Peran WWF Dalam Membantu Pemerintah Daerah Mengembangkan
60
Program Hutan Perubahan Iklim GIZ-FORCLIME, kerjasama tersebut meliputi teknis dan finansial untuk melindungi dan merehabilitasi hutan yang rusak.
149
Untuk membantu Kelompok Kerja Kabupaten Pokjakab HoB di Kapuas Hulu sekaligus sebagai mitra proyek TFCA 2 dan GIZ-FORCLIME, peran WWF
di Kapuas Hulu dari tahun 2012 hingga 2013 meliputi: 1.
Pengembangan dan Pelestarian Habitat Ikan Arwana di Danau Lindung Empangau.
Untuk mewujudkan komitmen pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui SK Bupati Kapuas Hulu Nomor 6 Tahun 2001 mengenai pelestarian
lingkungan hidup di danau lindung Emapangau, WWF membantu pemerintah dalam pelestarian habitat ikan arwana di danau lindung Empangau yang
mencapai 124 ha.
150
Ikan arwana mengalami risiko kepunahan sangat tinggi di alam, hal ini menyebabkan ikan tersebut masuk dalam daftar merah IUCN
dengan status endangered. Sedangkan di Indonesia, perlindungan ikan arwana telah diatur dalam UU Nomer 5 Tahun 1990, SK Mentan Nomer
716KptsUm101980, dan PP Nomer 7 Tahun 1990.
151
Pada 4 Juni 2012, WWF beserta pemerintah daerah melepaskan 8 ekor induk ikan arwana di Danau Empangau. Pelestarian arwana ini dikelola oleh
masyarakat setempat, selain melestarikan kawasan perairan mereka juga
149
FORCLIME, “Mendukung Konservasi Keanekaragaman Hayati di Kawasan Heart of Borneo”, FORCLIME
, [database
on-line]; tersedia
di http:www.forclime.orgimagesstoriesBriefing_note_HoB_Ind_April_2011.pdf; Internet; diakses pada
Oktober 23, 2014.
150
Mutadi, “Delapan Induk Arwana Dilepas ke Danau,” Kalbar On-line, Juni 8, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:kalbaronline.comnewsragamlingkungandelapan-induk-arwana-dilepas-ke-danau; Internet;
diakses pada Januari 01, 2015.
151
Jawa Pos National Network JPNN, “Risiko Kepunahan Arwana Makin Tinggi,” JPNN, Juni 11, 2012, [artikel
on-line]; tersedia
di http:www.jpnn.comread2011020683796index.php?mib=berita.detailid=130222; Internet; diakses pada
Januari 01, 2015.
61
mendapatkan keuntungan ekonomi. Setelah kurun waktu 6 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai tahun 2009, total ikan arwana yang dipanen oleh masyarakat
sebanyak 192 ekor dengan rata-rata produksi 32 ekor per tahun, dengan total nilai Rp 739.500.000. Kemudian, selama September 2011 sampai April 2012
masyarakat memanen sebanyak 26 ekor Arwana.
152
Menurut kepala Desa Empangau, Juniardi, mengatakan bahwa, “... Tahun
2012 merupakan tahun peningkatan harga jual anakan ikan arwana, dari sekitar harga Rp 3 juta di tahun sebelumnya menjadi sekitar Rp 4 juta per ekor di tahun
2012. Pemanfaatan yang adil dalam pelestarian ikan arwana ini yaitu sekitar 10 dari manfaat yang diperoleh nelayan dikembalikan ke kas desa untuk
pembangunan sarana dan prasarana desa. ”
153
Selain itu keberhasilan pelestarian ikan arwana dinilai sebagai indikator bahwasanya ekosistem hutan di daerah
tersebut sebagai sumber mata air di bagian hulu Danau Empangau mempunyai kualitas perairan yang masih terjaga.
154
2. Program Pengembangan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
atau Education for Sustainable Development ESD. Dari Juli 2012 sampai Juni 2013, WWF membantu pemerintah daerah
dalam melaksanakan pelatihan bagi para pengajar di sekolah-sekolah yang berada di kawasan HoB, Sumatra dan Papua. Progam ESD yang diinisasi WWF telah
diterapkan di 50 sekolah, dengan jumlah 110 pengajar yang telah diberikan
152
Mutadi, “Delapan Induk Arwana Dilepas ke Danau,” Kalbar On-line, Juni 8, 2012.
153
Borneo Climate Change, “Keberhasilan Konservasi Arwana dari Danau Empangau,” Borneo Climate Change
, Desember 27, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:borneoclimatechange.orgberita-517- keberhasilan-konservasi-arwana-dari--danau-empangau.html; Internet; diakses pada Januari 02, 2015.
154
Aseanty Pahlevi, “Ikan Arwana Sukses Kembali ke Habitatnya,” Tempo, Desember 29, 2012, [artikel on- line]; tersedia di http:www.tempo.coreadnews20121229206450962Ikan-Arwana-Sukses-Kembali-ke-
Habitatnya; Internet; diakses pada Januari 01, 2015.
62
pelatihan bagaimana mengupayakan pendidikan yang berbasis lingkungan serta pembangunan berkelanjutan.
155
ESD yang diterapkan di HoB diupayakan melalui pendekatan secara menyeluruh ke sekolah. Pendekatan secara menyeluruh diartikan sebagai proses
yang melibatkan manajemen di sekolah mulai dari proses belajar mengajar, hingga orang tua dan pemangku kepentingan yang berhubungan dengan pihak
sekolah, seperti Dinas Pendidikan dan sektor swasta.
156
Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dirancang untuk mendorong kesadaran masyarakat untuk membangun karakter cinta lingkungan dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui ESD diharapkan dapat mengubah paradigma dan perilaku seluruh komponen masyarakat, khususnya
dunia pendidikan untuk berpartisipasi dalam mengimplementasikan pilar pembangunan berkelanjutan.
157
3. Penyusunan Rencana Detil Koridor Labian-Leboyan sebagai Kawasan
Strategis Kabupaten KSK Kapuas Hulu. WWF mendatangani MoU dengan Pemerintah Kapuas Hulu, pada 25
Januari 2012. Nota Kesepahaman ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian bagi para pihak dalam penyusunan Dokumen KSK Koridor Taman Nasional
Betung Kerihun TNBK dan Taman Nasional Danau Sentarum TNDS.
158
155
WWF – Indonesia, Annual Report 2013, Jakarta: WWF-Indonesoa 2013, 46.
156
Heart of Borneo Indonesia, “Pendidikan Berkelanjutan di Heart of Borneo,” Heart of Borneo Indonesia, Desember 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:heartofborneo.or.ididnewsdetail104pendidikan-
berkelanjutan-di-heart-of-borneo; Internet; diakses pada Januari 02, 2014.
157
Badan Pengelola REDD+, “ESD: Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan,” Badan Pengelola
REDD+ [database on-line]; tersedia di http:www.reddplus.go.id21-reddplus148-esd-pendidikan-untuk-
pembangunan-berkelanjutan; Internet; diakses pada Januari 02, 2015.
158
Jurnal Nasional, “Labian-Leboyan Jadi Kawasan Strategis,” Jurnal Nasional, Januari 26, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:www.jurnas.comhalaman162012-01-26196781; Internet; diakses pada Januari
01, 2015.
63
Menurut Sekretaris Daerah Kapuas Hulu, Muhammad Sukri mengatakan, bahwa “... Keberadaan WWF yang bersedia memberikan dukungan, khusus untuk KSK
koridor biodiversity TNDS-TNBK sangat bermanfaat. Koridor ini kaya akan keanekaragaman hayati itu akan dikelola secara baik. Tentunya tetap
memerhatikan posisi dan peran masyarakat agar dapat memanfaatkan kekayaan alamnya secara berkelanjutan.”
159
4. Pemberdayaan masyarakat dengan program berbasis teknologi lewat fotografi bernama program CLICK
CLICK adalah akronim dari Communication Learning towards Innovative
Change and Knowledge , yang berarti belajar berkomunikasi untuk perubahan
yang inovatif dan berpengetahuan. WWF sebagai fasilitator dan monitoring, dan melatih 40 masyarakat lokal di kecamatan Bunut Hilir menggunakan kamera
digital dan meminjamkannya selama setahun untuk mengabadikan aktivitas sehari-hari tentang budaya dan tradisi mereka. Kemudian hasil dari Foto-foto
tersebut diterbitkan berupa buku fotograpi “Crystal Eye” setebal 240 halaman
yang diluncurkan pada 23 April 2013 di Jakarta. Dalam agenda peluncuran buku tersebut dihadiri oleh Duta Besar Swistzerland untuk Indonesia dan berbagai
pihak selaku kontibutor dalam penulisan naskah buku tersebut.
160
Menurut Anwar Purwoto, Direktur Kehutanan, Spesies Terestrial dan Air Tawar WWF , mengatakan bahwa,
“... Buku fotografi menjadi alat penting bagi masyarakat Bunut Hilir, Kapuas Hulu, untuk menyuarakan isi hatinya tentang
159
Mutadi, “Labian-Leboyan jadi KSK Kapuas Hulu,” Kalbar On-line, Januari 25, 2012, [artikel on-line]; tersedia di http:kalbar-online.comnewsragamlingkunganlabian-leboyan-jadi-ksk-kapuas-hulu; Internet;
diakses pada Januari 01, 2014.
160
Andi Fachrizal, “Mengintip Jantung Kalimantan Lewat „Crystal Eye‟,” Mongabay, Juni 30, 2013, [artikel on-line]; tersedia di http:www.mongabay.co.id20130630mengintip-jantung-kalimantan-lewat-crystal-
eye; Interenet; diakses pada Januari 01, 2015.
64
hutan yang ada disekitar mereka. Diharapkan melalui buku ini, para pengambil keputusan dapat dengan m
udah memahami makna hutan dari „kacamata‟ masyarakat, sehingga kebijakan yang diambil dapat menampung harapan
masya rakat.”
161
5. Pengembangan Produksi Madu sebagai Hasil Hutan Non Kayu. Salah satu hasil hutan non kayu di kabupaten Kapuas Hulu adalah madu
hutan. Madu adalah salah satu potensi perekonomian di daerah Danau Sentarum Kapuas Hulu. Sekitar 80 sampai 100 ton madu dipanen setiap tahunnya. Di Danau
Sentarum, pengelolaan Madu sudah terorganisir dengan membentuk Asosiasi Periau Danau Sentarum APDS, produksinya juga sudah disertifikasi oleh
lembaga nasional Biocert yang difasilitasi oleh Asosiasi Organik Indonesia AOI. Teknis panen higienis dan lestari diterapkan secara konsisten, sehingga
qualitasnya dijamin bisa bertahan sampai 2 tahun.
162
Upaya tersebut dinilai masih belum berhasil karena masih ditemui beberapa kendala dan permasalahan seperti penyebarluasan teknis budidaya madu
yang lestari dan masih lemahnya kelembagaan petani masyarakat. Sementara di sektor hilir, kendala utamanya adalah keterbatasan modal, penyerapan pasar,
ketidakseimbangan rantai perdagangan, dan aspek pendampingan dalam meningkatkan kapasitas kelompok petani.
163
Oleh karena itu, Pemerintah Kapuas
161
Hijauku, “Diluncurkan Buku Crystal Eye Kapuas Hulu, Heart of Borneo” Hijauku, Juni 20, 2013, [artikel on-line]; tersedia di http:www.hijauku.com20130620diluncurkan-buku-crystal-eye-kapuas-hulu-heart-
borneo; Internet; diakses pada Januari 01, 2015.
162
Eko Darmawan, “Madu Maniskan Kapuas Hulu,” Suara Uncak Kapuas Suka News, Juni 28, 2013, [artikel on-line]; tersedia di http:www.sukanews.com201306madu-maniskan-kapuas-hulu.html; Internet;
diakses pada Januari 02, 2014
163
Borneo Climate Change, “Pemkab Kapuas Hulu: Komit Mendorong Sentra Wirausaha Madu Hutan,” Borneo Climate Change,
Juni 26, 2013, tersedia di http:borneoclimatechange.orgberita-644-pemkab- kapuas-hulu-komit-mendorong-sentra-wirausaha-madu-hutan.html; Internet; diakses pada Januari 02, 2014
65
Hulu beserta dukungan dari strakeholder seperti WWF dan GIZ melakukan aksi bersama dalam Pembentukan Sentra Wirausaha Produksi dan Pemanfaatan
Komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK Madu melalui penandatangan “Kesepahaman Kapuas Hulu” pada 13 Juni 2014.
164
Terbentuknya sentra wirausaha tersebut bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan wirausaha
produktif komoditas HHBK madu hutan di suatu wilayah masyarakat yang efektif dan efisien, khususnya di wilayah Kapuas Hulu.
165
Peran WWF membantu pemerintah kabupaten tersebut diupayakan sebagai aksi untuk mempengaruhi kebijakan dan program pemerintah dalam pengelolaan
dan pencapaian tujuan dari deklarasi HoB. Peran WWF tersebut sesuai dengan “fungsi normatif” yang dimiliki organisasi internasional seperti yang dikatakan
Harold K. Jacobson bahwasanya organisasi internasional mengadopsi prinsip- prinsip dari sebuah deklarasi dan pernyataan tujuan untuk mempengaruhi
kebijakan pemerintah.
166
Kemudian, “fungsi normatif” tersebut adalah bukti bahwasanya strategi
“scaling up via cooperation with governments” yang dikatakan oleh Michael Edwards dan David Hulme
167
telah dilakukan oleh WWF . WWF bekerjasama dengan struktur pemerintah untuk memastikan bahwa
pemerintah menerapkan kebijakan yang efektif yang akan bermanfaat untuk masyarakat. Terbukti dengan adanya program-program yang telah dilakukan oleh
WWF dalam membantu pemerintah di Kapuas Hulu bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat yang selaras dengan perlindungan lingkungan yang
164
Ibid.
165
Ibid.
166
Harold K. Jacobson, Netwoks of Interdependence International Organizations and the Global Political System Second Edition
, 82-83.
167
Michael Edwards and David Hulme, Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World, 17.
66
sesuai dengan pilar pendekatan sustainable development yang diadopsi dalam Brundtland Report
.
168
Selain itu, peran yang telah dilakukan WWF dalam pengembangan kabupaten konservasi di tahun 2012 sampai 2013 merupakan bukti
dari “strategi ekspansi secara horizontal” yang dikatakan oleh Michael Edwards dan David Hulme,
169
yang bahwasanya program tahun 2012 sampai 2013, program tersebut belum pernah ada di tahun sebelumnya di Kapuas Hulu.
Program pengembangan dan pelestarian habitat ikan arwana di danau lindung Empangau dan pengembangan produksi madu sebagai hasil hutan non
kayu adalah upaya sustainable development bahwasanya masyarakat mendapatkan nilai ekonomis sambil melestarikan lingkungan sekitar. Program pengembangan
pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan atau education for sustainable development
ESD yang dilakukan WWF adalah bukti bahwasanya dalam konsep sustainable development
mengenai pilar kesejahteraan sosial berkaitan erat dengan perlindungan lingkungan. Kemudian, program penyusunan rencana
koridor Labian-Leboyan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten KSK Kapuas Hulu adalah implementasi bahwasanya untuk tercapainya sustainable
development di suatu wilayah diperlukannya model baru dalam pemerintahan
yang berasas lingkungan yang menuntut keterlibatan pemerintah dalam merumuskan kebijakan mengenai pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Kemudian, peran WWF dalam pemberdayaan masyarakat dengan program berbasis teknologi lewat fotografi yang bernama CLICK merupakan bukti
168
Susan Baker, Routledge Introductions to Environment Series: Sustainable Development, 25.
169
Michael Edwards and David Hulme, Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World, 19-20.
67
bahwasa teknologi membuka peluang bagi terwujudnya pelestarian lingkungan, hal ini sesuai dengan konsep sustainable developement.