16
a. “Fungsi Informasi.” OI menyediakan informasi, mengumpulkan,
menganalisa dan mempublikasikan data. OI juga membantu menyebarkan informasi dengan menyelenggarakan berbagai forum di mana setiap individu bisa
saling bertukar pikiran. b.
“Fungsi Normatif.” OI mengadopsi prinsip-prinsip dari sebuah deklarasi dan pernyataan tujuan. Fungsi ini tidak melibatkan instrumen yang mengikat
secara hukum, melainkan pernyataan yang dirancang untuk mempengaruhi kebijakan dalam negeri dan luar negeri suatu negara.
c. “Fungsi operasional.” Fungsi ini melibatkan penggunaan sumber daya,
contohnya OI membuat sebuah bantuan keuangan dan teknis bagi masyarakat.
37
Tidak hanya itu, menurut Michael Edwards dan David Hulme, NGO menggunakan berbagai strategi untuk
„scale up‟ atau meningkatkan dampak kerja mereka.
38
Ada 4 strategi untuk meningkatkan dampak mereka, diantaranya: a.
“Scaling up via cooperation with governments.”
39
NGO bekerjasama dengan struktur pemerintah untuk mempengaruhi kebijakan dan sistem.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pemerintah menerapkan kebijakan yang efektif yang akan bermanfaat bagi semua masyarakat khususnya masyarakat
yang kurang mampu dalam mencapai kehidupan mereka di bidang kesehatan, pendidikan, produksi dll.
40
37
Harold K. Jacobson, Netwoks of Interdependence International Organizations and the Global Political System Second Edition
, New York: Alfred A. Knopf, Inc., 1979, 82-83.
38
Michael Edwards and David Hulme, “Scaling up NGO impact on development: learning from experience,” di dalam buku Deborah Eade and Jenny Pearce, ed., Development, NGos, and Civil Society, Oxford: Oxfam
GB, 2000, 57-59.
39
Ibid, 57.
40
Michael Edwards and David Hulme, Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World, London: Earthscan, 1992 17.
17
b. “Scaling up via operational expansion.”
41
Strategi yang jelas untuk meningkatkan dampaknya terhadap pembangunan adalah dengan memperluas
program. Ekspansi dapat dibagi menjadi 4 model diantaranya: 1 “ekspansi
geografis ” yaitu dengan pindah ke wilayah atau negara baru, 2 “ekspansi
horizontal ” yaitu dengan menambahkan kegiatan sektoral tambahan untuk
program yang ada, 3 “ekspansi vertikal” yaitu dengan menambahkan kegiatan
hulu atau hilir untuk program yang ada, dan 4 ekspansi dengan kombinasi dari ketiganya.
42
c. “Scaling up via lobbying and advocacy.” NGO aktif dalam kegiatan
nasional dan internasional. Dalam kegiatan tersebut, NGO melakukan advokasi dengan cara merekomendasikan ide, berbicara untuk menarik perhatian
masyarakat atau piihak lain tantang isu penting, dan mengarahkan para pengambil keputusan untuk mendapatkan solusi.
43
d. “Scaling up via supporting local initiatives.” NGO membuat suatu
jaringan atau networking untuk bekerjasama dengan inisiatif lokal. “Networking”
adalah alat komunikasi dan mekanisme yang menghubungkan berbagai individu atau organisasi dengan tujuan yang sama.
44
Konsep INGO adalah konsep untuk menganalisa peran WWF. WWF digolongkan sebagai INGO karena WWF adalah organiasai internasional non
pemerintahan yang berpusat di Swiss dan mempunyai perwakilan di Indonesia.
41
Michael Edwards and David Hulme, “Scaling up NGO impact on development: learning from experience,” 58.
42
Michael Edwards and David Hulme, Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World, 19-20.
43
Michael Edwards and David Hulme, “Scaling up NGO impact on development: learning from experience,” 59.
44
Ibid..
18
Berdasarkan klasifikasi NGO, WWF tergolong kedalam “emancipatory NGO”
yang fokus dalam isu lingkungan serta bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan ekologi global diantara kehidupan manusia dan alam. WWF
sebagai “independent actor” memiliki banyak fungsi dalam pelestarian
lingkungan. Fungsi ini dimaksudkan untuk menciptakan pemahaman diantara pihak-pihak yang terlibat, seperti pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat lokal
dan lain-lain yang terlibat serta menganggap penting pada konservasi keanekaragaman hayati.
3. Konsep Sustainable Development
Untuk pertama kalinya, kontribusi OI dalam isu lingkungan yaitu pada tahun 1972, dalam Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia atau
United Nations Conference on the Human Environment UNCHE, atau yang
dikenal dengan Stockhlom Conference yang diselenggarakan di Stockholm.
45
Pada saat itu, UNCHE mengusulkan pembentukan badan global yang bertindak sebagai
divisi lingkungan dari sistem PBB, yang dikenal sebagai United Nations Environment Programme
UNEP.
46
Setelah itu, pada tahun 1980, UNEP dan International Union for Conservation of Nature
IUCN mendirikan Strategi Konservasi Dunia atau the World Conservation Strategy
WCS yang bertujuan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan melalui konservasi sumber daya alam hayati dan pada saat itu juga
45
Monique Perrot-Lanaud, et al., UNESCO and Sustainable Development, Paris: UNESCO, 2005, 2, [database on-line]; tersedia di http:unesdoc.unesco.orgimages0013001393139369e.pdf; Internet; diakses
pada Agustus 29, 2014.
46
Ibid.
19
merupakan lahirnya terminologi “pembangunan berkelanjutan” atau yang dikenal
dengan “sustainable development.”
47
Kemudian, pada tahun 1987, PBB membentuk World Commission on Environment and Development
WCED dipelopori oleh Gro Harlem Brundtland, dan pertama kalinya menggunakan istilah
“sustainable development” dalam laporannya berjudul Our Common Future atau yang dikenal sebagai
Brundtland Report .” Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Sebuah visi pembangunan
yang meliputi populasi, spesies hewan dan tumbuhan, ekosistem, sumber daya alam, air, udara, energy, dan yang mengintegrasikan kekhawatiran seperti
memerangi kemiskinan, kesetaraan gender, hak asasi manusia, pendidikan, kesehatan, keamanan manusia, dll.
48
Dalam laporan Brundtland, secara khusus menguraikan ““sustainable
development”sebagai berikut: a. Kerusakan lingkungan berkaitan dengan faktor-faktor ekonomi, sosial, dan
politik. b. Pembangunan berkelanjutan adalah integrasi dari tiga pilar, yaitu
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial ,dan perlindungan lingkungan.
47
Susan Baker, Routledge Introductions to Environment Series: Sustainable Development, New York: Routledge 270 Madison Ave, 2006, 18.
48
Monique Perrot-Lanaud, et al., UNESCO and Sustainable Development, Paris: UNESCO, 2005, 2, [database on-line]; tersedia di http:unesdoc.unesco.orgimages0013001393139369e.pdf; Internet; diakses
pada Agustus 29, 2014.
20
c. Dalam pembangunan berkelanjutan dibutuhkan sikap positif terhadap pengembangan, perlindungan lingkungan, dan pembangunan ekonomi dengan
satu tujuan dan dapat saling mendukung. d. Pembangunan berkelanjutan berpendapat bahwa teknologi dan organisasi
sosial dapat membuka kemungkinan dalam pengembangan lingkungan. e. Pembangunan berkelanjutan mengakui bahwa tanggung jawab generasi
sekarang untuk generasi mendatang. f. Pembangunan berkelanjutan adalah sebuah panggilan untuk model baru
dalam pemerintahan yang berasas lingkungan, di semua tingkatan, dari lokal ke global.
g. Pembangunan berkelanjutan telah mencapai status otoritatif dalam wacana lingkungan dalam pembangunan internasional dan kerangka hukum.
49
Isu lingkungan tidak dapat lagi ditangani secara sektoral melainkan telah menjadi bagian dari pembangunan ekonomi dan sosial, oleh karena itu peran
WWF sebagai global governance tidak hanya fokus dalam konservasi lingkungan, tetapi juga fokus bagaimana lingkungan berperan terhadap sektor lain, ekonomi,
dan sosial. Konsep pembangunan berkelanjutan adalah kunci untuk menjelaskan implikasi dari peran WWF dalam inisiatif HoB.
F. Metode Penelitian
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, penelitian ini dianalisa menggunakan metode kualitatif deskriptif analitis. Menurut Denzin dan Lincoln,
penelitian kualitatif adalah metode penelitian multi-fokus, yang melibatkan
49
Susan Baker, Routledge Introductions to Environment Series: Sustainable Development, New York: Routledge 270 Madison Ave, 2006, 25.
21
interpretif, pendekatan naturalistik dengan materi pelajaran tersebut.
50
Hal ini melibatkan koleksi berbagai studi empiris, kasus, pengalaman pribadi,
introspektif, kisah hidup, wawancara, pengamatan, sejarah, interaksional, dan teks visual yang menggambarkan momen. Di sisi lain, metode kualitatif bertujuan
menggambarkan suatu fenomena tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya keterkaitan diantara suatu gejala dengan gejala lainnya yang relevan dengan
masalah penelitian.
51
Penelitian ini menjelaskan dan menganalisis berbagai jenis data dan informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sumber data dalam penelitian
ini dibagi menjadi dua jenis, data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari literatur, seperti buku, jurnal, tesis, artikel, publikasi pemerintah, media
elektronik, surat kabar, dan publikasi lainnya secara on-line atau off-line. Sumber litelatur utama data sekunder berasal dari data dokumentasi dari Kementerian
Kehutanan, WWF . Adapun sumber buku utama adalah David C. Korten dan Rudi Klauss, ed., yang berjudul People- Centered Development Contributions Toward
Theory And Planning Frameworks , Clive Arsher yang berjudul International
Organizations , Harold K. Jacobson yang berjudul Netwoks of Interdependence
International Organizations and the Global Political System Second Edition ,
Michael Edwards and David Hulme yang berjudul Making a Difference: NGOs and Development in a Changing World
, dan Susan Baker yang berjudul Routledge Introductions to Environment Series: Sustainable Development.
50
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta:Rajawali Pers, 2011, 1-2.
51
John W. Cresswell, Qualitative Inquiry and Research Design California: Sage Publication Inc,1998, 15.