Peran WWF Dalam Membantu Pemerintah Daerah Mengembangkan

60 Program Hutan Perubahan Iklim GIZ-FORCLIME, kerjasama tersebut meliputi teknis dan finansial untuk melindungi dan merehabilitasi hutan yang rusak. 149 Untuk membantu Kelompok Kerja Kabupaten Pokjakab HoB di Kapuas Hulu sekaligus sebagai mitra proyek TFCA 2 dan GIZ-FORCLIME, peran WWF di Kapuas Hulu dari tahun 2012 hingga 2013 meliputi: 1. Pengembangan dan Pelestarian Habitat Ikan Arwana di Danau Lindung Empangau. Untuk mewujudkan komitmen pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui SK Bupati Kapuas Hulu Nomor 6 Tahun 2001 mengenai pelestarian lingkungan hidup di danau lindung Emapangau, WWF membantu pemerintah dalam pelestarian habitat ikan arwana di danau lindung Empangau yang mencapai 124 ha. 150 Ikan arwana mengalami risiko kepunahan sangat tinggi di alam, hal ini menyebabkan ikan tersebut masuk dalam daftar merah IUCN dengan status endangered. Sedangkan di Indonesia, perlindungan ikan arwana telah diatur dalam UU Nomer 5 Tahun 1990, SK Mentan Nomer 716KptsUm101980, dan PP Nomer 7 Tahun 1990. 151 Pada 4 Juni 2012, WWF beserta pemerintah daerah melepaskan 8 ekor induk ikan arwana di Danau Empangau. Pelestarian arwana ini dikelola oleh masyarakat setempat, selain melestarikan kawasan perairan mereka juga 149 FORCLIME, “Mendukung Konservasi Keanekaragaman Hayati di Kawasan Heart of Borneo”, FORCLIME , [database on-line]; tersedia di http:www.forclime.orgimagesstoriesBriefing_note_HoB_Ind_April_2011.pdf; Internet; diakses pada Oktober 23, 2014. 150 Mutadi, “Delapan Induk Arwana Dilepas ke Danau,” Kalbar On-line, Juni 8, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:kalbaronline.comnewsragamlingkungandelapan-induk-arwana-dilepas-ke-danau; Internet; diakses pada Januari 01, 2015. 151 Jawa Pos National Network JPNN, “Risiko Kepunahan Arwana Makin Tinggi,” JPNN, Juni 11, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:www.jpnn.comread2011020683796index.php?mib=berita.detailid=130222; Internet; diakses pada Januari 01, 2015. 61 mendapatkan keuntungan ekonomi. Setelah kurun waktu 6 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai tahun 2009, total ikan arwana yang dipanen oleh masyarakat sebanyak 192 ekor dengan rata-rata produksi 32 ekor per tahun, dengan total nilai Rp 739.500.000. Kemudian, selama September 2011 sampai April 2012 masyarakat memanen sebanyak 26 ekor Arwana. 152 Menurut kepala Desa Empangau, Juniardi, mengatakan bahwa, “... Tahun 2012 merupakan tahun peningkatan harga jual anakan ikan arwana, dari sekitar harga Rp 3 juta di tahun sebelumnya menjadi sekitar Rp 4 juta per ekor di tahun 2012. Pemanfaatan yang adil dalam pelestarian ikan arwana ini yaitu sekitar 10 dari manfaat yang diperoleh nelayan dikembalikan ke kas desa untuk pembangunan sarana dan prasarana desa. ” 153 Selain itu keberhasilan pelestarian ikan arwana dinilai sebagai indikator bahwasanya ekosistem hutan di daerah tersebut sebagai sumber mata air di bagian hulu Danau Empangau mempunyai kualitas perairan yang masih terjaga. 154 2. Program Pengembangan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan atau Education for Sustainable Development ESD. Dari Juli 2012 sampai Juni 2013, WWF membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan pelatihan bagi para pengajar di sekolah-sekolah yang berada di kawasan HoB, Sumatra dan Papua. Progam ESD yang diinisasi WWF telah diterapkan di 50 sekolah, dengan jumlah 110 pengajar yang telah diberikan 152 Mutadi, “Delapan Induk Arwana Dilepas ke Danau,” Kalbar On-line, Juni 8, 2012. 153 Borneo Climate Change, “Keberhasilan Konservasi Arwana dari Danau Empangau,” Borneo Climate Change , Desember 27, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:borneoclimatechange.orgberita-517- keberhasilan-konservasi-arwana-dari--danau-empangau.html; Internet; diakses pada Januari 02, 2015. 154 Aseanty Pahlevi, “Ikan Arwana Sukses Kembali ke Habitatnya,” Tempo, Desember 29, 2012, [artikel on- line]; tersedia di http:www.tempo.coreadnews20121229206450962Ikan-Arwana-Sukses-Kembali-ke- Habitatnya; Internet; diakses pada Januari 01, 2015. 62 pelatihan bagaimana mengupayakan pendidikan yang berbasis lingkungan serta pembangunan berkelanjutan. 155 ESD yang diterapkan di HoB diupayakan melalui pendekatan secara menyeluruh ke sekolah. Pendekatan secara menyeluruh diartikan sebagai proses yang melibatkan manajemen di sekolah mulai dari proses belajar mengajar, hingga orang tua dan pemangku kepentingan yang berhubungan dengan pihak sekolah, seperti Dinas Pendidikan dan sektor swasta. 156 Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dirancang untuk mendorong kesadaran masyarakat untuk membangun karakter cinta lingkungan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ESD diharapkan dapat mengubah paradigma dan perilaku seluruh komponen masyarakat, khususnya dunia pendidikan untuk berpartisipasi dalam mengimplementasikan pilar pembangunan berkelanjutan. 157 3. Penyusunan Rencana Detil Koridor Labian-Leboyan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten KSK Kapuas Hulu. WWF mendatangani MoU dengan Pemerintah Kapuas Hulu, pada 25 Januari 2012. Nota Kesepahaman ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian bagi para pihak dalam penyusunan Dokumen KSK Koridor Taman Nasional Betung Kerihun TNBK dan Taman Nasional Danau Sentarum TNDS. 158 155 WWF – Indonesia, Annual Report 2013, Jakarta: WWF-Indonesoa 2013, 46. 156 Heart of Borneo Indonesia, “Pendidikan Berkelanjutan di Heart of Borneo,” Heart of Borneo Indonesia, Desember 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:heartofborneo.or.ididnewsdetail104pendidikan- berkelanjutan-di-heart-of-borneo; Internet; diakses pada Januari 02, 2014. 157 Badan Pengelola REDD+, “ESD: Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan,” Badan Pengelola REDD+ [database on-line]; tersedia di http:www.reddplus.go.id21-reddplus148-esd-pendidikan-untuk- pembangunan-berkelanjutan; Internet; diakses pada Januari 02, 2015. 158 Jurnal Nasional, “Labian-Leboyan Jadi Kawasan Strategis,” Jurnal Nasional, Januari 26, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:www.jurnas.comhalaman162012-01-26196781; Internet; diakses pada Januari 01, 2015. 63 Menurut Sekretaris Daerah Kapuas Hulu, Muhammad Sukri mengatakan, bahwa “... Keberadaan WWF yang bersedia memberikan dukungan, khusus untuk KSK koridor biodiversity TNDS-TNBK sangat bermanfaat. Koridor ini kaya akan keanekaragaman hayati itu akan dikelola secara baik. Tentunya tetap memerhatikan posisi dan peran masyarakat agar dapat memanfaatkan kekayaan alamnya secara berkelanjutan.” 159 4. Pemberdayaan masyarakat dengan program berbasis teknologi lewat fotografi bernama program CLICK CLICK adalah akronim dari Communication Learning towards Innovative Change and Knowledge , yang berarti belajar berkomunikasi untuk perubahan yang inovatif dan berpengetahuan. WWF sebagai fasilitator dan monitoring, dan melatih 40 masyarakat lokal di kecamatan Bunut Hilir menggunakan kamera digital dan meminjamkannya selama setahun untuk mengabadikan aktivitas sehari-hari tentang budaya dan tradisi mereka. Kemudian hasil dari Foto-foto tersebut diterbitkan berupa buku fotograpi “Crystal Eye” setebal 240 halaman yang diluncurkan pada 23 April 2013 di Jakarta. Dalam agenda peluncuran buku tersebut dihadiri oleh Duta Besar Swistzerland untuk Indonesia dan berbagai pihak selaku kontibutor dalam penulisan naskah buku tersebut. 160 Menurut Anwar Purwoto, Direktur Kehutanan, Spesies Terestrial dan Air Tawar WWF , mengatakan bahwa, “... Buku fotografi menjadi alat penting bagi masyarakat Bunut Hilir, Kapuas Hulu, untuk menyuarakan isi hatinya tentang 159 Mutadi, “Labian-Leboyan jadi KSK Kapuas Hulu,” Kalbar On-line, Januari 25, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:kalbar-online.comnewsragamlingkunganlabian-leboyan-jadi-ksk-kapuas-hulu; Internet; diakses pada Januari 01, 2014. 160 Andi Fachrizal, “Mengintip Jantung Kalimantan Lewat „Crystal Eye‟,” Mongabay, Juni 30, 2013, [artikel on-line]; tersedia di http:www.mongabay.co.id20130630mengintip-jantung-kalimantan-lewat-crystal- eye; Interenet; diakses pada Januari 01, 2015. 64 hutan yang ada disekitar mereka. Diharapkan melalui buku ini, para pengambil keputusan dapat dengan m udah memahami makna hutan dari „kacamata‟ masyarakat, sehingga kebijakan yang diambil dapat menampung harapan masya rakat.” 161 5. Pengembangan Produksi Madu sebagai Hasil Hutan Non Kayu. Salah satu hasil hutan non kayu di kabupaten Kapuas Hulu adalah madu hutan. Madu adalah salah satu potensi perekonomian di daerah Danau Sentarum Kapuas Hulu. Sekitar 80 sampai 100 ton madu dipanen setiap tahunnya. Di Danau Sentarum, pengelolaan Madu sudah terorganisir dengan membentuk Asosiasi Periau Danau Sentarum APDS, produksinya juga sudah disertifikasi oleh lembaga nasional Biocert yang difasilitasi oleh Asosiasi Organik Indonesia AOI. Teknis panen higienis dan lestari diterapkan secara konsisten, sehingga qualitasnya dijamin bisa bertahan sampai 2 tahun. 162 Upaya tersebut dinilai masih belum berhasil karena masih ditemui beberapa kendala dan permasalahan seperti penyebarluasan teknis budidaya madu yang lestari dan masih lemahnya kelembagaan petani masyarakat. Sementara di sektor hilir, kendala utamanya adalah keterbatasan modal, penyerapan pasar, ketidakseimbangan rantai perdagangan, dan aspek pendampingan dalam meningkatkan kapasitas kelompok petani. 163 Oleh karena itu, Pemerintah Kapuas 161 Hijauku, “Diluncurkan Buku Crystal Eye Kapuas Hulu, Heart of Borneo” Hijauku, Juni 20, 2013, [artikel on-line]; tersedia di http:www.hijauku.com20130620diluncurkan-buku-crystal-eye-kapuas-hulu-heart- borneo; Internet; diakses pada Januari 01, 2015. 162 Eko Darmawan, “Madu Maniskan Kapuas Hulu,” Suara Uncak Kapuas Suka News, Juni 28, 2013, [artikel on-line]; tersedia di http:www.sukanews.com201306madu-maniskan-kapuas-hulu.html; Internet; diakses pada Januari 02, 2014 163 Borneo Climate Change, “Pemkab Kapuas Hulu: Komit Mendorong Sentra Wirausaha Madu Hutan,” Borneo Climate Change, Juni 26, 2013, tersedia di http:borneoclimatechange.orgberita-644-pemkab- kapuas-hulu-komit-mendorong-sentra-wirausaha-madu-hutan.html; Internet; diakses pada Januari 02, 2014 65 Hulu beserta dukungan dari strakeholder seperti WWF dan GIZ melakukan aksi bersama dalam Pembentukan Sentra Wirausaha Produksi dan Pemanfaatan Komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK Madu melalui penandatangan “Kesepahaman Kapuas Hulu” pada 13 Juni 2014. 164 Terbentuknya sentra wirausaha tersebut bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha produktif komoditas HHBK madu hutan di suatu wilayah masyarakat yang efektif dan efisien, khususnya di wilayah Kapuas Hulu. 165 Peran WWF membantu pemerintah kabupaten tersebut diupayakan sebagai aksi untuk mempengaruhi kebijakan dan program pemerintah dalam pengelolaan dan pencapaian tujuan dari deklarasi HoB. Peran WWF tersebut sesuai dengan “fungsi normatif” yang dimiliki organisasi internasional seperti yang dikatakan Harold K. Jacobson bahwasanya organisasi internasional mengadopsi prinsip- prinsip dari sebuah deklarasi dan pernyataan tujuan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. 166 Kemudian, “fungsi normatif” tersebut adalah bukti bahwasanya strategi “scaling up via cooperation with governments” yang dikatakan oleh Michael Edwards dan David Hulme 167 telah dilakukan oleh WWF . WWF bekerjasama dengan struktur pemerintah untuk memastikan bahwa pemerintah menerapkan kebijakan yang efektif yang akan bermanfaat untuk masyarakat. Terbukti dengan adanya program-program yang telah dilakukan oleh WWF dalam membantu pemerintah di Kapuas Hulu bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat yang selaras dengan perlindungan lingkungan yang 164 Ibid. 165 Ibid. 166 Harold K. Jacobson, Netwoks of Interdependence International Organizations and the Global Political System Second Edition , 82-83. 167 Michael Edwards and David Hulme, Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World, 17. 66 sesuai dengan pilar pendekatan sustainable development yang diadopsi dalam Brundtland Report . 168 Selain itu, peran yang telah dilakukan WWF dalam pengembangan kabupaten konservasi di tahun 2012 sampai 2013 merupakan bukti dari “strategi ekspansi secara horizontal” yang dikatakan oleh Michael Edwards dan David Hulme, 169 yang bahwasanya program tahun 2012 sampai 2013, program tersebut belum pernah ada di tahun sebelumnya di Kapuas Hulu. Program pengembangan dan pelestarian habitat ikan arwana di danau lindung Empangau dan pengembangan produksi madu sebagai hasil hutan non kayu adalah upaya sustainable development bahwasanya masyarakat mendapatkan nilai ekonomis sambil melestarikan lingkungan sekitar. Program pengembangan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan atau education for sustainable development ESD yang dilakukan WWF adalah bukti bahwasanya dalam konsep sustainable development mengenai pilar kesejahteraan sosial berkaitan erat dengan perlindungan lingkungan. Kemudian, program penyusunan rencana koridor Labian-Leboyan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten KSK Kapuas Hulu adalah implementasi bahwasanya untuk tercapainya sustainable development di suatu wilayah diperlukannya model baru dalam pemerintahan yang berasas lingkungan yang menuntut keterlibatan pemerintah dalam merumuskan kebijakan mengenai pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Kemudian, peran WWF dalam pemberdayaan masyarakat dengan program berbasis teknologi lewat fotografi yang bernama CLICK merupakan bukti 168 Susan Baker, Routledge Introductions to Environment Series: Sustainable Development, 25. 169 Michael Edwards and David Hulme, Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World, 19-20. 67 bahwasa teknologi membuka peluang bagi terwujudnya pelestarian lingkungan, hal ini sesuai dengan konsep sustainable developement.

C. Peran WWF dalam Membangun Jaringan Bisnis Hijau

Jaringan Bisnis Hijau atau the Green Business Network adalah pintu gerbang solusi lingkungan bagi perusahaan bisnis yang beroperasi di kawasan HoB. Ada tiga solusi WWF untuk bisnis hijau di HoB, yaitu industri kehutanan yang berkelanjutan, industri kelapa sawit yang berkelanjutan, dan industri pertambangan yang bertanggungjawab. 1. Industri Kehutanan yang Berkelanjutan Global Forest Trade Network GFTN atau jaringan hutan dan perdagangan global merupakan skema untuk mendorong peningkatan manajemen kepada para pengelola hutan dengan lestari melalui proses sertifikasi dan juga sebagai upaya mengurangi terjadinya pembalakan liar. 170 Program GFTN diinisiasi oleh WWF pada 2003 dengan nama lokal “Nusa Hijau” atau “Green Archipelago. ” 171 Dalam program ini WWF tidak memberikan sertifikasi untuk mengunakan logo atau label pada produk, melainkan WWF memberikan dukungan kepada anggota GFTN berupa panduan sertifikasi dan jaringan pasar. 172 170 The European External Action Service EEAS, “Press Relase: More Than 300 SMEs toward SLVLK Certification in Three Years, ” EEAS , March 11th, 2013, [dokumentasi on-line]; tersedia di http:eeas.europa.eudelegationsindonesiadocumentspress_corner20130311_02_en.pdf; Internet; diakses pada Januari 02, 2015. 171 Luca Tacconi, Krystof Obidzinski dan Ferdinandus Agung, Proses Pembelajaran Learning Lessons Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia, CIFOR, 2004, 24. 172 Tentangkayu.com , “Sertifikasi Produk Kayu,” Tentangkayu.com [database on-line]; tersedia di http:www.tentangkayu.com201106sertifikasi-produk-kayu.html; Internet; diakses pada Januari 02, 2015. 68 GFTN berfungsi sebagai “payung” dari jaringan perdagangan kayu atau forest and trade networks FTNs yang beroperasi di beberapa negara. 173 Program yang telah diupayakan WWF dalam skema GFTN di wilayah HoB dari tahun 2012 sampai 2013 dapat diuraikan sebagai berikut: a. Mendukung skema Voluntary Partnership Agreement VPA diantara Pemerintah Indonesia dengan Uni Eropa Destinasi pasar dari hasil produksi kayu Indonesia sebagian besar diekspor ke wilayah Eropa. Demi terjaminnya legalitas kayu yang diimpor dari Indonesia, pada 2011, Indonesia dan Uni Eropa telah mencapai kesepakatan untuk memberantas perdagangan kayu illegal yang dinamai Voluntary Partnership Agreement VPA atau Kesepakatan Kemitraan Sukarela. Keuntungan dalam kerjasama VPA adalah untuk memudahkan akses pasar hasil kayu dari Indonesia ke Uni Eropa dengan jaminan semua produk kayu bersertifikat asal Indonesia secara otomatis dianggap legal, tidak perlu menjalani proses verifikasi tambahan. 174 Dalam mewujudkan jaringan bisnis kehutanan yang berkelanjutan serta tercapainya kerjasama VPA, pada 15 sampai 19 Oktober 2012, WWF program GFTN bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia APHI dan dengan dukungan dari Uni Eropa membuat Training of Trainer ToT bagi 22 173 Luca Tacconi, et al., Proses Pembelajaran Learning Lessons Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia, 23. 174 The European External Action Service EEAS, “Siaran pers: PHPL dan Legalitas Kayu Untuk Akses Pasar Ekspor,” EEAS, 15 Oktober 2012, [dokumentasi on-line]; tersedia di http:eeas.europa.eudelegationsindonesiadocumentspress_corner20121015_01_id.pdf; Internet; diakses pada Januari 02, 2015. 69 peserta. 175 Peserta terdiri dari para pengelola hutan dan pihak terkait dari sektor bisnis kehutanan mengenai pengelolaan hutan lestari di provinsi bagian wilayah HoB yaitu di Kalimantan Barat. Beberapa hal yang ditekankan pada pelatihan dan diskusi tersebut mengenai pembagian pasar produk kayu dan sistem sertifikasi hutan diantaranya Forest Stewardship Council FSC, Sistem Verifikasi Legalitas Kayu SVLK, Pengelolaan Hutan Produksi Lestari PHPL, dan Lembaga Ekolabel Indonesia LEI. 176 Sistem serifikasi tersebut merupakan persyaratan wajib yang dimiliki para eksportir produk kayu dan turunannya, termasuk industri pulp dan kertas, dan berlaku untuk semua skala baik besar, menengah dan kecil UKM. 177 Kemudian, dalam menyikapi terwujudkan VPA di Indonesia, pada Maret 2013, WWF dengan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia ASMINDO didukung oleh Uni Eropa bekerjasama dalam tema “Promosi penerapan FLEGT License sebagai langkah utama menuju produksi dan konsumsi yang lestari pada indu stri pengolahan kayu Indonesia”. 178 FLEGT adalah singkatan dari Forest Law Enforcement, Governance and Trade yang didirikan Uni Eropa pada tahun 2003. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pembalakan liar dengan memperkuat pengelolaan hutan lestari dan hukum, meningkatkan tata 175 EU ACTIVE, “EU ACTIVE Newsletter Vol. 2Desember 2012,” EU ACTIVE, Desember 2012, tersedia di http:awsassets.wwf.or.iddownloadseu_active_newsletter_vol2___latest.pdf; Internet; diakses pada Januari 02, 2015. 176 The European External Action Service EEAS, “Siaran pers: PHPL dan Legalitas Kayu Untuk Akses Pasar Ekspor,” EEAS, 15 Oktober 2012. 177 Berita Satu, “Incar Pasar Eropa, Ratusan UKM Ajukan Sertifikasi Kayu Legal,” Berita Satu, 11 Maret 2013, [artikel on-line]; tersedia di http:www.beritasatu.comindustri-perdagangan101363-incar-pasar-eropa- ratusan-ukm-ajukan-sertifikasi-kayu-legal.html; Internet; diakses pada Januari 02, 2014. 178 The European External Action Service EEAS, “Press Relase: More Than 300 SMEs toward SLVLK Certification in Three Years, ” EEAS , March 11th, 2013. 70 kelola dan mempromosikan perdagangan kayu yang diproduksi secara legal. 179 Tujuan kerjasama pada bulan Maret tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas lebih dari 300 UKM di Kalimantan, Pulau Jawa, dan Sumatra mengenai SVLK selama tiga tahun ke depan, serta mempromosikan kebijakan pembelian praduk- produk hijau bersertifikat SVLK atau green pracurement policy dalam negeri. 180 Upaya memfasilitasi UKM di Indonesia memang harus menjadi perhatian karena kalangan industri mebel memang berada di garis depan dalam mata rantai perdagangan, mereka berhadapan langsung dengan konsumen-konsumen dunia. Selain itu, upaya memfasilitasi sertifikasi UKM dinilai sebagai upaya perlindungan terhadap lingkungan, sesuai yang dikatakan oleh Dita Ramadhani dari program GFTN WWF mengatakan bahwa, “... Industri UKM merupakan pemain penting dalam sertifikasi kayu yang pada akhirnya, jika tidak dikelola lestari bisa berdampak terhadap hutan Indonesia.” 181 Kemudian, upaya memfasilitasi UKM adalah bentuk dari perubahan demi terwujudkan kayu lestari dan pemberantasan illegal logging dalam skema VPA. Hal tersebut sesuai dengan perkataan Collin Crooks, Wakil Duta Besar Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, bahwa: “I pay tribute to everyone in the industry, civil society, and the government in Indonesia who have worked so hard to get Indonesia timber producers ready for this change. It is particularly good to see that small producers have been able to work in cooperatives to get group certification under SVLK. Some of the best craftmanship comes from tiny operation accross Indonesia and it is great that 179 EU FLEGT, “About FLEGT,” EU FLEGT, [database on-line]; tersedia di http:www.euflegt.efi.intabout- flegt; Internet; diakses pada Januari 02, 2014. 180 The European External Action Service EEAS, “Press Relase: More Than 300 SMEs toward SLVLK Certification in Three Years, ” EEAS , March 11th, 2013. 181 Gloria Samantha, “Mengantar Kayu Legal Indonesia ke Pasar Global 1,” National Geographic Indonesia , 23 Januari 2014, [artikel on-line]; tersedia di http:nationalgeographic.co.idberita201401mengantar-kayu-legal-indonesia-ke-pasar-global-1; Internet; diakses pada Januari 02, 2015.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kerjasama Trilateral Indonesia Malaysia Dan Brunei Darussalam Melalui Program Heart Of Borneo (HOB) Terhadap Penanganan Masalah Kerusakan Hutan Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur

7 58 129

Strategi Komunikasi World Wide Fund For Nature (WWF) (Studi Deskriptif Tentang Strategi Komunikasi World Wide Fund For Nature (WWF) Dalam Mensosialisasikan Pelestarian Lingkungan Kepada Peserta Sosialisasi di Bumi Panda Bandung)

7 43 79

STRATEGI IMPLEMENTASI HASIL ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL (RSPO) OLEH WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE (WWF) DI INDONESIA

0 3 115

KOMUNIKASI PARTISIPATIF MELALUI PROSES KEGIATAN PANDACLICK KOMUNIKASI PARTISIPATIF MELALUI PROSES KEGIATAN PANDA CLICK (Studi Kasus Pada Program Komunikasi Partisipatif Panda Click Yang Dilakukan Oleh World Wildlife Fund For Nature (Wwf) Indonesia Program

0 2 16

PENDAHULUAN KOMUNIKASI PARTISIPATIF MELALUI PROSES KEGIATAN PANDA CLICK (Studi Kasus Pada Program Komunikasi Partisipatif Panda Click Yang Dilakukan Oleh World Wildlife Fund For Nature (Wwf) Indonesia Program Kalimantan Barat Di Desa Teluk Aur, Kecamatan

0 3 56

SKRIPSI IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 3 18

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 3 51

OBYEK PENELITIAN IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 5 25

KESIMPULAN DAN SARAN IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 2 11

AUDIT KOMUNIKASI PROGRAM KAMPANYE “EARTH HOUR” WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE INDONESIA - FISIP Untirta Repository

0 1 318