Foreigner PERAN WORLD WIDE FUND FOR NATURE WWF DALAM PROGRAM

87 signifikan senilai 88 , sedangkan di kecamatan Krayan Selatan hanya naik senilai 1,7 . 223 Tabel IV.D.2. Total Produksi Padi Sawah 2012-2013 No Tahun Kecamatan Krayan Krayan Selatan 1 2012 6.585 ton 3.554 ton 2 2013 12.366 ton 3.615 ton Sumber: BPS Kab Nunukan, Statistik Padi dan Palawijaya Kabupaten Nunukan 2013, 24, dan BPS Kab Nunukan, Statistik Padi dan Palawijaya Kabupaten Nunukan 2014, 24, [buku on-line]; tersedia di http:nunukankab.bps.go.id 3. Pengembangan Kerajinan Tangan Masyarakat Dalam pengembangan kerajinan tangan masyarakat, FORMADAT didampingi WWF memfasilitasi pelatihan bagaimana membuat kerajinan tangan yang ramah lingkungan. Pelatihan tersebut berupa mengembangkan desain dan pemasaran kerajinan tangan, membentuk pasar desa sebagai tempat penjualan kerajinan tangan kepada turis dan pengunjung lain. 224 Kerajinan tangan yang berasal dari masyarakat Kryan berupa sendal, baju dari kulit kayu, peralatan rumah tangga seperti anyaman tikar, saung, nyiru dll. Untuk saat ini, kebanyakan dari hasil kerajinan tangan diekspor ke Malaysia dan Brunei, karena lebih bernilai ekonomis, contohnya sendal. Sendal tersebut dihargai RM. 30 ringgitpasang atau senilai Rp. 105.000pasang, dibandingkan dengan harga jual di daerah Indonesia, khususnya di Kalimantan sendiri sekitar Rp. 30.000pasang. Di sisi lain untuk penjualan alat rumah tangga, dari tahun ke tahun penjualannya terus meningkat. 223 Badan Pusat Statistik Kab Nunukan, Statistik Padi dan Palawijaya Kabupaten Nunukan 2013 dan 2014, Nunukan: BPS, 2013, 2014 24, [buku on-line]; tersedia di http:nunukankab.bps.go.id; Internet; diakses pada Desember 01, 2014. 224 Emilia Pramova, et al., Mengintegrasikan Adaptasi ke dalam REDD+ Dampak Potensial dan Rentabilitas Sosial di Setulang, Kabupaten Malinau, Indonesia Makalah Kerja 114, Bogor: CIFOR, 2013, 38. 88 Di tahun 2008, penjualan alat rumah tangga sekitar 500 buah, dan naik kurang lebih 60 hingga Oktober 2014 ini, meningkat sekitar 2000 sampai 3000 buah pertahun. 225 4. Program Pelestarian Lingkungan Dari tahun 2004 sampai sekarang, WWF melakukan banyak penyuluhan kepada masyarakat tentang pelestarian lingkungan, seperti menjaga lingkungan dengan baik, terutama, di daerah aliran sungai yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. WWF dengan FORMADAT membuat tata tertib bagi masyarakat lokal supaya tidak membuang sampah ke sungai, dan tidak menebang pohon di daerah sekitar 1 km2. 226 Di sisi lain, salah satu pelaksanaan program konservasi alam yaitu pada Juli 2012 di Bario, WWF dengan FORMADAT melaksanakan acara penanaman pohon. Program penanaman pohon telah berhasil ditanam lebih dari 3.000 pohon. 227 5. Program Pengembangan Teknologi Dan Komukasi Peran WWF mengembangkan teknologi dan komukasi di kalangan masyarakat adat, WWF membangun tele-center atau pusat internet yang bernama “E-Krayan”. 228 Dengan beroperasinya tele-center di dataran tinggi, teknologi 225 Wawancara dengan Lasung Kaleb. 226 Ibid. 227 WWF Indonesia, “Pertemuan Tahunan Lintas Batas Masyarakat FORMADAT di Bario Menanamkan Sebuah Masa depan untuk Tanah Air yang Berkelanjutan di Heart of Borneo ”, WWF Indonesia, 19 September 2012 , [artikel on-line]; tersedia di http:www.wwf.or.idprogramwilayah_kerja_kamikalimantanheart_of_borneo?26003Pertemuan- Tahunan-Lintas-Batas-Masyarakat-FORMADAT-di-Bario-menanamkan-sebuah-masa-depan-untuk-Tanah- Air-yang-Berkelanjutan-di-Heart-of-Borneo; Internet; diakses pada Oktober 15, 2014. 228 Dora Jok dan Cristina Eghenter, FORMADAT Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi Borneo, Jakarta: WWF-Indonesia, 2012 , 15. 89 digital dapat secara efektif menjembatani pembagian informasi dan memfasilitasi jaringan komunikasi diantara masyarakat. 229 Program tele-center juga menjadi salah satu faktor pendukung pemasaran ekowisata di daerah tersebut. Dengan adanya jaringan internet maka masyarakat bisa memanfaatkannya untuk promosi ekowisata dengan sistem on-line. Selain itu tele-center menjadi salah satu program fasilitas ekowisata di HoB yang menyediakan fasilitas internet. 230 Tidak hanya itu, Program tele-center menjadi salah satu kontributor dalam hal pengembangan pendidikan, internet membantu anak-anak dalam belajar mata pelajaran TIK, membantu memudahkan pendaftaran pendidikan secara on-line di sekolah maupun universitas yang jauh dari jangkauan masyarakat, selain itu masyarakat bisa terus update terkait kebijakan pemerintah melalui internet. 231 Dengan adanya program pusat internet yang telah diupayakan oleh WWF, program tersebut menjadi salah satu kontributor peningkatan pengetahuan masyarakat di daerah dataran tinggi HoB. Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah angka melek huruf yang mencakup kemampuan membaca dan menulis pada penduduk dewasa atau usia 15 tahun ke atas. Perspektif tingkat pendidikan dalam hal melek huruf yang berkaitan erat dengan berbagai dimensi kehidupan seperti pengembangan teknologi , sosial, ekonomi, 229 Dora Jok dan Cristina Eghenter, FORMADAT Forum Masyarakat Adat Dataran Tinggi Borneo, 15. 230 Borneo Ecotourism,” Homestay guides,” Borneo Ecotourism, [database on-line]; tersedia di http:www.borneo-ecotourism.com?page_id=966; Internet; diakses pada Januari 04, 2014. 231 Ibid. 90 dan lainnya, yang menunjukan bahwa upaya-upaya menurunkan angka buta huruf dan buta pengetahuan harus selalu menjadi prioritas. 232 Gambar IV.2. di bawah menunjukan bahwa dari tahun 2012 hingga 2013, angka melek huruf di masyarakat Kabupaten Nunukan mengalami kenaikan. Dari total 171.602 jiwa penduduk Nunukan, pada tahun 2013, angka melek huruf telah mencapai 94,82, yaitu mengalami kenaikan sebesar 0,03 dari tahun 2012. Gambar IV.2. Angka Melek Huruf Penduduk 15 tahun ke atas di Kabupaten Nunukan 2012-2013 Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Nunukan, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Nunukan Tahun 2013 , 48, [buku on-line]; tersedia di http:nunukankab.bps.go.idindex.php?hal=publikasi_detilid=124 Melibatkan peran masyarakat lokal dalam program HoB adalah upaya menuju sinergi dimensi ekologi dan sosial, untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi. People centered development sebagai acuan dasar bagi prinsip pembangunan yang melibatkan hak individu atau masyarakat dalam mengelola isu yang terjadi di masyarakat sendiri. WWF bekerjasama dengan civil society merupakan bukti 232 Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Nunukan, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Nunukan Tahun 2013 , 48, [database on-line]; tersedia di http:nunukankab.bps.go.idindex.php?hal=publikasi_detilid=124; Internet diakses pada November 30, 2014. 94,79 94,82 2012 2013 91 bahwasanya masyarakat adat adalah bagian dari pembangunan dan harus dihormati dengan hukum dan tradisi adat mereka. Peran WWF dalam menjalin mitra dengan inisiatif lokal sesuai dengan strategi yang dikatakan oleh Michael Edwards and David Hulme bahwasnaya NGO membuat suatu jaringan atau networking melalui kerjasama dengan inisiatif lokal 233 dan dalam peranya tersebut WWF telah mengupayakan program- program yang sesuai dengan konsep sustainable development. Program pengembangan ekwosata dan beras organik “adan” sebagai pendapatan alternatif bagi masyarakat adalah upaya sustainable development bahwasanya masyarakat mendapatkan nilai ekonomis sambil melestarikan lingkungan sekitar. Program pengembangan tele- center yang dilakukan WWF adalah bukti bahwasanya teknologi membuka peluang bagi terwujudnya kesejahteraan sosial salah satunya dalam aspek pendidikan. 233 Michael Edwards and David Hulme, “Scaling up NGO impact on development: learning from experience,”59. 92

BAB V KESIMPULAN

Deforestasi di sektor penggunaan lahan hutan pada 2010 menyumbang 58 dari total emisi dunia. Hal tersebut yang mendasari pemerintah Indonesia dalam membuat kebijakan pengelolaan hutan secara kolaboratif yang tertuang dalam dekralasi Heart of Borneo HoB. Pada pengelolaannya, WWF adalah aktor non negara yang satu-satunya dilibatkan dalam struktur organisasi Kelompok Kerja Pokja HoB yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia. Keputusan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 382Menhut-II2011 tentang Kelompok Kerja Nasional Program HoB. WWF merumuskan program yang secara khusus untuk membantu program Pemerintah Indonesia dalam mengelola program HoB. Hasil analisa terkait peran yang dilakukan oleh WWF dalam program HoB ialah pendanaan yang berkelanjutan, membantu pemerintah daerah dalam mengembangkan kabupaten konservasi, membangun jaringan bisnis hijau, dan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia melalui kerjasama dengan inisiatif lokal. Peran WWF dalam program pendanaan berkelanjutan di HoB, dilakukan menggunakan strategi networking, strategi ekspansi horizontal, dan fungsi operasional dari organisasi internasional. Program pendanaan berkelanjutan tersebut, WWF bekerjasama dengan pihak strategis yaitu LINE Plus Corporation. WWF juga mendapat dukungan finansial dari WWF Family dan pihak institusi lain dalam program pendanaan berkelanjutan. Hasil dari peran WWF melalui program pendaan berkelanjutan di HoB menunjukan bahwasanya alokasi dana 93 yang didapatkan WWF dikontribusikan untuk konservasi lingkungan di wilayah HoB dengan upaya konservasi habitat asli orangutan dan penanaman hutan yang gundul ataupun reconditioning hutan. Peran WWF yang selanjutnya memiliki kontribusi ialah dalam pengembangan kabupaten konservasi di Kapuas Hulu menggunakan strategi bekerjasama dengan pemerintah untuk membantu mencapai kebijakan yang effisien. Untuk menjalankan progam kabupaten konservasi di kabupaten Kapuas Hulu, WWF menggunakan strategi ekspansi horizontal dan fungsi normatif dari organisasi internasional. Peran WWF dalam program tersebut adalah membantu perencanaan tata ruang wilayah daerah, serta memonitor dan memfasilitasi kegiatan pengembangan masyarakat. Peran WWF juga terlihat melalui programnya dalam jaringan bisnis hijau dengan menggunakan strategi networking kepada perusahaan kecil dan besar yang beroperasi di wilayah HoB, seperti perusahaan kayu kehutanan, pertanian kelapa sawit dan pertambangan. Selain itu, dalam melaksanakan program tersebut, WWF melakukan strategi advokasi dan lobi, serta fungsi informasi dari organisasi internasional dengan menawarkan rekomendasi atau ide yang bertujuan agar para perusahaan dapat berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dengan menggunakan kaidah-kaidah lestari yang sesuai dengen pilar sustainable development dalam rangkaian operasinya yaitu sebelum, ketika proses dan paska beroperasi. Selain itu WWF juga berperan dalam mengembangkan kapasitas masyarakat lokal menggunakan strategi training, monitoring, dan facilitating. 94 Strategi tersebut tertuang dalam program yang telah dilakukan, meliputi pengembangan ekowisata, pengembangan pertanian organik produk “Hujau dan Adil” beras adan, pelatihan kreativitas kerajinan tangan, konservasi lingkungan, dan pengembangan teknologi dan komunikasi melalui program tele-center atau pusat internet. Adanya peran WWF tersebut membuktikan bahwasanya masyarakat lokal, pemerintah, dan organisasi inernasional adalah salah satu aktor yang terlibat dalam pengelolaan pembangunan berkelanjutan di HoB, dengan upaya menuju sinergi dimensi ekologi dan sosial, untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan konservasi sesuai dengan pilar sustainable development. Sehingga, kontribusi peran WWF dalam upaya program HoB di Indonesia periode 2012 sampai 2013 telah menunjukan keberhasilan. Dengan demikian, program yang telah diupayakan WWF melalui strategi networking, lobi, advokasi, facilitating, training, meningkatkan hubungan kerjasama antara WWF dengan Pemerintah Indonesia, meninggkatkan kapasitas masyarakat, meningkatkan pengelolaan industri bisnis lestari, juga membuktikan bahwa program tersebut berpengaruh dalam terwujudnya program HoB berdasarkan prinsip-prinsip konservasi juga pilar pembangunan berkelanjutan. xv DAFTAR PUSTAKA Buku: Arsher, Clive. 1983. International Organizations. London: George Allen Unwin Ltd. Baker, Susan. 2006. Routledge Introductions to Environment Series: Sustainable Development . New York: Routledge 270 Madison Ave. Callicott, J. Baird and Robert Frodeman, ed.. 2009. Encyclopedia of Environmental Ethics and Philosophy . USA: Cengage Learning. Cresswell, John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design California: Sage Publication Inc. Drumm, Andy and Alan Moore. 2002. Ecotourism Development - A Manual for Conservation Planners and Managers Volume 1. Virginia: The Nature Conservancy. Darussamin, Asril, Murdwi Astuti, et al. 2011. Buku Panduan Pelatihan Fasilitator Prinsip dan Kriteria Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan RSPO untuk Petani . Jakarta: Indonesian Smallhorders Working Group INA-SWG Eghenter, Cristina, M. Hermayani Putera, dan Israr Ardiansyah, ed,. 2012. Masyarakat dan Konservasi 50 Kisah yang Menginspirasi dari WWF untuk Indonesia. Jakarta: WWF Indonesia. Eade, Deborah and Jenny Pearce, ed. 2000. Development, NGos, and Civil Society. Oxford: Oxfam GB. Edwards, Michael and David Hulme. 1992. Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World . London: Earthscan. Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers. Jacobson, Harold K. 1979. Netwoks of Interdependence International Organizations and the Global Political System Second Edition . New York: Alfred A. Knopf, Inc. Gerard A. Persoon and Manon Osseweijer. 2008. Reflections on the Heart of Borneo. Netherlands : Tropenbos International. Kehl, Norbert dan Soehartini Sekartjakrarini. 2012. Potential for Ecotourism in Kapuas Hulu and MalinauOpportunities for Green Economy Development in the Heart of Borneo , Jakarta: Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GIZ GmbH dan Forests and Climate Change Programme FORCLIME. King, Victor T. The People of Borneo. 1993. Cambridge: Blackwell Publishers. Korten, David C dan Rudi Klauss, ed.. 1984. People- Centered Development Contributions Toward Theory And Planning Frameworks .United States of Amesica: Kumarian Press.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kerjasama Trilateral Indonesia Malaysia Dan Brunei Darussalam Melalui Program Heart Of Borneo (HOB) Terhadap Penanganan Masalah Kerusakan Hutan Wilayah Perbatasan Kalimantan Timur

7 58 129

Strategi Komunikasi World Wide Fund For Nature (WWF) (Studi Deskriptif Tentang Strategi Komunikasi World Wide Fund For Nature (WWF) Dalam Mensosialisasikan Pelestarian Lingkungan Kepada Peserta Sosialisasi di Bumi Panda Bandung)

7 43 79

STRATEGI IMPLEMENTASI HASIL ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL (RSPO) OLEH WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE (WWF) DI INDONESIA

0 3 115

KOMUNIKASI PARTISIPATIF MELALUI PROSES KEGIATAN PANDACLICK KOMUNIKASI PARTISIPATIF MELALUI PROSES KEGIATAN PANDA CLICK (Studi Kasus Pada Program Komunikasi Partisipatif Panda Click Yang Dilakukan Oleh World Wildlife Fund For Nature (Wwf) Indonesia Program

0 2 16

PENDAHULUAN KOMUNIKASI PARTISIPATIF MELALUI PROSES KEGIATAN PANDA CLICK (Studi Kasus Pada Program Komunikasi Partisipatif Panda Click Yang Dilakukan Oleh World Wildlife Fund For Nature (Wwf) Indonesia Program Kalimantan Barat Di Desa Teluk Aur, Kecamatan

0 3 56

SKRIPSI IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 3 18

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 3 51

OBYEK PENELITIAN IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 5 25

KESIMPULAN DAN SARAN IMPLEMENTASI KAMPANYE “SEBANGAU CONSERVATION PROJECT” WORLD WIDE FUND for NATURE” (WWF) INDONESIA KALIMANTAN TENGAH.

0 2 11

AUDIT KOMUNIKASI PROGRAM KAMPANYE “EARTH HOUR” WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE INDONESIA - FISIP Untirta Repository

0 1 318