P a g e | 194
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat penilaian berbasis kelas.
1. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar
Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi dan prosedur merencanakan seperti yang telah dijabarkan pada unit kegiatan belajar
satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian.
Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya dipahami dengan baik.
Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund 1985 dalam Zaenal Arifin 1009, h. 91-102 dari beberapa langkah:
a Menentukan Tujuan Penilaian Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan
penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi, jenismodel, dan karakter
alat penilaian. Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses
pembelajaran formatif, untuk menentukan keberhasilan peserta didik sumatif, untuk mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran diagnostik,
atau untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya penempatan.
Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik, penempatan atau seleksi.
b Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai untuk melakukan sesuatu
setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.
Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam silabus dan RPP. Dengan kata lain,
pada tahap ini harus diidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes. Untuk memudahkan kegiatan tahap ini, dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi tujuan pembelajaran yang biasa dikenal sebagai
Taxonomy Bloom yang dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang dikelompokkan dalam tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor. c Menyusun Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisi-kisi
Tujuan pembelajaran SK-KD dan Indikator
Komponen penilaian dalam silabus:
SK dan KD
Komponen Penilaian dalam RPP: KD dan
Indikator Metode dan
Teknik
Butir-butir tes, non tes, tugas dan lain-lain
Perangkat
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 195
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
adalah rancangan tujuan-tujuan khusus dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan setepat
mungkin ruang lingkup dan tekanan tesnon tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi guru dalam menyusun
butir-butir tes non tes. Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam pengembangan dan
penyusunan tes non tes, karena didalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memenuhi
persyaratan tertentu, antara lain:
Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan dinilai.
Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami. Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun berdasarkan silabus mata pelajaran
atau RPP. Jadi guruevaluator harus melakukan analisis silabusRPP terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal.
Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu
komponen identitas dan komponen pokok.
Contoh : KISI-KISI PENULISAN SOAL TES PRESTASI BELAJAR
Sekolah :
KelasSemester :
Standar Kompetensi :
Jenis SoalKinerja :
Jumlah butir :
No Kompetensi
Dasar Materi
Indikator No. Soal
Kinerja
Gambar Contoh Format Kisi-kisi Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur, seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya domain meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
d Mengembangkan Draf Instrumen Menulis butir-butir instrumen Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir tesnon tes dengan
menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan atau aspek kinerja yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan atau aspek kinerja
harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif. Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf kesukaran,
kompleksitas, serta gaya pemahaman yang paling sesuai dengan siswa. Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan gagasan dalam bahasa
verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya, penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik
penulisan soal, kemampuan dalam hal ini harus menguasai teknik penulisan butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri masing-masing jenis
soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga objektivitas soal dapat terjamin seperti sub kegiatan belajar berikutnya.
e Uji-coba dan Analisis Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan memilah butir
instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah tesnon tes. Secara garis besar, Komponen
Identitas
Komponen Pokok
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 196
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui butir instrumen yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrumen mana yang baik untuk dipergunakan
selanjutnya. Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen dengan hasil belajar
yang akan diukur apakah butir instrumen telah mengukur apa yang akan diukurvalid. Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrumen dari aspek bahasa, sehingga dapat
dimungkinkan kesalahan siswa dalam merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses yang panjang mulai dari ahli, siswa
secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di lapangan. Diperlukan pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya beda.
f Revisi dan Merakit Instrumen Baru Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang valid dengan kisi-
kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, selanjutnya dirakit menjadi sebuah perangkat tesnon tes. Sedangkan yang belum
memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan.
Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir instrumen secara total. Untuk soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta
aspek kemampuan yang hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tesnon tes yang valid dan dilanjutkan dengan merakit tesnon tes hasil revisi. Selanjutnya terkait
urutanpenomoran, dalam suatu tesnon tes pada umumnya urutan dilakukan menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai yang sulit, dari yang sederhana menuju
kompleks.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 197
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN 2
PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Materi Penelitian Tindakan Kelas
1. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
a.
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Di Indonesia PTK tergolong masih baru dibandingkan dengan penelitian-penelitian formal yang sudah banyak dilakukan. Metode penelitian deskriptif, eksperimen, dan
ex post facto adalah tiga penelitian formal yang sudah banyak kita kenal. PTK mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan penelitian-penelitian itu. Beberapa karakteristik PTK antara lain:
Masalahnya nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual. Berorientasi pada pemecahan masalah, bukan hanya mendeskripsikan masalah.
Data diambil dari berbagai sumber. Bersifat siklik: penelitian-tindakan-penelitian-tindakan-... dst.
Partisipatif, dilakukan sendiri.
Kolaboratif, dibantu rekan sejawat. Perbedaan antara PTK dengan penelitian formal adalah sebagai berikut:
PTK: Dilakukan sendiri oleh guru
Memperbaiki pembelajaran secara langsung Hipotesisnya disebut hipotesis tindakan
Tidak menggunakan analisis statistik yang rumit Tidak terlalu memperhatikan validitas dan reliabilitas instrumen
Sampel tidak perlu representatif Penelitian Formal:
Dilakukan oleh orang lain Mengembangkan teori, melalui generalisasi
Biasanya mempersyaratkan hipotesis Menuntut penggunaan analisis statistik
Instrumen harus valid dan reliabel Sampel harus representatif
Cara Memulai PTK Uraian tentang cara memulai PTK berikut ini akan menambah pemahaman Anda tentang
prinsip-prinsip PTK. Kalau Anda sudah biasa mengajar, melakukan PTK bukan hal yang asing. PTK hanyalah alat untuk membantu Anda memperbaiki pembelajaran secara sistematis. Jadi
Anda fokus saja pada perbaikan pembelajaran, dan tanpa disadari Anda akan melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh peneliti PTK. Setelah menyelesaikan bagian ini
Anda akan dapat menulis “proposal sederhana” berbentuk matriks, yang nantinya akan dikembangkan menjadi “proposal lengkap”. Dengan proposal sederhana sebenarnya Anda
sudah dapat memulai PTK. Analogi Guru-Dokter
Cara yang paling mudah untuk memulai PTK adalah dengan menganalogikan kegiatan Anda
sebagai “guru peneliti PTK” dengan kegiatan seorang “dokter” . Perhatikan Tabel berikut ini.
Tabel Analogi Guru dengan Dokter
No Dokter
Guru Peneliti PTK
1 Menanyakan gejala penyakit Mendeskripsikan masalah
2 Mendiagnosis penyakit Menemukan akar masalah
3 Menulis resep Menyusun hipotesis tindakan
4 Menentukan tema pengobatan, misalnya
“Mengobati sakit perut” Menuliskan judul penelitian
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar