Kegunaan Tanaman Macrotyloma uniflorum 1. Klasifikasi Macrotyloma uniflorm

banyak dimanfaatkan petani sebagai tanaman lorong alley cropping. Sebagai tanaman lorong, M. uniflorm banyak ditumpangsarikan misalnya jagung dan bunga matahari, namun terbuka juga dengan jenis tanaman budidaya lainnya. Menurut Kumar 2010 tanaman M. uniflorm sangat produktif dalam membantu pertanian tanaman budidaya dengan menyediakan kesuburan tanah, khususnya terhadap ketersediaan unsur N dalam tanah dan terciptanya iklim mikro di sekitar tanaman budidaya, misalnya jagung, bunga matahari dan jenis-jenis tanaman yang lain. Sebagai tanaman penutup tanah, legum ini sangat baik ditanam pada musim kemarau, karena sangat toleran terhadap kekeringan. Dalam penananmannya, dapat ditumpangsarikan dengan tanaman jagung atau ubi kayu. Buah polong mudanya dapat digunakan sebagai bahan sayuran, sedangkan bijinya dapat digunakan bahan baku pembuatan tempe, taoco ataupun kecap. Biji koro hijau dapat juga dijadikan sebagai sumber nutrisi bagi warga masyarakat yang kurang mengkonsumsi daging, khususnya di negara-negara yang berkembang. Biji koro dikenal juga menjadi sumber protein dan nutrisi lainnya. Biji koro mengandung karbohidrat 57.2, protein 22, serat 5.3, lemak 0.5, kalsium 287mg, fospor 311mg, besi 6.77mg dan kalori 321 kkal dan vitamin Bhartiya dkk, 2015. Selain sebagai sumber makanan yang memiliki nilai tinggi nutrisi, biji koro hijau juga memiliki manfaat sebagai tanaman obat. Di India, di mana jenis tanaman ini sangat populer, tanaman ini merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit di antaranya adalah penyakit hati, asma, bronkitis, cacingan dan batu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ginjal Ravishankar, 2012. Tanaman koro hijau juga membantu dalam menurunkan kadar kolesterol, sebagai antioksidan, kekurangan gizi, dan pengobatan bagi penyakit kuning Mehra, 2013. Pemanfaatan koro hijau sebagai obat tradisional lebih banyak menggunakan tepung dan ekstrak dari biji koro hijau itu sendiri serta mengkonsumsinya. Pemanfaatan dengan cara lain dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kecambah dari koro hijau itu sendiri, misalnya mencampurnya dengan salad. Mengkonsumsi kecambah koro hijau lebih memiliki banyak manfaat, selain memiliki kandungan vitamin A, C, thiamin, potassium dan zat besi, kecambah juga membantu mengurangi produksi gas dalam pencernakan dibandingkan dengan mengkonsumsinya dalam bentuk kering Anonim, 2013.

C. Batuan Kapur 1. Formasi Batuan Karst

Batu kapur, dolomit, marmer atau batuan karbonat adalah formasi utama pembentuk batuan karst. Karst adalah tipe topografi yang dibentuk oleh batuan kapur, gypsum, dan batuan-batuan lain yang mengalami peleburan sehingga membentuk lubang-lubang tanah, goa-goa dan daerah drainase bawah tanah. Kawasan karst merupakan kawasan yang meliputi 10 wilayah permukaan bumi Langer, 2001. Saat ini ada perhatian besar terhadap perilaku manusia terhadap lingkungan kawasan karst. Perhatian tersebut muncul karena dimotivasi oleh dampak yang ditimbulkan atas kerusakan lingkungan kawasan karst terhadap kualitas kehidupan manusia. Banyak aktivitas manusia secara negatif berakibat pada kawasan karst di antaranya penggundulan hutan, kegiatan pertanian, urbanisasi, turisme, eksploitasi air, penambangan dan penggalian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Proses natural terbentuknya batuan karst terjadi selama ratusan ribu tahun. Formasi karst terjadi dengan meliputi interaksi antara batuan karbonat dan perairan yang sedikit asam. Asam karbonat adalah asam ringan yang terbentuk oleh air hujan dan reaksi karbon dioksida. Pada saat air hujan melalui tanah, air menyerap lebih banyak karbon dioksida dan menjadi lebih asam. Batuan karbonat yang dialiri oleh air hujan yang telah menjadi asam akan membentuk rekahan dan air merembes ke lapisan lebih rendah. Semakin sering dan banyak air yang melalui rekahan itu, maka rekahan itu pun akan menjadi semakin besar. Dengan cara seperti itulah goa-goa dan saluran-saluran air di batuan karst terbentuk William, 2001.

2. Wilayah Karst di Gunungkidul

Wilayah Karst di Gunungkidul tersmasyur di dunia dengan sebutan Karst Gunung Sewu yang diperkenalkan pertama kali oleh Danes 1910 dan Lehmann 1936 dalam Adji, 2009. Karst ini dicirikan dengan berkembangnya kubah karstt kegelkarstt, yaitu bentukan positif yang tumpul, tidak terjal atau sering diistilahkan kubah sinusoidal. Kegelkarstt ini dikategorikan sebagai bagian dari tipe karst tropis. Sebagai salah satu kawasan karst di Indonesia, Gunung Sewu dapat dikategorikan sebagai karst jenis terbuka barenackters karst yang dicirikan oleh bentukan karst yang merupakan fenomena termashyur dari tipografi karst yang sangat khas berupa conical hills yang tidak dijumpai pada kawasan karstt lain di seluruh dunia Adji, 2009. Gunung Sewu merupakan bagian dari zona pegunungan selatan Jawa yang terbentuk dari pengangkatan batuan karbonat berumur Miosen 25 Juta tahun