Analisis Pengaruh Manajemen Aset dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia

(1)

TESIS

Oleh

DIANTI MURIANI 0670109086/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN ASET DAN

PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM

PADA INDUSTRI KONSTRUKSI TERBUKA

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Ilmu Manajemen

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIANTI MURIANI

067019086/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI KONSTRUKSI TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Dianti Muriani Nomor Pokok : 067019086

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Parulian Simanjuntak, MA) (Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec Ac) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Rismayani, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc.)


(4)

Tanggal Lulus : 10 Juli 2008 Telah diuji pada :

Tanggal : 10 Juli 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Parulian Simanjuntak, MA

Anggota : 1. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec Ac. 2. Dr. Rismayani, MS

3. Drs. Syahyunan, M.Si

4. Tapi Anda Sari, SE. M.Si. Ak


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

“ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI KONSTRUKSI TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA ”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 10 Juli 2008

Yang membuat pernyataan,

Dianti Muriani

067019086/IM


(6)

ABSTRAK

Analisis Pengaruh Manajemen Aset dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Manajemen Aset dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis penelitian ini adalah Inventory turnover, Day sales outstanding, Fixed asset turnover, Total asset turnover (Manajemen Aset) dan Return on Asset, Return on Equity

(Profitabilitas) secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap harga saham pada Industri Kontruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda, Uji F dan Uji t dimaksud untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (g = 0.05) dan Uji Determinasi digunakan untuk mengukur kebaikan-suai (goodness of fit) garis regresi.

Hasil Analisis menunjukkan bahwa Manajemen Aset secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 0.019. R Square (R²) Manajemen Aset terhadap harga saham sebesar 0.365 yaitu kemampuan variasi menjelaskan Inventory turnover, Day sales outstanding, Fixed asset turnover, Total asset turnover terhadap harga saham sebesar 36.5 % sisanya merupakan faktor yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Profitabilitas secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 0.049 R Square (R²) Profitabilitas terhadap harga saham sebesar 0.200 berarti kemampuan variasi menjelaskan Return on Asset, Return on Equity terhadap harga saham sebesar 20 % sisanya merupakan faktor yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Manajemen Aset dan Profitabilitas dinyatakan berpengaruh terhadap harga saham karena mempunyai tingkat signifikan lebih kecil dari g 0.05.

Hasil Uji Parsial Manajemen Aset yaitu : variabel inventory turnover berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 0.025, dan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham. Day sales outstanding, Fixed assets turnover dan Total assets turnover mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Hasil Uji Parsial Profitabilitas yaitu : ROA mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham. ROE

mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 0.016.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Manajemen Aset dan Profitabilitas berpengaruh significant terhadap Harga Saham. Variabel Inventory turnover dan ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada Industri Kontruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci : Rasio Manajemen Aset, Rasio Profitabilitas dan Harga Saham Sektor Konstruksi

i i


(7)

ABSTRACT

Asset Management and Profitability Analyses on the market share value of some go public construction companies listed in Indonesian Stock Exchange, purpose of this study is to explore in depth the influence of the Asset Management and Profitability to the value of the company’s shares on listed public construction companies. Hypothesis of this study is “How Inventory turnover, Day sales outstanding, Fixed asset turnover, Total asset turnover (Asset Management) and

Return on Asset, Return on Equity (Profitability) simultaneously and partially influenced the value of the share on listed public construction companies.

The hypothesis test uses linear multiple regression analyses. F and t result tests have the purpose to find the correlation between independent variable and dependent variable on 95% significant factors (g = 0.05). Determination test is applied for measuring goodness of fit on regression lines.

The result of this analyses show that Asset Management simultaneously directly has significant influence to the share value with significant level of 0.019. R Square (R²) value in the Asset Management on a share value of 0.365 explains variation capabilities such as Inventory turnover, Day sales outstanding, Fixed asset turnover, Total asset turnover toward share value of 36.5 %. The remaining percentage is being ignored on this study. Profitability however simultaneously has significant influence to a share value with level of significant of 0.049. R Square (R²) Profitability value of 0.200 means variation ability to justify price of a share based on

Return on Asset, Return on Equity values. The remaining percentage is being ignored. Asset Management and Profitability are significantly influenced the value of a share should the significant factor value is less than g 0.05.

From the result of asset management partial analyses show the following conclusion: Inventory turnover variable will have significant effect to price of share should level of significant is 0.025, and it also became important indicator variable in asset management; Day sales outstanding has less significant effect to a share value,

Fixed assets turnover has no significant effect to a share, Total assets turnover has no significant effect on share value. Partial profitability analyses show: ROA has no significant effect to market share value. ROE will have a significant effect to market share value with significant level of 0.016.

Resume of research indicate that Asset Management and Profitability are significantly influenced the value of a share should the significant factor. The most significant factor is Inventory turnover and ROE that influencing the company’s shares on listed public construction companies.

Key Words: Asset Management Ratio, Profitability Ratio, Market Share Value in Construction Companies.

ii


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Analisis Pengaruh Manajemen Aset dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, MA, dan Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec,Ac selaku Ketua dan Anggota Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan bimbingan dan saran berharga sehingga tesis ini dapat selesaikan.

4. Ibu Dr. Hj. Rismayani, MS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen dan juga selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

5. Ibu Tapi Anda Sari, SE M.Si. Ak dan Bapak Drs. Syahyunan M.Si selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.

iii


(9)

6. Seluruh Staff Pengajar dan Administrasi Magister Ilmu Ekonomi SPs USU, serta rekan-rekan Angkatan XI dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi dan memberi semangat dalam penyelesaian tesis ini.

Kupersembahkan sedalam-dalamnya kepada Almarhum Papanda, Mamanda tercinta yang telah memberikan pendidikan sejak awal hingga penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan Strata dua. Semoga Almarhum Papanda mendapat tempat yang lapang di sisi-Nya dan Mamanda diberi kesehatan lahir bathin dan selalu diberkati Allah SWT, Amin ya robbal alamin.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Adek-adek tercinta Yose Andriman, SE beserta keluarga, Silfi Asri Mandari, SP, Defi Adri Muria SE, Akt dan Adria Putra, Dipl, penulis sayangi dan selalu dengan sabar serta penuh kasih sayang memberikan bantuan moril, materil dan doa dalam penyelesian tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, namun demikian diharapkan nantinya dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan serta penelitian dibidang keuangan.

Medan, Juli 2008

Penulis

Dianti Muriani

iv


(10)

RIWAYAT HIDUP

Dianti Muriani lahir di Jakarta 16 Desember 1974, anak sulung dari pasangan Bapak Muhirman, SE dan Ibu Adrianellis. Belum menikah. Berasal dari Provinsi Bengkulu. Sejak tahun 2000 sampai pada saat ini menetap di Sumatera Utara untuk mendapatkan nilai tambah berupa ilmu pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal berkarir di masa datang.

Pendidikan dimulai pada tahun 1981 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 39 Jl. Penurunan Bengkulu, tamat tahun 1987. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bengkulu pada tahun 1987, dan lulus tahun 1990. Selanjutnya pada tahun 1990 meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bengkulu, lulus tahun 1993, dan melanjutkan ke Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas Bengkulu (UNIB) pada tahun 1993 hingga tahun 1998. Dan pada tahun 2006 melanjutkan ke Sekolah Pascasarjana (Strata-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara selesai pada tanggal 10 Juli 2008.

v


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT……….. ii

KATA PENGANTAR……….. iii

RIWAYAT HIDUP………..………. v

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL ……….…….………. x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

I.1. Latar Belakang ... ………... 1

I.2 Perumusan Masalah………..………... 4

I.3. Tujuan Penelitian………... 4

I.4. Manfaat Penelitian………... 4

I.5. Kerangka Berpikir………... 5

I.6. Hipotesis………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...…………. 9

II.1. Penelitian Terdahulu..………...……... 9

II.2. Teori Tentang Manajemen Aset, Profitabilitas dan Harga Saham... 10

II.2.1. Manajemen Aset………... 12

II.2.2. Manajemen Persediaan………... 17

vi


(12)

II.2.3. Manajemen Piutang ………... 18

II.2.4. Manajemen Aset Tetap………... 21

II.2.5 Manajemen Total Aset………... 23

II.3. Ratio Manajemen Aset………... 25

II.3.1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)... 25

II.3.2. Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Outstanding Ratio)... 26

II.3.3. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover Ratio)...………... 27

II.3.4. Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover Ratio) ……... 28

II.4. Profitabilitas dan Rasio Profitabilitas………... 28

II.5. Saham dan Penilaian Harga Saham………... 31

II.5.1. Pengertian Saham………... 31

II.5.2. Penilaian Harga Saham………... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 36

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian………... 37

III.1.1. Tempat Penelitian………... 37

III.1.2. Waktu Penelitian………... 37

III.2. Metode Penelitian………... 37

III.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel………... 37

III.4. Metode Pengumpulan Data………... 40

vii


(13)

III.5. Jenis dan Sumber Data………... 40

III.6. Identifikasi Variabel………... 41

III.7. Definisi Operasional Variabel………... 41

III.8. Pengujian Asumsi Klasik….………... 42

III.8.1. Uji Normalitas………... 43

III.8.2. Uji Heteroskedastisitas………... 43

III.8.3. Uji Multikolinearitas ………... 44

III.9. Model Analisis Data………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….... 50

IV.1. Gambaran Umum Perusahaan Konstruksi di Bursa Efek Indonesia ...…... 50

IV.2. Deskriptif Data Penelitian ..………... 54

IV.3. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis I………... 65

IV.3.1. Uji Normalitas………... 65

IV.3.2. Uji Heteroskedastisitas………... 65

IV.3.3. Uji Multikolinearitas ………... 66

IV.4. Pengujian Hipotesis I...………... 67

IV.4.1. Uji Serempak (Uji F)………... 68

IV.4.2. Uji Parsial (Uji t)………... 71

IV.5. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis II ... 75

IV.5.1. Uji Normalitas………....…... 75

viii


(14)

IV.5.2. Uji Heteroskedastisitas………... 76

IV.5.3. Uji Multikolinearitas ………... 77

IV.6. Pengujian Hipotesis II...………... 78

IV.6.1. Uji Serempak (Uji F)………... 78

IV.6.2. Uji Parsial (Uji t)………... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…….………. 84

V.1. Kesimpulan………... 84

V.2. Saran……….………...…... 86

DAFTAR PUSTAKA ………... 88

ix


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

III.1 Pemilihan Sampel ………... 39

III.2 Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1998 – 2007...…….…………... 39

III.3 Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1998 s/d 2007 Diluar Kriteria Sampel... 39

III.4 Sampel Perusahaan Konstruksi di Bursa Efek Indonesia 1998-2007 ... 40

III.5 Definisi Operasional Variabel ………...……... 42

IV.1 Deskriptif Data Penelitian ………... 55

IV.2 Deskriptif Variabel Hipotesis I...…... 63

IV.3 Deskriptif Variabel Hipotesis II …….…... 64

IV.4 Uji Multikolinearitas ... 67

IV.5 Hasil Regressi Hipotesis I ...……... 68

IV.6 Uji F (F test) ...………... 69

IV.7 Koefisien Determinasi ...……... 70

IV.8 Uji t (t test)....…...…………... 71

IV.9 Uji Multikolinearitas ... ... 77

IV.10 Hasil Regressi Hipotesis II ………... 78

IV.11 Uji F (F test)………... 79

IV.12 Koefisien Determinasi ... 80

IV.13 Uji t (t test)...………….………... 81

x


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

I.1. Kerangka Berpikir/Landasan Teori ……….………... 7 IV.1. Normal P-P Plot of Regression ... 65 IV.2. Scatterplot of Regression standarrdized Predicted Value....…….. 66 IV.3. Normal P-P Plot of Regression ...……. 75 IV.4. Scatterplot of Regression standarrdized Predicted Value ………. 76

xi


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Hasil Output SPSS Hipotesis I (deskriptif & variabel enter)……... 91 2 Hasil Output Uji F Hipotesis I , Anava dan koefisien Manajemen

Aset…… ……….. 92 3 Hasil Output SPSS Hipotesis I kolinearitas dan residual………… 93 4 Hasil Output Uji Normalitas & Heteroskedastisitas hipotesis I…… 94 5. Hasil Korelasi Hipotesis I ………. 95 6 Hasil Output SPSS Hipotesis II (deskriptif & variabel enter)……… 96 7 Hasil Output Uji F Hipotesis II , Anava dan Koefisien Manajemen

Aset… ………..……….. 97 8 Hasil Output SPSS Residual Hipotesis II………. 98 9 Hasil Output Korelasi profitabilitas dan Normalitas Hipotesis II... 99 10 Inventory Turnover Perusahaan Konstruksi Publik 1998-2007…… 100 11 DaySls Outstanding Perusahaan Konstruksi Publik 1998-2007…… 101 12 Fixed Asset Turnover Perusahaan Konstruksi Publik 1998-2007….. 102 13 Total Asset Turnover Perusahaan Konstruksi Publik 1998-2007..…. 103 14 ROA Perusahaan Konstruksi Publik 1998-2007………..…… 104 15 ROE Perusahaan Konstruksi Publik 1998-2007……..……… 105

xii


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai sarana mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Keberadaan pasar modal menjadikan perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri bagaimana kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan baik, kinerja perusahaan baik, maka pasar akan merespon dengan positif harga saham perusahaan. Harga pasar saham adalah mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin tinggi harga saham, semakin tinggi nilai perusahaan atau sebaliknya.

Pada aktivitas perdagangan adalah memperoleh keuntungan (return), pemodal menanamkan modalnya berharap mendapatkan keuntungan sebanding dengan tingkat resiko yang ditanggungnya. Keuntungan diperoleh berupa deviden dan capital gain. Oleh karena itu investasi saham harus memberikan prospek bahwa suatu jumlah yang relatif kecil dapat tumbuh menjadi jumlah yang cukup besar sehingga menarik penanam modal lain.

Melihat Potret terpuruknya Sektor Jasa Konstruksi Nasional menurut data dari Ikhtisar Jasa Konstruksi di Indonesia terjadi antara tahun 1991 – 1996 yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik tahun 1998 disebutkan bahwa sektor jasa konstruksi nasional sebelum mengalami krisis ekonomi mempunyai pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya (Pertanian, Pertambangan,

1


(19)

Industri dan lain lain). Tetapi setelah krisis moneter pertengahan tahun 1997, kondisi Jasa konstruksi berubah menjadi sektor usaha yang para pertumbuhannya dibanding sektor ekonomi lainnya. Liberalisasi perdagangan dan jasa juga merupakan fenomena mempengaruhi dunia konstruksi nasional untuk mampu bersaing dengan dunia konstruksi internasional termasuk Inflasi yang mempengaruhi kondisi daya beli konsumen dan struktur biaya produksi perusahaan. Keduanya mempengaruhi perhitungan perolehan laba perusahaan mengingat variabel ini, merupakan landasan kegiatan layak atau tidak layaknya suatu usaha (venture) dijalankan.

Menurut evaluasi foxit softwere company 2005-2007 saham-saham sektor konstruksi adalah merupakan saham yang mempunyai nilai peluang dan prospektif, mengingat adanya pertumbuhan pada periode 2005-2007, yang dilihat dari banyaknya perusahaan saham industri konstruksi yang IPO (Initial Public offering). Kenyataannya saham industri konstruksi tertekan akibat krisis subprime mortgage di Amerika, akan tetapi secara khusus industri konstruksi mendapat perhatian pemerintah karena perkembangan infrastruktur yaitu proyek-proyek pemerintah direalisasikan mendukung sektor konstruksi dari keterpurukannya. Hal ini didukung pidato Presiden Direktur PT. Fortis Investment Eko Pratomo, di Gedung WTC Jakarta, Kamis (5/1/2006), yang menyatakan bahwa saham konstruksi jadi pavorit dan berpotensi menjadi buruan para investor, karena dana belanja tahun 2005 sebesar Rp 17,9 triliun yang diteruskan pada 2006 diprioritaskan untuk mendorong sektor konstruksi, sehingga saham-saham konstruksi khususnya alat berat dan semen akan sangat berpotensi.


(20)

3

Kekuatan mendapatkan peluang dalam industri khususnya konstruksi adalah upaya meningkatkan profitabilitas perusahaan untuk pencapaian kinerja yang baik. Kemampuan perusahaan dalam mengendalikan berbagai aset adalah kunci utama untuk tetap bertahan dan meraih peluang melipatgandakan nilai aset. Pada laporan keuangan perusahaan, pemodal dapat membuat perbandingan kinerja emiten secara obyektif dan akuntabilitas, khususnya hubungan antara manajemen aset, profitabilitas dan harga saham. Mengukur efektifitas pengelolaan aset dengan efisiensi pengukuran rasio profitabilitas dapat memberikan kontribusi pada kelangsungan hidup perusahaan merupakan tindakan yang erat pengaruhnya terhadap harga saham.

Menilai secara tepat sejauh mana tingkat imbal hasil (return) didapat dari aktifitas investasi, diharapkan akan menarik investor untuk menanamkan dananya, akhirnya akan mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Memaksimalkan harga saham perusahaan akan terjadi jika aset ini menghasilkan arus kas yang waktunya lebih cepat lebih baik, supaya dapat ditanamkan kembali untuk menghasilkan tambahan penghasilan. Menganalisis rasio manajemen aset dan profitabilitas berarti menampilkan bentuk laporan keuangan neraca dan laba-rugi yang merupakan pondasi dalam melihat return saham. Pengembalian positif pada waktu akan datang baik pada deviden maupun penerimaan harga saham itu sendiri, merupakan kebijakan yang harus dilakukan penilaian, karena harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Untuk melihat apakah manajemen aset secara benar akan mempengaruhi perolehan laba perusahaan, atau apakah manajemen aset dilakukan dengan baik dapat menaikan


(21)

laba ataukah sebaliknya, yang dampaknya akan mempengaruhi harga saham di pasar bursa, maka hal ini perlu dibuktikan secara empiris.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka disimpulkan perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Seberapa jauh pengaruh Inventory turnover, Day sales outstanding, Fixed asset turnover, Total asset turnover terhadap Harga Saham pada Industri Kontruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia ?

2. Seberapa jauh pengaruh Return on Asset dan Return on Equity terhadap harga saham pada Industri Kontruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia ? I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Inventory turnover, Day sales outstanding, Fixed asset turnover, Total asset turnover secara simultan dan parsial terhadap harga saham pada Industri Kontruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return on Asset dan

Return on Equity secara simultan dan parsial terhadap harga saham pada Industri Kontruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :


(22)

5

1.4.1. Bagi emiten untuk mendapatkan bukti empiris Analisis Manajemen Aset dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Industri Konstruksi Terbuka di Indonesia.

1.4.2. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, tesis ini merupakan tambahan kekayaan hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai rujukan dan dikembangkan lebih lanjut.

1.4.3. Untuk dikembangkan dalam penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya tentang faktor-faktor yang memberi pengaruh terhadap harga saham.

1.4.4. Bagi penulis, menambah wawasan secara alamiah dalam bidang manajemen keuangan, khususnya berkenaan dengan manjemen aset, profitabilitas dan hal-hal yang mempengaruhi harga saham di pasar bursa.

I.5. Kerangka Berpikir

Manajemen Aset, Profitabilitas dan Harga Saham pada penelitian ini, sejalan dengan pendapat (Fabozzi, 2001) mengemukakan bahwa :

“Dalam membuat kebijakan untuk memenuhi sasaran investasi, penetapan kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi aset yaitu investor harus memutuskan bagaimana dana perusahaan didistribusikan pada kelompok aset utama yang meliputi: saham, obligasi, real estate dan sekuritas-sekuritas dalam dan luar negeri. Dengan mempertimbangkan kendala dari luar dan peraturan yang ada, Aset membutuhkan evaluasi usaha untuk mengidentifikasikan kesalahan dalam penetapan harga saham sehingga merancang porfofolio harus memberikan pengembalian tinggi untuk tingkat resiko tertentu (yaitu kemampuan untuk mengkuantifikasikan arti dari resiko dan saham)”.


(23)

Selanjutnya, Brigham dan Houston (2001:119) menyatakan bahwa : Perusahaan yang memiliki aset tinggi mengakibatkan rasio perputaran akan menjadi rendah yang berakibat laba rendah dan tingkat pengembalian rendah pada ekuitas dan diikuti harga saham yang merosot atau sebaliknya.

Dalam mengukur seberapa efektif perusahaan melihat kinerja setiap jenis aset untuk meningkatkan laba yang tercermin pada harga saham, sejalan dengan pendapat :

Atmaja (2003) menyatakan bahwa : Manajemen Aset, adalah : bagaimana setiap aset dapat dikelola secara efektif oleh perusahaan.

Weston dan Copeland (2001) menyatakan bahwa : mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan keputusan-keputusan investasi dan pemanfaatan sumberdaya ekonomis dalam kekuasaannya (aset yang dikelola) untuk menghasilkan profitabilitas (memerlukan pelaksanaan investasi yang sehat).

Brigham dan Houston (2001) meyatakan bahwa profitabilitas adalah: mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi dalam hal ini adalah harga saham

Atmaja (2003:412) Harga saham (return) merupakan refleksi dari nilai perusahaan yaitu nilai pasar modal sendiri dibagi jumlah lembar saham yang beredar yang dipengaruhi oleh persepsi pasar terhadap kondisi perusahaan yang diharapkan pada masa datang, yang terwujud dengan pengendalian perusahaan secara efektif sesuai dengan prestasi relatif aset yang dikelola, yang terlihat dari harga saham atau sebaliknya.


(24)

7

Jadi dapat disimpulkan bahwa : untuk meningkatkan return (saham) perusahaan tergantung pada tingkat kemampuan perusahaan memperoleh profitabilitas, selanjutnya dibandingkan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Hal ini menggambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan membagikan laba diperolehnya kepada pemegang saham, karena profitabilitas menggambarkan nilai deviden yang dibagikan kepada pemegang saham. Makin baik perusahaan mengelola asetnya maka peningkatan perusahaan untuk profitabilitas juga naik, bahkan sebaliknya menurunkan profitabilitas. Oleh karena itu manajemen aset dan tingkat profitabilits secara bersama-sama bisa mempengaruhi harga saham perusahaan karena dengan memiliki aset rendah mengakibatkan rasio perputaran akan menjadi tinggi yang berakibat laba tinggi dan tingkat pengembalian tinggi pada ekuitas dan diikuti harga saham yang tinggi atau sebaliknya (Brigham dan Houston, 2001).

Memahami bagaimana manajemen aset dan rasio profitabilitas berpengaruh pada harga saham ditunjukkan pada Gambar I.1 dibawah ini :

Manajemen Aset :

Inventory Turnover

Day Sales Outstanding

Fixed Asset Turnover

Total Asset Turnover

Harga Saham

Profitabilitas :

Return on Asset

Return on Equity

Gambar I.1. Kerangka Berpikir/Landasan Teori


(25)

I.6. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Inventory turnover, Day sales outstanding, Fixed asset turnover, Total asset turnover berpengaruh nyata secara simultan dan parsial terhadap harga saham perusahaan pada Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia.

2. Return on Asset dan Return on Equity berpengaruh nyata secara simultan dan parsial terhadap harga saham perusahaan Industri Konstruksi Terbuka di Bursa Efek Indonesia.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan ilmu yang dalam cara berfikir menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan, dengan proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang logis dan didukung oleh fakta empiris.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian lain, namun penulis mencoba membandingkan beberapa penelitian dan untuk mempertegas hasil penelitian yang menyangkut rasio keuangan (termasuk didalamnya manajemen aset dan profitabilitas) pada harga saham maupun kinerja perusahaan, maka beberapa penelitian terdahulu tersebut, yaitu:

Mardiah (2006) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Manajemen Aktiva dan Profitabilitas terhadap Perubahan Harga Saham pada Industri Manufaktur Terbuka di Bursa Efek Jakarta. Alat uji statistik yang digunakan adalah model regresi berganda dengan hasil penelitian adalah terdapat pengaruh manajemen aktiva dan profitabilitas dalam memprediksi harga saham. Dengan pembuktian uji Anova pada F hitung hanya profitabilitas yang dapat direspon untuk melihat perubahan harga saham.

Husada (2004), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Industri Properti Terbuka pada Bursa Efek Jakarta. Alat uji statistik yang digunakan adalah model regresi berganda. Hasilnya penelitian bahwa ROA, dan ROE berpengaruh terhadap harga saham.

9


(27)

Pranoto (2003) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Price Earning Rasio (PER), dan

Book Value Per Share (BVPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Konstruksi yang Go-Public di Bursa Efek Surabaya. Alat uji statistik yang digunakan adalah model regresi berganda. Hasil analisis menyatakan bahwa ROE berpengaruh terhadap harga saham konstruksi yang go public di Bursa Efek Surabaya (BES).

Wathi (2006) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Leverage terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Alat uji statistik yang digunakan adalah model regresi berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa rasio profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

II.2. Teori Tentang Manajemen Aset, Profitabilitas dan Harga Saham

Bishop. et al. (1999 : 636) menyatakan bahwa :“ Financial Ratio Analysis is the process of reducing a large amount of financial data contained within the financial statement to smaller set of information more useful for decision making “ The basic inputs to ratio analysis are the firm’s income statement and balance sheet for the periods to examination (Gitman. et al., 2000).

Informasi data yang memberikan interpretasi sirkulasi keuangan adalah laporan keuangan untuk melakukan evaluasi kinerja keuangan yang diinginkan perusahaan dalam bentuk rasio keuangan, tujuannya adalah membantu perusahaan dalam pengelolaan aset, mengambil keputusan jangka panjang maupun jangka pendek mencapai kenaikkan laba.


(28)

11

Manajemen aset adalah untuk mengetahui apakah suatu aset sudah saatnya untuk diganti atau masih layak untuk dipergunakan, dan selanjutnya bagaimana di pergunakan, kapan waktu yang tepat untuk melakukan dan apakah dengan jenis alat yang sama atau ada alternatif lain yang lebih baik. Jawabannya adalah apabila tersedia informasi atau data yang jelas tentang aset.

Untuk dapat melakukan investasi yang menguntungkan, perusahaan harus mengetahui saham perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik. Untuk dapat membuat keputusan yang tepat, dibutuhkan informasi yang tepat dan akurat yang bisa diperoleh melalui prospektus laporan keuangan secara berkala dan informasi lain yang diperlukan sehingga diperoleh nilai tambah dalam investasi tanpa mengalami kerugian. Diperlukan suatu kiat tersendiri bagaimana sebuah perusahaan harus mengelola uang atau hartanya, agar efisien dan efektif dan dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.

Profitabilitas adalah efektifitas manajemen berdasarkan hasil dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Penggunaan aset akan meningkatkan profitabilitas dan mempengaruhi tingkat kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga sahamnya.

Nilai saham ditentukan oleh kondisi fundamental emiten yang meliputi : laba, pertumbuhan penjualan, aset dan prospek emiten. Dengan analisis aktifitas (manajemen aset dan profitabilitas), peneliti mencoba menilai harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham tersebut dan menerapkan hubungan faktor-faktor ini


(29)

sehingga diperoleh harga saham. Umumnya faktor-faktor yang diteliti adalah nilai intrinsik, nilai pasar, Return On Total Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Rasio (DER), Deviden Earning, Price Earning Rasio (PER), Deviden Payout Rasio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham. Namun untuk membatasinya faktor-faktor tersebut peneliti hanya memakai ROA dan ROE untuk melihat harga saham perusahaan.

Belsky (2002) menyatakan bahwa : “Setiap mata uang mempunyai nilai beli yang sama” untuk menggambarkan cara bagaimana orang memperlakukan uang dengan cara yang berbeda-beda, terutama dilatarbelakangi oleh dari mana, dan dengan cara bagaimana uang itu diperoleh. Kalau uang diperoleh dengan cara mudah mungkin orang cenderung memanfaatkannya dengan kurang mempertimbangkan efeknya, sebaliknya jika diperoleh dengan perjuangan yang relatif sukar orang akan mempertimbangkan penggunaannya secara lebih cermat. II.2.1. Manajemen Aset

Manajemen Aset melihat bagaimana mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modalnya. Dalam menjalankan operasional perusahaan, hal utama dijalankan supaya perusahaan tetap survive dengan visi dan misi yang dicapai ditengah kompetisi pemasaran global ialah, perusahaan harus mempertimbangkan tujuan dan batasan yang mendorong investor menetapkan kebijakan investasi dan dengan cermat, menganalisa untuk apa sumber daya digunakan, apa manfaat dan apa pengaruhnya bagi kelangsungan hidup perusahaan, jika salah mengambil


(30)

13

keputusan dapat berakibat fatal bagi kelangsungan operasional perusahaan dimasa yang akan datang.

Weston dan Copeland (2001) menyatakan bahwa : Manajemen Aset dan Investasi (Asset dan investment management) adalah mengukur efektifitas keputusan-keputusan investasi perusahaan dan pemanfaatan sumber dayanya. Manajemen Aset perusahaan yaitu pentingnya pengelolaan aset secara terintegrasi, baik dari informasi dan literatur yang mengupas masalah ini dimulai dari kesalahan pengelolaan masalah aset, sehingga berdampak kerugian yang ditimbulkan. Oleh karena itu optimalisasi sumber daya harus dilakukan secara maksimal.

Weston dan Brigham (2001) menyatakan bahwa : manajemen aset mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya, yang dirancang untuk mengetahui jalan masing-masing jenis aset yang terdapat di perusahaan, apakah sudah sesuai, terlalu tinggi atau terlalu rendah mengingat tingkat proyeksinya untuk masa datang. Karena jika aset tinggi menyebabkan biaya terlalu tinggi seperti biaya pemeliharaan, penyimpanan, bunga asuransi, bunga pinjaman dan lain lain. Rendahnya penjualan yang biayanya mencapai target laba kemungkinan akan terbalik.

Manajemen Aset melihat pada beberapa aset, yang kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aset-aset tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya kelebihan dana yang tertanam pada aset - aset tersebut. Dana lebih tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aset lain yang lebih produktif. Baik


(31)

aset perusahaan diperoleh oleh dukungan modal sendiri perusahaan atau didukung hutang perusahaan pada pihak luar. Konsekuensi jika didukung oleh hutang tentu dibebani berbagai biaya seperti bunga pinjaman, asuransi, administrasi, provisi dan lain sebagainya. Oleh karena itu manajemen harus mengambil keputusan yang tepat untuk memperoleh dan memanfaatkan asetnya, dengan kata lain mengelola aset dengan baik, tepat dan benar.

Manajemen Aset dalam ilmu kontruksi yaitu manajemen aset yang memiliki ruang lingkup utama mengontrol biaya pemanfaatan penggunaan aset dalam kaitan mendukung operasionalisasi dan upaya melakukan inventarisasi aset-aset yang tidak digunakan, dan lebih berkembang dengan memasukkan aspek nilai aset, akuntabilitas pengelolaan aset, audit atas pemanfaatan tanah (land audit), construction survey untuk memonitor perkembangan pasar properti, aplikasi sistem informasi dalam pengelolaan aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan manajemen aset bertambah ruang lingkupnya hingga mampu untuk memonitor kinerja operasionalisasi aset dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset.

Manajemen aset dapat dibagi dalam 5 (lima) tahapan kerja, yaitu :

1. Inventarisasi aset, terdiri dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri dari bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerjanya adalah dengan melakukan


(32)

15

pendaftaran labeling, cluster, secara administratif sesuai dengan manajemen aset.

2. Legal audit, merupakan suatu ruang lingkup untuk mengidentifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal mengenai prosedur penguasaan atau pengalihan aset seperti status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor dan lain-lain.

3. Penilai aset, suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Untuk ini pemda dapat melakukan outsourcing kepada konsultan penilai yang profesional dan independen, namun pemda juga harus mempunyai anggota penilai sendiri yang handal agar nilai yang dihasilkan nantinya dapat dipahami dan akurat. Hasil nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.

4. Optimalisasi aset bertujuan mengoptimalkan potensi fisik, lokasi nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam hal ini, aset-aset yang dikuasai pemda diidentifikasikan dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi berdasarkan sektor-sektor unggulan dan mencari penyebab sektor yang tidak berpotensi. Sehingga hasilnya dapat dibuat sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset.

5. Pengawasan dan pengendalian, dalam pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi pada pemda saat ini.


(33)

Suatu sarana yang efektif dalam meningkatkan kinerja aspek ini adalah melalui sistem informasi manajemen aset. Melalui sistem ini maka transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin dan dapat diawasi dengan jelas, karena keempat aspek di atas diakomodir dalam suatu sistem yang termonitor dengan jelas seperti sistem arus keuangan yang terjadi di perbankan, sehingga penanganan dan pertanggung jawaban dari tingkat pelaksana hingga pimpinan mempunyai otorisasi yang jelas. Hal ini diharapkan akan meminimalisasi adanya praktik KKN.

Peranan Manajemen Aset berdasarkan ruang lingkup manajemen aset diperlukan untuk menganalisis dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan dan sistem pelayanan yang efisien untuk mengurangi biaya melalui studi optimalisasi aset ke arah orientasi labaserta intermediasi bagi investor untuk aset yang marketable.

Peningkatan kemampuan manajemen dituntut mampu mengelola secara bertanggungjawab dan memiliki jiwa enterpreneurship. Penilaian kekayaan, merupakan salah satu indikator utama dalam pengembangan perusahaan. Pengembangan strategi memerlukan profesionalisme dalam hal menarik investor

maupun pengembangan ekonomi pasar yang market oriented, sehingga dapat memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu dilaksanakan manajemen aset dengan program yang sistematis berkelanjutan dan terukur, unsur manajemen aset yang utama dilaksanakan oleh manajemen, yaitu :


(34)

17

II.2.2. Manajemen Persediaan

Kebijaksanaan pengadaan bahan persediaan merupakan bagian dari kepentingan beberapa manager proyek/produksi yang berhubungan dengan finansial. Orientasi dari manajemen persediaan adalah pembelian dalam jumlah besar dengan potongan dari pihak pengadaan, dimana pihak manajemen keuangan mempertahankan pada jumlah yang kecil dan demi efisiensi penggunaan dana.

Pertimbangannya adalah jika persediaan terlalu besar dan tidak seimbang dengan penggunaanya, maka modal yang tertanam didalam persediaan akan menangggung beban atas bunga modal yang digunakan untuk membeli bahan mentah tersebut. Konflik diatas harus direkonsiliasi menjadi kebijaksanaan yang dapat diterima oleh berbagai kepentingan demi untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada umumnya kebijaksanaan persediaan yang bisa diterima oleh berbagai kepentingan yaitu yang bisa memenuhi kriteria seperti : dapat menjamin kelancaran proses produksi, dapat dijangkau oleh dana yang tersedia, dan jumlah pembelian yang optimal.

Manajemen persediaan (Inventory management) memfokuskan diri pada dua pertanyaan dasar yaitu berapa unit persediaan yang harus dipesan pada suatu waktu dan kapan persediaan harus dipesan. Tujuan manajemen persediaan mengadakan persediaan yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan pada biaya yang minimum. Oleh karena itu langkah pertama dalam mengembangkan suatu model persediaan yaitu mengidentifikasikan biaya-biaya yang berhubungan dengan pemesanan dan penyimpangan persediaan.


(35)

Sawir (2003) menyatakan bahwa Manajemen Persediaan sebagai elemen modal kerja merupakan aset yang selalu berputar. Kesalahan dalam penentuan besarnya investasi dalam persediaan dapat menekan keuntungan perusahaan.

Persediaan merupakan komponen aset lancar yang penting dalam alur proses produksi, persediaan juga merupakan bagian aset lancar yang terbesar menyerap dana investasi selain piutang khususnya bagi perusahaan kontruksi. Dengan demikian pengendalian yang dilakukan dalam pengelolaan persediaan ikut menentukan proses perputaran dana demi tercapainya profitabilitas yang diharapkan.

Analisis keuntungan perusahaan bermanfaat meminimalkan kebutuhan

operating cash maka perputaran persediaan hendaknya ditingkatkan. Semakin tinggi perputaran persediaan berarti semakin kecil investasi yang tertanamkan pada persediaan. Dilain pihak perusahaan dituntut memiliki persediaan yang memadai guna membatasi resiko kehabisan persediaan dalam proses produksi. Disinilah tampak adanya pertentangan antara sudut pandang kepentingan finansial dengan kepentingan kelancaran proses produksi.

II.2.3. Manajemen Piutang

Investasi dalam bentuk piutang menyangkut pertimbangan untung rugi (trade off ) antara profitabilitas dan resiko. Perkiraan piutang (account receivable) dalam neraca menunjukkan adanya kebijaksanaan kredit oleh perusahaan kepada langganan (customer). Piutang dan persediaan merupakan elemen current asset

yang dominan dibandingkan keseluruhan aset lancar. Piutang dan persediaan berhubungan erat karena pada saat penjualan kredit dilakukan jumlah yang sama


(36)

19

pada persediaan secara efektif dimasukkan kedalam perkiraan piutang. Persediaan barang jadi harus tersedia sebagai buffer stock untuk menjamin bertambahnya permintaan akibat kebijakan kredit yang dilakukan oleh perusahaan. Besar kecilnya jumlah piutang pada neraca dapat dijadikan dasar untuk menilai efisiensi pengelolaannya.

Keown, et al. (2001) menyatakan bahwa : Perputaran piutang yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan yang berputar dalam satu tahun dan ini menunjukkan efektifitas manajemen persediaan dan sebaliknya perputaran persediaan yang rendah menunjukkan tanda-tanda mis manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Oleh karena itu pengelolaan piutang dagang menjadi penting karena sangat berkaitan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan, terlebih lagi karena arus kas dari penjualan bisa diinvestasikan hingga piutang tertagih, pengendalian akan piutang menjadi lebih penting lagi, penagihan yang efisien menentukan baik tidaknya profitabilitas dan likuiditas perusahaan.

Alwi dan Faisal (2005) menyatakan bahwa Manajemen piutang pada dasarnya mencakup 3 (tiga) aspek penting, yaitu :

1. Kebijaksanaan Kredit (Credit policy)

Kebijakan kredit meliputi penetapan standar kredit sebagai kriteria minimum perluasan kredit kepada langganan merupakan faktor utama yang meliputi penilaian kredit, pembayaran rata-rata dan finansial rasio yang digunakan sebagai dasar kuantitatif untuk menetapkan standar kredit. Standar kredit


(37)

sangat penting dan harus dipertimbangkan karena setiap pertimbangan akan mempengaruhi 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Volume Penjualan

Pembeli atau calon pembeli pada umumnya akan tertarik membeli barang dalam jumlah yang banyak, jika kepada mereka diberikan tenggang waktu pembayaran yang longgar karena tenggang waktu pembayaran yang terlalu pendek tidak mendorong mereka untuk membeli dalam jumlah yang lebih banyak dan bahkan kemungkinan akan memilih supplier lain yang menawarkan syarat pembayaran yang lebih menarik.

b. Investasi dalam Piutang

Investasi dalam barang jadi berkaitan erat dengan periode kredit yang ditetapkan. Semakin longgar periode kredit semakin besar dana yang tertanam dalam persediaan pada produk yang diberikan penjualan kredit. c. Biaya Piutang Ragu-ragu

Tanpa piutang perusahaan tidak akan mengalami kerugian karena piutang ragu-ragu. Kerugian piutang ragu-ragu merupakan ongkos yang harus diperhitungkan sebagai faktor yang akan mengurangi keuntungan.

Kebijakan kredit yang baik adalah kebijakan yang dapat meningkatkan penjualan lebih besar daripada kenaikkan cost of bad debt. Analisis kredit menyangkut evaluasi kemampuan langganan baik likuiditas, aktivitas, hutang maupun profitabilitasnya, disamping itu analisis kredit tidak hanya mengukur mengenai tingkat kepercayaan finansial tetapi juga menyangkut estimasi maksimum jumlah kredit yang mampu ditanggung oleh langganan, oleh karena itu


(38)

21

perusahaan harus menetapkan batas kredit yang boleh diberikan kepada langganan.

Sawir (2003) menyatakan hahwa variabel utama dalam kebijakan penjualan kredit mencakup standar kredit, yaitu :

a. Tingkat resiko maksimum yang bisa ditolerir dari pelanggan.

b. Persyaratan kredit yaitu lamanya kredit diizinkan dan persentase pemberian potongan pada pembayaran yang cepat.

c. Kebijakan Penagihan yang dilakukan perusahaan.

Dalam menetapkan memberi atau tidak memberi penjualan kredit pada satu pelanggan harus memenuhi 3 (tiga) tahapan berikut, yaitu :

a. Pengumpulan informasi tentang pelanggan

b. Analisis credit worthiness yang umum digunakan adalah finansial Rasio analisis, Numeric Credit Scoring dan risk Indexes (Altman’s Z Score).

c. Keputusan menyetujui atau menolak permohonan penjualan kredit pelanggan.

II.2.4. Manajemen Aset Tetap

Perusahaan industri pengelolaannya mengharapkan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih, dengan lebih mengandalkan aset tetap dari pada aset lancar. Walaupun aset lancar diperlukan untuk mengetahui efektifitas operasi perusahaan tetapi aset tetap seperti mesin, tanah, gedung dan lain sebagainya, juga menghasilkan produk yang dapat dijual untuk menjadi kas, piutang dan


(39)

persediaan. Namun efisiensi penggunaan kedua aset tersebut dapat meningkatkan profitabilitas.

Setiap perusahaan yang melakukan investasi dalam aset tetap, tentu mengharapkan perusahaan memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam investasi tersebut dan dalam jangka waktu tertentu yang telah diantisipasi. Investasi dalam proyek baru yang menyangkut aset tetap terutama dalam pembelian alat-alat produksi harus diperhitungkan secara seksama, karena jika investasi sudah dijalankan, tetapi kemudian terjadi kekeliruan perhitungan, sulit untuk menarik kembali yang berarti kerugian besar.

Suatu hal yang membedakan perusahaan jasa dengan perusahaan industi lainnya adalah penyerapan dana investasi. Pada perusahaan jasa, dana investasi terbesar diserap pada aset tetap. Dengan demikian manajer keuangan hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap manajemen aset tetap, bukan hanya keputusan pengadaaan aset tetap baru, melainkan juga persoalan yang berkaitan dengan pengeluaran selama masa penggunaan aset tetap.

Keputusan yang sangat diperlukan yaitu kebijaksanaan dan kecermatan serta kejelian yang tepat dalam mengambil keputusan menetapkan pengeluaran modal, dalam hal memutuskan apakah membeli aset baru sebagai pengganti aset lama ataupun merehabilitasi aset tetap lama. Dengan demikian harus dilakukan analisis yang cermat sebelum keputusan diambil. Antara lain dengan analisis konsep dan teknik Capital budgeting yaitu Average Rate of Return (ARR), Payback period (Proceed), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan IndeksProfitability (Alwi dan Faisal, 2005).


(40)

23

II.2.5. Manajemen Total Aset

Efektifitas perusahaan memanfaatkan semua sumber daya adalah bagaimana memanfaatkan sumber yang ada di perusahaan, benar pada pengendaliannya. Pengelolaan aktifitas perusahaan melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aset. Yaitu bagaimana perusahaan memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomis untuk pencapaian penjualan menguntungkan tentu memerlukan pelaksanaan investasi yang sehat. Metodologinya mendalilkan suatu hubungan yang optimal antara penjualan dan berbagai jenis investasi aset.

Susunan aset pada kebanyakan perusahaan industri jasa atau manufaktur terdapat sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aset tetap, cenderung mengutamakan penggunaan modal sendiri, sedang modal asing atau hutang hanya sebagai pelengkap. Perusahaan yang sebagian besar asetnya terdiri atas aset lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.

Resiko aset yang melekat pada setiap aset perusahaan belum tentu sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaannya maka resikonya semakin besar. Jika perusahaan memiliki aset yang peka terhadap resiko maka perusahaan harus memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif tahan resiko, dan sedapat mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki resiko lebih tinggi dibanding modal sendiri.

Manajemen total aset tidak terlepas dari bagaimana mengelola masing-masing aset dimulai dari aset lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga,


(41)

piutang, persediaan sampai dengan aset lain-lain, yang memerlukan penanganan yang spesifik dan memerlukan perhatian yang teliti secara parsial maupun secara simultan.

Dalam setiap pengelolaan kinerja manajer Investasi berharap bisa selalu meningkatkan nilai bersih aset yang menjadi tanggung jawabnya. Yaitu dengan menetapkan semua kemampuan strategi investasi untuk mendapatkan investasi yang tumbuh dan berkembang pesat sehingga nilai investasi memberikan return

yang cukup tinggi bagi investor.

Secara umum kinerja perusahaan bergantung pada jenis instrumen investasi yang dipilih oleh Manajer Investasi. Misalnya pada reksadana terutama pada pemilihan efek dapat diketahui apakah harga pasar instrumen investasi tersebut mengalami kenaikan dibanding pada saat harga belinya. Jika mengalami kenaikan, berarti akan meningkatkan Nilai Aset Bersih reksa dana tersebut. Begitu juga sebaliknya, apabila ternyata portofolio efek reksadana mengalami penurunan, dipastikan kinerja reksa dana akan mengalami penurunan juga. Pergerakan harga pasar dari portofolio investasi reksa dana itulah yang mengakibatkan pergerakan dan perubahan nilai aset bersih reksadana dari waktu ke waktu.

Pendapatan atas investasi saham diharapkan dapat memberikan penghasilan dalam bentuk deviden tunai yang diberikan setiap tahunnya. Besaran deviden tunai bergantung pada kinerja masing-masing emiten dalam mengelola prestasi bisnisnya.


(42)

25

II.3. Rasio Manajemen Aset

Brigham. et al. (2000 : 43) menyatakan bahwa : “ Assets management ratios are a set of ratios, which measure how effectively a firm manages its assets. Example are inventory turnover, day sales outstanding in debtors, fixed assets turnover ratio, total assets turnover ratio and operating capital requirement ratio ”

Weston dan Copeland (2001) menyatakan bahwa : Rasio manajemen aset (Assets Management Ratios) adalah mengukur seberapa efektif suatu perusahaan mengelola asetnya, yang dibuat untuk menjawab pertanyaan : apakah jumlah dari masing-masing jenis aset yang terdapat dalam neraca sudah wajar, terlalu tinggi atau terlalu rendah dengan melihat operasional perusahaan yang dicapai saat ini dan proyeksi yang diharapkan di masa akan datang. Jika Perusahaan memiliki terlalu banyak aset, beban bunga akan menjadi tinggi karena laba akan menjadi rendah. Sebaliknya jika perusahaan memiliki aset teralu rendah, maka profitabilitas dari penjualan tidak akan tercapai. Untuk mengukur efektifitas manajemen dalam menggunakan sumber daya perusahaan, rasio aktifitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis harta. Rasio ini terdiri dari inventory turnover, day sales outstanding, fixed asset turnover, dan total asset turnover.

II.3.1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)

Houston dan Brigham (2001) menyatakan bahwa : barang dagangan disebut modal kerja untuk menghasilkan laba dan perputarannya adalah jumlah perjalanan yang dilakukan setiap tahun yaitu penjualan dibagi persediaan.


(43)

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Perputaran Persediaan adalah untuk mengetahui sejauh mana persediaan untuk proses produksi dapat diputar, intinya adalah mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan investasi dan sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya. Semakin cepat perputaran persediaan semakin baik. Bila rasio ini rendah berarti masih banyak stok yang belum terjual. Hal ini akan menghambat aliran kas sehingga berpengaruh buruk pada profitabilitas.

Perputaran persediaan menjelaskan bagaimana mengukur efektifitas perusahaan mengelola persediaannya sehingga pemanfaatan modal kerja menjadi optimal dan efisiensi.

Rasio ini dihitung dengan formula (Houston dan Brigham, 2001) sebagai berikut :

Inventory Sales Turnover

Inventory =

II.3.2. Jangka Waktu Penagihan (Day Sales Outstanding Ratio)

Houston dan Brigham (2001) menyatakan bahwa : periode penagihan rata-rata (Day sales outstanding) digunakan untuk menaksir piutang usaha. Periode penagihan adalah ukuran periode waktu antara tanggal penjualan dan tanggal pembayaran diterima. Ukuran aktifitas piutang dinyatakan sebagai perputaran atau sebagai persentase dari penjualan. Rasio ini digunakan untuk menaksir piutang usaha yaitu berapa hari hasil penjualan tertanam dalam bentuk piutang usaha atau


(44)

27

berapa lama rata-rata uang hasil penjualan akan diterima sejak penjualan dilakukan atau mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.

Rasio disajikan dalam formula berikut ini (Houston dan Brigham, 2001) :

) 360 : ( Re tan Sales ceivable Account ding Outs Sales Day =

II.3.3. Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover Ratio)

Houston dan Brigham (2001) menyatakan bahwa : rasio perputaran aktiva tetap adalah mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Maksudnya adalah mengukur efektifitas penggunaan dana yang tertahan pada harta tetap dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aset tetap. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan asetnya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Tingkat pemanfaatan aset tetap ini penting karena investasi dalam operasional usaha dan peralatan jumlahnya besar dan berjangka waktu lama. Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai seberapa efektif perusahaan memanfaatkan aset tetapnya seperti tanah, bangunan, kendaraan, peralatan dan lain lain.

Rasio ini dihitung dengan formula berikut ini (Houston dan Brigham, 2001) : Asset Fixed Net Sales Turnover Asset Fixed =


(45)

II.3.4. Rasio Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover Ratio)

Houston dan Brigham (2001) menyatakan bahwa : Rasio manajemen aset akhir, Rasio perputaran total aset (Total Assets Turnover) adalah mengukur perputaran semua aset perusahaan. Perputaran total aset ini mencerminkan efisiensi manajemen investasi dalam setiap pos aset atau pemanfaatan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Perputaran aset adalah ukuran ihktisar yang baik tentang efisiensi investasi dalam seluruh kategori aset. Rasio ini merupakan suatu kunci rasio karena seperti yang diamati dalam analisis du Pont, perputaran dikalikan dengan margin laba sama dengan ROI atau hasil pengembalian atas total investasi.

Rasio ini menunjukkan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aset yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.

Rasio ini dengan formula berikut ini (Houston dan Brigham, 2001) :

Asset Total

Sales Turnover

Asset

Total =

II.4. Profitabilitas dan Rasio Profitabilitas

Brigham. et al (2000:45) menyatakan bahwa : “ Profitability ratio are a group of ratio, which show the combined effect of liquidity, asset management, and debt on operations. These ratios may include operating profit margin after taxes, profit margin on sales, basic earning power, return on common equity “


(46)

29

Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa : ” profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Profitabilitas berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan yang mencerminkan efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Profitabilitas dihasilkan perusahaan dalam kaitannya dengan ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan aset total yang diputarkan, modal jangka panjang atau jumlah pekerja. Dengan meningkatkan laba tentu akan diperoleh peningkatan pendapatan sekaligus juga efisiensi terhadap beban-beban perusahaan.

Efektifitas manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini terdiri dari (profit margin on sales, return on total asset, return on net worth). Kualitas tercermin dalam analisis rasio Profitabilitas adalah untuk melihat sejauh mana kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba sehubungan dengan penggunaan asset perusahaan.

Penilaian kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio profitabilitas dengan melakukan penilaian terhadap nilai saham perusahaan, adalah rasio ROA (Return On Asset) dan ROE (Return on Equity). Return on Assets (ROA) adalah Aset suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan kreditor, sehingga aset tersebut akan menjadi modal kerja bagi perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After Tax (NIAT). Dengan demikian rasio antara Net Income After Tax

terhadap aset secara keseluruhan akan menunjukkan ukuran produktifitas aset dalam memberikan pengembalian kepada penanam modal (Sawir, 2001).


(47)

Sawir (2001), dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

asset Total

tax after income Net

Asset on

turn =

Re

ROA yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif, semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, hal ini akan merupakan daya tarik bagi investor yang mengakibatkan peningkatan nilai saham perusahaan yang bersangkutan, dan karena nilainya meningkat, maka saham perusahaan tersebut akan diminati oleh banyak investor, yang akibatnya akan meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang ada setelah biaya-biaya modal. Fokus ROA

adalah profitabilitas, ROA dipecahkan dengan perputaran aset mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan return berdasarkan aset tertentu. ROA

(return on assets) merupakan indikator kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki. ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aset (net income

dibagi total aset), jadi bisa dibilang ROA adalah rasio laba atas aset.

Rentabilitas Modal Sendiri yang sering disebut ROE (return on equity) merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. ROE dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas (net income dibagi


(48)

31

total equity). Jadi ROE adalah rasio laba atas modal. ROE secara eksplisit menganalisis profitabilitas perusahaan bagi pemilik saham biasa. Itu berarti bunga dan deviden dimasukkan kedalam analisis. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan biasa dibagi-bagi kepemilik modal seperti hutang (kredit), saham

preferen dan saham biasa.

Sawir (2001), dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Asset Total

tax after income Net

Equity on

turn =

Re

Hubungan ROA dan ROE adalah apabila ROA melebihi biaya modal hutang dan biaya modal saham preferen maka ROE akan melebihi ROA. Apabila hutang bertambah terus, tingkat resiko akan naik dan biaya modal hutang akan naik. Pada tingkat tertentu kenaikkan ROA akan lebih kecil dibandingkan dengan kenaikkan biaya modal hutang dan ROE akan mengalami penurunan.

II.5. Saham dan Penilaian Harga Saham II.5.1. Pengertian Saham

Menurut Brigham. et al. (2000) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan saham biasa adalah : “ Common stock represent an ownership in a corporasion, but to the typical investor, a share of common stock is simply a piece of paper characterized by two features : (1) It entitles its owner to dividend (2) stock can be sold at some future date ”

Saham biasa merupakan efek yang paling popular di pasar modal dimana pembicaraan seputar saham selalu mengacu kepada saham biasa kecuali preferen. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham berupa selembar kertas yang


(49)

menerangkan siapa pemiliknya. Saham atau ekuitas merupakan surat berharga yang sudah banyak dikenal masyarakat. Umumnya jenis saham yang dikenal adalah saham biasa (common stock). Saham sendiri dibagi menjadi dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa, merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). Karakterisktik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote). Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.

Saham biasa memberikan aliran arus kas yang diharapkan dimasa depan, dan nilai saham dicari dengan cara yang sama seperti penilaian aktiva keuangan lainnya yang dinamakan nilai sekarang dari aliran arus kas yang diharapkan di masa depan. Arus kas yang diharapkan terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu : (1) deviden yang diharapkan setiap tahunnya dan (2) harga yang diharapkan diterima

investor ketika mereka menjual saham. Harga saham akhir yang diharapkan meliputi pengembalian investasi awal ditambah keuntungan modal yang diharapkan.

Sedangkan untuk saham preferen, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan


(50)

33

obligasi terletak pada 3 (tiga) hal : ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit.

Daya tarik dari investasi saham adalah dua keuntungan yang dapat diperoleh pemodal dengan membeli saham atau memiliki saham, yaitu dividen dan capital gain. Dividen merupakan keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Biasanya dividen dibagikan setelah adanya persetujuan pemegang saham dan dilakukan setahun sekali. Agar investor berhak mendapatkan dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut untuk kurun waktu tertentu hingga kepemilikan saham tersebut diakui sebagai pemegang saham dan berhak mendapatkan dividen. Dividen yang diberikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, dimana pemodal atau pemegang saham mendapatkan uang tunai sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki dan dividen saham dimana pemegang saham mendapatkan jumlah saham tambahan. Sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual yang terjadi. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan di pasar sekunder. Saham dikenal memiliki karakteristik high risk-high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi resiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal mendapatkan keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat.


(51)

Namun seiring dengan berfluktuasi harga saham, saham juga dapat membuat

investor mengalami kerugian besar dalam waktu singkat.

Sebagai investor, terdapat 3 (tiga) alasan untuk membeli saham, yaitu : 1. Income adalah mendapatkan pendapatan yang tetap dari hasil investasi

pertahunnya, maka anda bisa membeli saham pada perusahaan yang sudah mapan dan memberikan dividen secara regular.

2. Growth adalah untuk jangka panjang dan memberikan hasil yang besar di masa datang, berinvestasi pada saham perusahaan yang sedang berkembang (biasanya perusahaan teknologi) memberikan keuntungan yang besar, karena kebijakan dari perusahaan yang sedang berkembang biasanya keuntungan perusahaan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan maka perusahaan tidak memberikan dividen bagi investor. Keuntungan bagi investor hanya dari kenaikan harga saham apabila menjual saham tersebut di masa datang (kenaikan harga saham yang besar).

3. Diversification membeli saham untuk kepentingan portofolio maka memerlukan saham untuk pendapatan tetap atau membeli obligasi dengan bunga yang diberikan sebagai pendapatan. Berinvestasi dalam saham sangat memerlukan pengetahuan yang luas tentang perusahaan itu sendiri (perusahaan dimana anda ingin menginvestasikan dana anda).

II.5.2. Penilaian Harga Saham

Harga pasar adalah harga terakhir yang dilaporkan saat saham terjual di bursa. Membeli atau menjual saham pada berbagai level harga harus berdasarkan regulasi harga yang telah ditetapkan bahwa saham ada nilai intrinsik maupun nilai


(52)

35

aktualnya. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi karena harga ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu berdasarkan keseimbangan antara fungsi permintaaan dan fungsi penawaran. Harga tidak akan berubah dengan cepat. Harga dideklarasikan sejak tanggal neraca dan berlaku hingga tanggal neraca berikutnya. Nilai pasar dari saham adalah harga saham di pasar dikalikan dengan jumlah saham beredar. Juga disebut dengan kapitalisasi pasar (Market Capitalization).

Pada neraca, aset sama dengan modal saham ditambah dengan kewajiban. Aset merupakan representasi dari modal, yaitu kewajiban diasumsikan sama dengan nol. Sehingga, sertifikat saham memiliki nilai tertentu, yaitu nilainya akan sama dengan nilai asetnya. Setiap harga saham yang di atas atau di bawah nilai asetnya, tidak menunjukkan kondisi sesungguhnya, namun kekuatan pasar mampu membuat harga saham berada di atas atau di bawah nilai asetnya.

Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Nilai dari saham merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitias perusahaan. Berdasarkan alasan inilah, tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham.

Penilaian harga saham bertujuan untuk menilai saham manakah yang paling menguntungkan bagi investor, dengan kata lain saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih rendah dari intrinsiknya (undervalue) sehingga layak


(53)

untuk dibeli, serta saham-saham manakah yang harganya lebih tinggi dari nilai intrinsiknya (over value) sehingga menguntungkan untuk dijual.

Dari uraian ini disimpulkan bahwa investor harus mampu mengamati kinerja perusahaan melalui analisis manajemen aset dan profitabilitas yaitu khususnya mengelola aset serta tingkat profitabilitas yang mampu membantu perusahaan dalam mengambil keputusan investasi.

Landasan teori ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar coba-coba (trial dan error), yang merupakan ciri bahwa penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data. Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistimatis. Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan, meramalkan dan pengendalian suatu gejala.


(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian III.1.1. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta.

III.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2008 sampai Mei 2008. III.2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan survey. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel bebas, baik satu variabel ataupun lebih (Nasir, 2001).

Deskriptif ialah bertujuan untuk menganalisis dan menyajikan data secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan (meneliti yang metode penelitiannya meneliti sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemilikan yang bertujuan menggambarkan, menjelaskan dan memaparkan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti). Kuantitatif ialah berdasarkan paradigma positif berlandaskan asumsi mengenai objek empiris.

III.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri kontruksi yang terdaftar di BEI pada tahun 1998 sampai dengan 2007. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan industri konstruksi yang sudah terdaftar di BEI

37


(55)

sejak tahun 1998 sampai dengan 2007, dan telah menerbitkan laporan keuangan diaudit secara berkala.

Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling, yaitu adanya kriteria tertentu yang ditempuh dalam pengambilan sampel yang diteliti, dengan tahapan sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah perusahaan industri konstruksi yang terdaftar di BEI sepanjang tahun 1998 sampai dengan 2007.

2. Menetapkan jumlah emiten industri konstruksi yang lama aktif dalam perdagangan saham industri konstruksi yaitu 1998 sampai dengan 2007. 3. Tidak terlambat menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh

akuntan publik yang terdaftar di BEJ secara berkala.

4. Menerbitkan laporan keuangan tahunan yang diaudit dan dipublikasikan pada batas waktu yang telah ditetapkan melalui laporan Indonesian Capital Market Directory.

5. Emiten yang tidak pernah diberhentikan/terhenti perdagangan (disuspend) oleh Bapepam.

Ringkasan hasil penyeleksian sampel dapat dilihat pada populasi penelitian perusahaan konstruksi sejak tahun 1998 sampai tahun 2007 yaitu berjumlah 13 perusahaan, tetapi dari jumlah yang memenuhi kriteria pengambilan sampel berjumlah 3 perusahaan. Atau jumlah sampel karena dari 10 tahun amatan menjadi 30 (3 x 10 = 30) sampel. Jumlah tersebut digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis penelitian lihat ( lihat tabel 3.1 ).


(56)

39

Dari kriteria pemilihan sampel dapat digambarkan pada Tabel berikut ini : Tabel III.1 Pemilihan Sampel

No Keterangan Jumlah

1 Jumlah Perusahaan Konstruksi 13 2 Jumlah Perusahaan diluar Kriteria : tidak memenuhi data

1998-2007

(9) 3 Jumlah Perusahaan Konstruksi sesuai Kriteria memenuhi data

1998-2007 dan dijadikan sampel dalam penelitian ( 10 tahun amatan )

3

4 Total sampel yang digunakan ( 10 tahun amatan ) 30 Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2008, (data sekunder eksternal diolah).

Tabel III.2 Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1998 - 2007

No Nama Perusahaan Tanggal Initial Public Offering 1 PT. Petrosea Tbk 30/03/1990 2 PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk 30/11/1994 3 PT. Bukaka Tbk 09/01/1995 4 PT. Surya Semesta Internusa Tbk 27/03/1997 5 PT. Waskita Karya Tbk 11/11/2003 6 PT. Adhi Karya Tbk 08/03/2004 7 PT. Pembangunan Perumahan Tbk 28/04/2004 8 PT. Total Bangun Persada Tbk 22/07/2006 9 PT. Truba Alam Manunggal Engineering Tbk 16/10/2007 10 PT. Wijaya Karya Tbk 29/10/2007 11 PT. Jaya Konstruksi Menggala Tbk 29/10/2007 12 PT. Duta Graha Indah Tbk 28/11/2007 13 PT. Harma Henwa Tbk 30/11/2007 Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2008, (data sekunder eksternal diolah).

Tabel III.3 Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 1998 s/d 2007 Diluar Kriteria Sampel

No Nama Perusahaan Tanggal Initial Public Offering 1 PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk 30/11/1994 2 PT. Waskita Karya Tbk 11/11/2003 3 PT. Adhi Karya Tbk 08/03/2004 4 PT. Pembangunan Perumahan Tbk 28/04/2004 5 PT. Total Bangun Persada Tbk 22/07/2006 6 PT. Truba Alam Manunggal Engineering Tbk 16/10/2007 7 PT. Wijaya Karya Tbk 29/10/2007 8 PT. Jaya Konstruksi Menggala Tbk 29/10/2007 9 PT. Duta Graha Indah Tbk 28/11/2007 10 PT. Harma Henwa Tbk 30/11/2007 Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2008, (data sekunder eksternal diolah).


(57)

Tabel III.4 Sampel Perusahaan Konstruksi di Bursa Efek Indonesia 1998-2007

No Nama Perusahaan Tanggal Initial Public Offering 1 PT. Petrosea Tbk 30/03/1990 2 PT. Bukaka Tbk 09/01/1995 3 PT. Surya Semesta Internusa Tbk 27/03/1997

Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2008, (data sekunder eksternal diolah).

III.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini adalah penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Melalui penulusuran jalur internet dengan alamat situs www.bei.co.id, www.bapepam.go.id, www.deperindag.go.id, dan melalui Indonesia Capital Market Directory untuk memperoleh data sekunder.

2. Studi literatur, yaitu dengan mengumpulkan data kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian.

III.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu melalui media informasi berupa Laporan Neraca dan Laporan Rugi laba dari perusahaan industri kontruksi untuk periode tahun 1998 sampai dengan 2007.

Data sekunder dari Capital Market Directory, Websites (jsx.co.id/bei.co.id,bursa.com,bapepam.go.id,deprindag.go.id), dan media cetak baik jurnal maupun majalah.


(58)

41

III.6. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat 7 (tujuh) variabel, tujuh variabel dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu, variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independentvariable).

Dependen variabel (Y) dalam penelitian ini adalah harga saham. Independen variabel (X) yaitu dari rasio manajemen aset terdiri dari : inventory turnover (X1), Day Sales Outstanding (X2), fixed asset turnover (X3), total asset

turn over (X4) dan dari rasio profitabilitas terdiri dari : ROA (X5) dan ROE (X6).

III.7. Definisi Operasional Variabel

1. Harga saham (Y) adalah harga saham penutupan efektif periode. 2. Rasio Manajemen Aset, yaitu :

1. Perputaran persediaan (inventory turnover) = X1, merupakan

perbandingan antara penjualan dengan persediaan. Semakin cepat perputaran persediaan semakin baik.

2. Jangka waktu penagihan (day sales Outstansding) = X2,

merupakan perbandingan piutang dengan penjualan dalam periode satu tahun (penjualan rata). Menunjukkan berapa lama

rata-rata uang hasil penjualan akan diterima sejak penjualan dilakukan. 3. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover) = X3, merupakan

perbandingan penjualan dengan aset tetap perusahaan. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan aktiva tetapnya.


(59)

4. Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover) = X4, merupakan

perbandingan penjualan dengan total aset. Mengukur efektifitas pemanfaatan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan.

2. Rasio Profitabilitas, yaitu :

1. ROA (Return On Assets) = X5, merupakan perbandingan laba bersih

setelah pajak dengan total aktiva. Mengukur kemampuan perusahaan dengan mengunakan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva.

2. ROE (Return On Equity) = X6 merupakan perbandingan laba bersih

setelah pajak dengan equity.

Tabel. III.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Pengukuran

Inventory turn over (X1) Membandingan pejualan dengan

persediaan perusahaan dalam satu periode.

Rasio

Day Sales Outstanding (X2) Membandingkan piutang dengan

rata-rata penjualan dalam satu periode

Rasio

Fixed asset turn over (X3) Membandingkan penjualan dengan aset

tetap perusahaan dalam satu periode

Rasio

Total asset turn over (X4) Membandingkan penjualan dengan

total aset perusahaan dalam satu periode

Rasio

Return On Assets ( X5) Membandingkan laba bersih setelah

pajak dengan total aset perusahaan dalam satu periode

Rasio

Return On Equity (X6) Membandingkan laba bersih setelah

pajak dengan total ekuitas

Rasio

Sumber : Manajemen Keuangan (Brigham, Eugene F & Houston, 2001)

III.8. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah sampel yang ditetapkan telah dapat dilakukan analisis dan melihat apakah model prediksi yang dirancang telah dapat dimasukkan ke dalam serangkaian data, maka perlu dilakukan pengujian data. Hal


(60)

43

ini sering disebut uji asumsi klasik yang didalamnya termasuk pengujian normalitas, heterodastisitas dan multikolinearitas.

III.8.1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Yakni distribusi data dengan bentuk gunung yang simetris. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Yaitu distribusi data tersebut tidak condong kekiri ataupun kekanan. Uji normalitas pada multivariate sebenarnya sangat kompleks, karena dilakukan pada seluruh variabel secara bersama-sama. Tetapi uji ini dapat juga dilakukan pada setiap variabel, dengan logika bahwa jika secara bersama-sama variabel-variabel tersebut dapat juga dianggap memenuhi asumsi normalitas. Pengujian normalitas ini dilakukan dengan melihat grafik normal plot. Untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal, maka kriteria pengujiannya, adalah sebagai berikut :

1. Jika angka signifikansi lebih besar dari 0.05 maka data mempunyai distribusi normal.

2. Jika angka signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka data tidak mempunyai distribusi normal.

III.8.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dimaksudkan untuk melihat setiap variabel yang dibatasi oleh nilai tertentu dari variabel bebas konstan, atau sama untuk seluruh obeservasi. Kondisi heteroskedastisitas terjadi bila varians (j²) dari variabel tidak bebas meningkat sebagai akibat meningkatnya varian variabel bebas, maka varian variabel bebas


(1)

Lampiran 10

Inventory Turnover (X1) : Sales/Inventory

Satuan : kali

PT. Petrosea 1 1998 27,21

2 1999 31,63 3 2000 23,70 4 2001 36,50 5 2002 25,30 6 2003 28,86 7 2004 33,62 8 2005 33,90 9 2006 37,89

10 2007 0,25

PT. Surya Semesta Internusa 1 1998 0,33

2 1999 0,20

3 2000 0,25

4 2001 0,34

5 2002 3,07

6 2003 12,87

7 2004 33,71

8 2005 13,35

9 2006 22,98

10 2007 22,20

PT. Bukaka Tehnik Utama 1 1998 8,13

2 1999 9,01 3 2000 6,85 4 2001 13,80 5 2002 13,10 6 2003 10,91 7 2004 13,43 8 2005 13,36


(2)

Lampiran 11

Day Sales Outstanding ( X2 ) : Piutang/Sales:360

Satuan : hari

PT. Petrosea 1 1998 59,61

2 1999 72,00 3 2000 60,43 4 2001 65,64 5 2002 131,66 6 2003 97,60 7 2004 117,10 8 2005 117,58 9 2006 146,34 10 2007 162,00

PT. Surya Semesta Internusa 1 1998 24,24

2 1999 36,84 3 2000 31,87 4 2001 38,98 5 2002 80,21 6 2003 73,68 7 2004 85,14 8 2005 92,20 9 2006 68,29 10 2007 150,20

PT. Bukaka Tehnik Utama 1 1998 203,08

2 1999 128,06 3 2000 113,47 4 2001 104,94 5 2002 384,56 6 2003 165,77 7 2004 65,10 8 2005 97,56 9 2006 0,00


(3)

Lampiran 12

Fixed Assets Turnover ( X3 ) : Sales/fixed Aset

Satuan : kali

PT. Petrosea 1 1998 4,68

2 1999 1,94 3 2000 3,19 4 2001 2,54 5 2002 3,34 6 2003 3,48 7 2004 5,80 8 2005 3,99 9 2006 2,42 10 2007 1,10

PT. Surya Semesta Internusa 1 1998 0,75

2 1999 1,14 3 2000 1,66 4 2001 1,27 5 2002 2,58 6 2003 4,28 7 2004 4,59 8 2005 6,39 9 2006 10,78 10 2007 5,35

PT. Bukaka Tehnik Utama 1 1998 0,36

2 1999 0,38 3 2000 0,34 4 2001 0,49 5 2002 4,86 6 2003 6,83 7 2004 7,52 8 2005 3,70 9 2006 0,00


(4)

Lampiran 13

Total Assets Turnover ( X4 ) : Sales/Total Aset

Satuan : kali

PT. Petrosea 1 1998 1,55

2 1999 1,03 3 2000 1,54 4 2001 1,27 5 2002 1,22 6 2003 0,98 7 2004 1,10 8 2005 1,23 9 2006 0,88 10 2007 0,41

PT. Surya Semesta Internusa 1 1998 0,21

2 1999 0,14 3 2000 0,19 4 2001 0,24 5 2002 0,28 6 2003 0,52 7 2004 0,74 8 2005 0,77 9 2006 0,81 10 2007 0,39

PT. Bukaka Tehnik Utama 1 1998 0,23

2 1999 0,29 3 2000 0,26 4 2001 0,37 5 2002 0,54 6 2003 0,98 7 2004 1,15 8 2005 0,95 9 2006 0,00


(5)

Lampiran 14

ROA ( Return On Assets ) ( X5 ) : Earning After tax/Total Assets

Satuan : %

PT. Petrosea 1 1998 31,02

2 1999 9,68 3 2000 4,45 4 2001 17,34 5 2002 4,86 6 2003 4,88 7 2004 8,85 8 2005 10,88 9 2006 8,69 10 2007 9,50

PT. Surya Semesta Internusa 1 1998 -4,03

2 1999 2,56

3 2000 -7,80

4 2001 -6,84

5 2002 4,03

6 2003 -0,78

7 2004 -3,55

8 2005 1,47

9 2006 1,60

10 2007 2,94

PT. Bukaka Tehnik Utama 1 1998 -14,78

2 1999 0,72

3 2000 -22,66

4 2001 -6,70

5 2002 156,56 6 2003 13,98

7 2004 -11,66


(6)

Lampiran 15

ROE ( Return On Equity ) ( X6 ) : Earning After tax/Equity

Satuan : %

PT. Petrosea 1 1998 44,27

2 1999 18,24 3 2000 8,00 4 2001 27,31 5 2002 6,02 6 2003 5,64 7 2004 11,57 8 2005 17,34 9 2006 8,60 10 2007 8,60

PT. Surya Semesta Internusa 1 1998 -12,80

2 1999 7,37

3 2000 -31,60

4 2001 -30,23

5 2002 17,52

6 2003 -3,14

7 2004 -17,84

8 2005 3,58

9 2006 3,63

10 2007 4,14

PT. Bukaka Tehnik Utama 1 1998 -36,60

2 1999 -1,76

3 2000 -48,10

4 2001 -7,01

5 2002 -30,64

6 2003 -4,72

7 2004 -4,62

8 2005 -6,51

9 2006 0,00