter
Perawat Primer
Perawat pelaksana jika diperlukan days
Perawat pelaksana
Perawat pelaksana
Universitas Sumatera Utara
5.4. Metode kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih
mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama.
Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing
Kepala Ruangan
Staf Perawat Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien klien Pasien klien
Pasien klien
Universitas Sumatera Utara
5.5. Modifikasi : MAKP Tim-Primer Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono 2000 penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :
a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara. b
Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primerketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 empat
orang perawat primer PP dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate PA 21 orang, kualifikasi pendidikan
perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan 3 orang dan SPK 18 orang. Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.
Universitas Sumatera Utara
Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan LiburCuti
Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim Modifikasi
6. JCIA Joint Comite International Acreditation Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
yang diharapkan. Strata-strata dalam sistem
Input Proses
Output Sumber daya
Perlengkapan Persediaan
Penerimaan pasien rawat inap
Pemeriksaan pasien Meningkatnya status
kesehatan Pelayanan yang efisien
Kepala Ruang
PP1 PP2
PP3 PP4
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
7-8 Pasien 7-8 Pasien
7-8 Pasien 7-8 Pasien
Universitas Sumatera Utara
Edukasi terhadap pasien pengobatan
Kepuasan pasien
Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA
6.1. Misi JCIA Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh
dunia.
6.2. Tujuan JCIA a.
Kualitas pelayanan b.
Kepercayaan masyarakat c.
Patient safety ervirontment safety d.
Staff safety e.
Revenue f.
Margin g.
Kesejahteraan karyawan h.
Daya saing
6.3. Manfaat JCIA a.
Meningkatkan kepercayaan publik b.
Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien - kepuasan karyawan
c. Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran
Universitas Sumatera Utara
d. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya,
melibatkan mereka dalam proses pelayanan e.
Menciptakan budaya yang terbuka f.
Membangun kepemimpinan yang kolaboratif 6.4. Persyaratan umum
a. Izin operasi
b. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan
c. Mengikuti standar JCIA
6.5. Standar JCIA a.
Patient focus function a
International patient savety goals b
Access to care and continuity of care c
Care of patient d
Assesment of patient e
Anasthesia and surgical care f
Patient and family right g
Patient and family education h
Madication managemet and use b.
Organitation function a
Staff Qualification and education b
Goverments, leadership and direction c
Fasility management and savety
Universitas Sumatera Utara
d Management of comunication and information
e Quality improvement and patient savety
f Prevention and control of infection
B. Analisis Situasional Sistem Manajemen Rindu A 4 Neurologi