BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat Yayasan Kanisius
Yayasan Kanisius didirikan pada tanggal 31 Agustus 1918 oleh P. Fransiskus van Lith, S.J. di Muntilan. Beliau mulai mendirikan sekolah untuk
pendidikan guru pada tahun 1904 di Muntilan dan pada tahun 1921 di Ambarawa. Hasil pendidikan guru itu dipakai di sekolah-sekolah rakyat SD
perkumpulan Kanisius di berbagai kota dan desa yang belum ada perkembangan umat Katolik. Perkumpulan Kanisius Vereeniging Canisius
itu untuk pertama kali mendapat pengakuan atau pengesahan sebagai badan hukum dengan surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada
tanggal 21 Oktober 1918. Yang menjadi sekretarisnya adalah P.F. Van Lith, S.J. Pada tanggal 31 Juli 1927 Perkumpulan Kanisius berganti nama menjadi
Yayasan Kanisius Cannisius Stichting dan berkedudukan di Yogyakarta, dengan direktur utama P.F Strater SJ, lalu pada tahun 1934 Yayasan Kanisius
kembali berkedudukan di Muntilan dengan direktur utamanya P.A. Van Kalken, SJ, yang pada tahun 1937 diganti P.G. de Quay, SJ. Yayasan Kanisius
berhasil memiliki 358 SD SR, 10 SLP dan 1 SLA yang diakui pemerintah sebagai sekolah yang bermutu. Namun hasil gemilang ini menjadi berantakan
mulai tanggal 9 Maret 1942, pada saat Jepang menjajah negara kita. Banyak sekolah dihancurkan dan ditutup secara paksa, banyak guru hidup bercerai-
berai dan seluruh kehidupan Yayasan Kanisius mati. Kantor pusat yayasan
68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terpaksa diungsikan di Yogyakarta. Beberapa tahun kemudian para romo paroki yang lolos dari jebakan Jepang mulai mengkoordinir lagi sekolah-
sekolah katolik yang masih ada di wilayah. Hal ini menunjang napas kebangkitan Yayasan Kanisius dengan strategi baru yang dipusatkan pada
kantor-kantor lokal di Yogyakarta, Klaten, Surakarta, Magelang, dan Semarang. Jadi pada masa pada masa penjajahan Jepang sekolah Kanisius
merosot drastis, ada yang mati, ada yang menjadi sekolah pemerintah Jepang, yang selanjutnya menjadi sekolah negeri.
Pada masa revolusi nasional 1945-1949, Yayasan Kanisius terbagi menjadi dua, yaitu Kanisius Federal RIS yang mengelola sekolah-sekolah
yang dulu ditutup atau dikuasai oleh Jepang dan Kanisius Republik RI. Kanisius Federal ini mengelola sekolah-sekolah Kanisius dan sekolah katolik
lainnya. Sedangkan sekolah Kanisius Republik tetap bertahan tersendiri, kemudian berubah menjadi swasta bersubsidi. Lalu pada akhir tahun 1948-
1949, ketika Belanda menduduki Yogyakarta, Kanisius Republik digabungkan kembali dengan Kanisius Federal.
Pada masa transisi 1950-1952, Yayasan Kanisius mengalami krisis lagi. Sekolah-sekolah dihapus pada bulan Januari 1950 dan gaji guru
dihentikan pada bulan Agustus oleh pemerintah baru. Sekolah Kanisius harus berdikari sebagai swasta penuh. Pada tahun 1952 Yayasan Kanisius yang
dipusatkan di Semarang mengupayakan berbagai pendekatan dengan pemerintah untuk mendapat pengakuan dan bantuan seperti sediakala. Pada
waktu bersamaan berkembanglah yayasan-yayasan baru dengan membawa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sekolah-sekolah Kanisius. Yayasan baru itu antara lain Yayasan Pangudi Luhur, Marsudirini, Keluarga dan Tarakanita sehingga mengakibatkan jumlah
sekolah Kanisius menjadi menyusut. Sejak orde baru Yayasan Kanisius mulai bangkit dibawah pimpinan P.J Van Heyst SJ, lalu P.G. Van Delf yang dengan
rendah hati mengetuk para dermawan luar negeri. Hasil usaha beliau dapat menunjang perbaikan dan pembangunan gedung sekolah. Pada tahun 1980-an
Yayasan mulai meningkatkan mutu sekolah-sekolahnya, mengatur formasi dan pembinaan kepada guru atau tenaga karyawan, menetapkan administrasi
dan keuangannya untuk membiayai kebutuhan rutin. Yang kesemuanya dana ditutup oleh dana subsidi, uang sekolah dan sumbangan dari masyarakat.
B. Daftar Sekolah-sekolah Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta