rumput di mana mereka dapat berasosiasi dengan tanaman dari keluarga Ericaceae Treseder, 2013.
Dari ketiga jenis mikoriza di atas, CMA adalah jenis cendawan yang banyak berperan dalam meningkatkan keanekaragaman hayati tumbuhan di alam.
Sebagai contoh, CMA meningkatkan biodiversitas tanaman dan padang rumput sekitar 30. CMA juga memberikan kemudahan dalam hal pembibitan tanaman,
khususnya pada saat proses penyemaian biji, sebab CMA dapat membantu biji- bijian tanaman memiliki kemampuan lebih cepat dalam memperoleh nutrisi yang
diperlukan Khasa dkk, 2009.
3. Taksonomi CMA
Glomeromycota adalah filum cendawan yang dikenal bersimbiosis obligat dengan jenis tanaman yang hidup di darat. Bentuk simbiosis tersebut disebut
mikoriza. Dalam perkembangannya, spesies-spesies dari filum ini digambarkan dan dinamai berdasarkan pengenalan terhadap morfologi sporanya. Pengenalan
spora itu sendiri dilakukan dengan mengidentifikasi apakah terdapat di sekitar perakaran tanaman, di luar perakaran atau di permukaan tanah. Pengenalan
terhadap spesies-spesies filum glomeromycota di jaman modern ini dilakukan dengan melakukan skuen rRNA dengan metode analisis small subunit SSU dan
large subunit LSU. Menurut Schubler 2010 filum Glomeromycota terdiri dari 4 buah ordo, 11 famili dan 27 genus. Gambaran taksonomi Glomeromycota dapat
dilihat pada tabel di bawah ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 2.1: Taksonomi CMA Menurut Schubler 2010
Filum Glomeromycota Kelas Glomeromycetes
Ordo Famili
Genus Spesies
Glomerales Glomeraceae
Dominikia Dominikia aurea
Funneliformis Funneliformis africanum
Glomus Glomus australe
Kamiesnskie Kamienskia perpusilla
Rhizophagus Rhizophagus arabicus
Sclerocystis Sclerocystis alba
Septoglamus Septoglomus fuscum
Clariodeoglomuraceae Clariodeoglomus
Claroideoglomus etunicatum
Diversiporales Gigasporaceae
Bulbospora Bulbospora minima
Cetraspora Cetraspora auronigra
Dentiscustata Dentiscutata erythropus
Gigaspora Gigaspora candida
Intraornatospora -
Paradentiscutata -
Racocetra Racocetra gregaria
Scutellospora Scutellospora alterata
Acaulosporaceae Acaulospora
Acaulospora cavernata Pacisporacea
Pacispora Pacispora patagonica
Diversisporaceae Corymbiglomus
Corymbiglomus tortuosum
Diversipora Diversispora gibbosa
Otospora Otospora bareae
Redeckera Redeckera pulvinatum
Tricispora -
Sacculosporaceae Sacculospora
Sacculospora felinovii
Paraglomerales Paraglomeraceae
Paraglomus Paraglomus brasilianum
Archaesporales Geosiphonaceae
Geosiphon Geosiphon pyriformis
Ambisporaceae Ambispora
Ambispora callosa Archaeosporaceae
Archaeospora Archaeospora schenckii
Meskipun metode dan cara identifikasi spesies-spesies cendawan semakin modern, Schubler 2010 mengakui masih banyak kekurangan. Banyak genus dan
spesies dari filum Glomeromycota diidentifikai dengan bukti yang kurang memadai. Salah satu alasannya adalah karena kekurangan bukti penelitian.
Bahkan, dalam beberapa kasus, taksonomi CMA hanya dapat diidentifikasi hingga tingkat genus. Contohnya adalah seperti pada genus Intraornatospora,
Paradentiscutata dan Tricispora. Di Indonesia, jenis mikoriza yang paling banyak berasal dari tiga genus Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora. Ketiga genus
cendawan tersebut sering berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman Musfufah, 2016.
Taksonomi CMA bervariasi terkait dengan kontribusinya terhadap pengambilan nutrisi bagi tanaman. Beberapa genus, seperti Scutellospora dan
Gigaspora membentuk sejumlah hifa yang luas sehingga dapat mengakuisisi nutrien secara lebih baik. Genus yang lain seperti Glomus, Funneliformis dan
Rhizophagus membentuk biomasa hifa lebih sedikit, dan membentuk mutualisme yang lebih rendah. Namun, produksi yang lebih besar terhadap ekstra radikal hifa
tidak selalu membawa pada keuntungan bagi tanaman. Sejauh rasio antara persentase panjang akar yang terkolonisasi dan ekstra radikal biomasa hifa
beragam, tidaklah terlalu jelas sejauh apa baiknya panjang akar yang terkolonisasi menyatakan keuntungan yang diperoleh tanaman inang jika harus melampau
macam-macam taksonomi CMA Verhoef, 2010.
4. Keuntungan CMA bagi Tanaman
Dilihat dari sisi keuntungannya bagi berbagai jenis tanaman, CMA dapat membantu tanaman dalam hal, yaitu:
a. Meningkatkan daya serap air dan hara terutama yang relatif immobile
seperti P, Cu dan Zn, juga yang relatif mobil seperti K, S, NH
4 +
, dan Mo. b.
Menurunkan stress tanaman akibat infeksi patogen akar, kondisi tanah salin, kelembaban tanah yang rendah, temperatur tanah yang tinggi serta
faktor-faktor merugikan yang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Meningkatkan toleransi tanaman terhadap defisiensi hara pada tanah
tidak subur, dan terhadap kemasaman dan toksisitas Al, Fe dan Mn pada tanah masam.
d. Meningkatkan nodulasi dan daya fiksasi N
2
oleh Rhizobium pada simbiosis legume.
e. Meningkatkan serapan dan toleransi tanaman terhadap toksisitas Zn.
f. Merangsang laju fotosintesis dan transportasi fotosintat ke akar, produksi
hormon sitokinin, auksin gibberellin, dan eksudasi asam-asam organik dari akar, serta permeabilitas membran terhadap lintasan hara.
g. Mempercepat fisiologis definitif, sehingga waktu berbunga dan panen
dipercepat, serta meningkatkan daya tahan tanaman pada awal penanaman.
h. Berperan penting dalam konservasi dan pendauran hara dalam tanah,
dalam agregasi tanah dan mengurangi erosi atau pelindian hara tanah Kemas, 2005.
B. Macrotyloma uniflorum 1. Klasifikasi Macrotyloma uniflorm
Koro hijau adalah jenis tanaman dari keluarga Fabaceae polong- polongan yang penting namun tidak banyak dikenal sebagai jenis tanaman yang
dapat dibudidayakan. Tanaman ini tumbuh di banyak negara, khususnya di negara-negara tropis dan sub-tropis. Berikut ini adalah klasifikasi dari koro hijau
menurut Uttam 2014: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI