Panjang Akar Infeksi CMA

Gambar 4.1: Panjang akar koro hijau M1, M2, M3 dan Kontrol negatif

5. Infeksi CMA

Tingkat infeksi akar tanaman koro hijau oleh CMA dihitung dengan cara mengambil tiga sampel tanaman pada perlakuan M1, M2 dan M3. Dari masing- masing tanaman tersebut diambil tiga sampel ujung serabut akar sepanjang 1 cm dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. Selanjutnya dari masing-masing sampel ujung serabut akar dilakukan pengamatan terhadap 5 bidang pandang mikroskop secara acak. Indikator adanya infeksi CMA pada akar tanaman koro hijau dilihat dari adanya hifa, vesikel atau arbuskula pada masing-masing akar yang diamati. Jika pada sel akar tertentu terdapat hifa, vesikel atau arbuskula maka akan diberi tanda + sedangkan jika tidak terdapat ketiga hal tersebut, sel akar yang terlihat akan diberi tanda -. Berikut ini adalah hasil pengamatan endomikoriza di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali: Ganbar 4.2: Hasil Pengamatan Endomikoriza; A. Hifa internal, B. Arbuskular, C. Vesikel, D. Sel akar Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan infeksi CMA: Tabel 4.3. Persentase Infeksi CMA No Perlakuan 1 M1 M2 M3 2 52.4 59.8 30.6 Tingkat infeksi akar dapat digolongkan ke dalam 5 kelas sebagai berikut: Kelas 1 bila kolonisasi akar 0-5 sangat redah Kelas 2 bila kolonisasi akar 6-25 rendah Kelas 3 bila kolonisasi akar 26-50 sedang Kelas 4 bila kolonisasi akar 51-75 tinggi Kelas 5 bila kolonisasi akar 75-100 sangat tinggi Berdasarkan tingkat infeksi akar di atas, perlakuan M1 berada pada kelas 4 tinggi sebab mengalami tingkat infeksi sebesar 52.4, sedangkan perlakuan M2 juga berada pada kelas 4 tinggi namun memiliki persentase infeksi yang lebih A A B D C PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tinggi, yaitu 59,8. Perlakuan M3 berada di kelas 3 sedang dengan tingkat infeksi sebebsar 30.6.

B. Pembahasan 1. Pengaruh Pemberian CMA terhadap Pertumbuhan Tanaman Koro Hijau

Pemberian CMA berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan koro hijau. Terhadap indikator panjang batang, perlakuan CMA memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Nilai probabilitasnya adalah 0,605 0,05 saat dibandingkan dengan kontrol negatif. Sedangkan indikator jumlah daun dan diameter batang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan koro hijau dan berbeda nyata pada saat dibandingkan dengan kontrol negatif. Adanya pengaruh signifikan pemberian CMA terhadap pertumbuhan koro hijau dapat juga dilihat dari rerata indikator pertumbuhan. Berdasarkan hasil data rerata, perlakuan M1 memiliki rerata paling tinggi dibandingkan dengan rerata perlakuan M2 dan M3 lihat tabel 4.1 dan 4.2. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Linderman dan Hendrix 1984 dalam Hanafiah 2014 yang menyatakan bahwa CMA berperan dalam mempercepat fase fisiologis definitif serta meningkatkan daya tahan tanaman pada awal pertanaman. Hanafiah juga melaporkan bahwa jenis tanaman legume dalam pertumbuhanya sangat bergantung dengan asosiasi CMA. Saat dibandingkan dengan rerata pertumbuhan kontrol negatif, rerata panjang batang dan jumlah daun perlakuan M1 lebih kecil dibadingkan dengan rerata indikator yang sama pada kontrol negatif. Sementara itu, rerata diameter batang perlakuan M1 sama dengan rerata diameter batang kontrol negatif. Perbedaan rerata indikator pertumbuhan pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol negatif dapat dianalisa lebih lanjut berdasarkan jenis media tanam yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Pengaruh waktu pemberian CMA bagi pertumbuhan Koro hijau dapat pula dilihat dengan mengamati morfologi dan panjang akar serta membandingkan tingkat infeksi CMA terhadap akarnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, panjang akar tanaman bukanlah indikator yang tepat terhadap efektivitas CMA bagi pertumbuhan koro hijau. Tingkat ketebalan akar, banyaknya rambut akar serta tingkat infeksi CMA justru menjadi indikator yang lebih kuat. Tingkat ketebalan akar menunjukkan bahwa adanya tingkatan mutualisme antara akar tanaman inang dengan CMA. Menurut Salisbury dan Ross 1992, CMA akan membentuk selimut di luar dan di dalam akar, di ruang antar sel epidermis dan kortek. Selanjutnya, CMA akan memproduksi hifa eksternal secara intensif pada akar tanaman inang, sehingga akar tanaman yang bermikoriza akan lebih optimal dalam berfotosintesis, mengadsorpsi air dan nutrisi dari dalam tanah. Dari hasil pengamatan, perlakuan M1 memiliki tingkat ketebalan akar paling baik dibandingkan dengan perlakuan M2, M3 dan kontrol. Adanya tingkat ketebalan dan panjang akar tidak dapat dilepaskan dari hasil tinggi rendahnya infeksi CMA terhadap akar tanaman. Tingkat ketebalan dan panjang akar yang paling baik pada akar tanaman M1 dipengaruhi oleh tingkat infeksi CMA yang tinggi. Hasil pengamatan di bawah mikroskop infeksi CMA terhadap akar tanaman koro hijau ditunjukkan dengan adanya hifa, arbuskula dan vesikel lihat gambar 4.1. Menurut Soenartiningsih 2013, proses