Pengaruh Jenis Tanah terhadap Simbiosis Mutualistik CMA

mekanisme peyerapan mineral tanah yang lebih efektif pada saat ujung akar tanaman masih berusia muda. Semakin tua usia perakaran tanaman, semakin sulit dalam penyerapan unsur-unsur hara tanah. Menurut Salisbury dan Ross 1992, mikoriza mampu menyerap hara secara cepat, terutama di dekat ujung akar tempat hifa cendawan berkumpul dan agak kurang cepat di daerah yang lebih tua. Ujung akar lebih kerap terpajan pada garam mineral-larut yang berkonserntrasi tinggi daripada bagian yang lebih tua, karena bagian yang lebih tua ini berkedudukan di bagian tanah yang sudah lebih dulu tergali oleh ujung akar yang sedang tumbuh. Khasa dkk 2009 melaporkan bahwa adanya CMA meningkatkan mobilisasi nutrisi bagi tanaman. Selain itu, CMA juga meningkatkan mobilisasi nutrisi pada tanah yang memiliki jumlah nutrisi yang konsentrasinya rendah. Dibandingkan dengan media tanah non mikoriza pada kontrol negatif, pertumbuhan tanaman bermikoriza M1, M2 dan M3 secara signifikan berbeda tetapi tidak nyata pada panjang batang dan secara signifikan berbeda dan nyata pada pertumbuhan daun dan diameter batang. Perbedaan kondisi pertumbuhan antara tanaman bermikoriza dan non mikoriza ini salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Bagi tanaman bermikoriza, pertumbuhan dapat terjadi dengan baik karena peranan mikoriza yang bermutualisme dengan baik dengan tanaman inang. Pada tanaman non mikoriza, perbandingan media tanah lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, sebab 25 medianya terdiri dari pupuk organik yang kaya akan unsur hara. Menurut Paryudyaningsih dan Sari 2013, pupuk organik mengandung unsur hara makro, di antaranya adalah N. Selain itu, pupuk organik juga berperan dalam meningkatkan porositas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tanah sehingga memberikan juga ruang hidup yang optimal bagi mikroba tanah yang dapat membantu pertumbuhan tanaman.

3. Peningkatan Kesuburan Tanah Lahan Bekas Tambang Kapur

Tingkat kesuburan tanah di suatu wilayah memiliki beberapa syarat. Secara umum, syarat bagi kesuburan tanah ditentukan oleh ketersediaan air, mikroorganisme, biota tanah, banyaknya jenis tanaman dan jenis tanah. Selain itu, kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh ketersediaan humus, tanah liat yang mencukupi dan pH tanah yang netral Anonim, 2015. Kurang terpenuhinya beberapa syarat kesuburan tanah di atas dapat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Dibandingkan dengan syarat-syarat kesuburan tanah di atas, lahan bekas tambang kapur memiliki banyak kekurangan. Di antaranya adalah jumlah air yang terbatas, karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, jumlah mikroorganisme yang lebih sedikit dan biota tanah yang terbatas. Berdasarkan hasil observasi, jumlah humus dan tanah liat pun juga sangat kurang. Jenis tanah yang mendominasi lahan bekas tambang kapur adalah tanah kapur, grumosol dan litosol. Sebagaimana telah di bahas sebelumnya, ketiga jenis tanah tersebut adalah jenis tanah yang kurang subur. Meskipun memiliki banyak kekurangan, tidak berarti bahwa tingkat kesuburan tanah bekas lahan tambang tidak dapat ditingkatkan. Keberadaan tanaman pionir koro hijau dan simbiosis mutualistiknya dengan mikoriza pada tanah lahan bekas tambang dalam penelitian ini terbukti dapat menopang menjadi media tanam yang baik bagi pertumbuhan tanaman Koro hijau. Dalam arti tertentu, jika aplikasi jenis tanaman ini dan asosiasinya dengan CMA dilakukan secara terus-menerus sangat dimungkinkan kesuburan tanah di lahan bekas tambang dapat ditingkatkan, bahkan menjadi subur. Menurut Khasa 2009, simbiosis antara CMA dan tanaman justru dapat meningkatkan kesuburan tanah. CMA secara umum selalu dapat berkorelasi dengan aneka jenis tanah dan mikroorganisme yang ada di dalamnya. Saat bersimbiosis dengan akar tanaman, yang terjadi bukan hanya simbiosis antara akar tanaman dengan CMA namun juga melibatkan macam-macam mikroorganisme lain. Dalam asosiasinya dengan tanaman, CMA secara “tidak sengaja“ membantu tanaman berfotosintesis, mengikat unsur C dan mendistribusikanya ke tanah. Unsur C adalah unsur kimiawi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme. Dengan jenis-jenis tanaman kacan-kacangan, CMA membantu dalam melakukan fiksasi unsur N yang juga dibutuhkan oleh tanah dan meningkatkan tingkat kesuburan tanah. Kemungkinan besar, pengikatan unsur C dan fiksasi unsur N juga terjadi dalam simbiosis mutualistik antara Koro hijau dengan CMA. Hanya saja, penelitian ini tidak melakukan pengamatan terhadap hal tersebut. Dengan kata lain, jika hal itu terjadi, proses tersebut sangatlah berguna bagi peningkatan kesuburan tanah lahan bekas tambang kapur.

4. Faktor Abiotik dan Biotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Koro Hijau

Indriani dkk 2011 dalam Ristiyanti dkk 2014 menjelaskan bahwa perkembangan CMA dipengaruhi oleh kepekaan tanaman inang terhadap infeksi, intensistas cahaya, kadar air tanah, pH tanah, bahan organik, residu akar, ketersediaan hara logam berat dan fungisida. Dalam percobaan ini, pertumbuhan