RUANG LINGKUP PENELITIAN Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia sebagai Penyandang

1. Penentuan ukuran dan merancang peralatan pre-treatment, fermentor, distilator dan tangki air pendingin yang dapat digunakan dalam pembuatan bioetanol dengan bahan baku kulit durian. 2. Pabrikasi peralatan yang terdiri dari fermentor, distilator dan tangki air pendingin. 3. Menguji kelayakan unit pembuatan bioetanol dengan bahan baku kulit durian berdasarkan kadar bioetanol yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditentukan. Penelitian uji kelayakan unit bioetanol yang terdiri dari fermentor dan distilator dilakukan dengan kondisi proses sebagai berikut: 1. Fermentasi - Waktu : 7 hari - Ragi yang ditambahkan : 6 dari berat bahan baku 2. Distilasi - Waktu : 3 jam - Suhu : 80 o C Parameter uji atau analisa dalam penelitian ini terdiri dari uji peralatan dan analisis kadar etanol dari bioetanol yang dihasilkan pada proses fermentasi dan distilasi. 1. Uji Peralatan terdiri dari uji kebocoran dari tangki fermentor, distilator, dan tangki air pendingin. Serta kalibrasi suhu dari tangki distilator. 2. Analisis kadar etanol dari bioetanol yang dihasilkan pada proses fermentasi dan distilasi menggunakan peralatan gas kromatografi GC sesuai dengan standar metode ASTM D5501 di dalam SNI 7390.2012. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIOETANOL

Bioetanol merupakan etanol atau alkohol yang diproduksi melalui proses fermentasi bahan biomassa yang mengandung gula, pati atau selulosa dengan bantuan mikroorganisme. Hal ini berbeda dengan etanol sintetik yang dihasilkan dari sumber petrokimia. Etanol atau etil alkohol merupakan cairan jernih tidak berwarna, berbau khas, mudah menguap, mempunyai titik didih 78 o C dan titik beku -117 o C, dan mempunyai bilangan oktan yang relatif tinggi [10]. Adapun beberapa tanaman yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol adalah [11] [12]: 1. Bahan bergula, substrat yang umum digunakan untuk pembuatan bioetanol berasal dari biomassa yang mengandung gula. Kelebihan dari bahan baku sumber gula ini yaitu dapat langsung dilakukan proses fermentasi gula menjadi etanol, sehingga proses menjadi lebih sederhana. Bahan bergula yang sering digunakan seperti molase tetes tebu, nira tebu, nira kelapa, nira aren enau. 2. Bahan berpati, pembuatan bioetanol dengan bahan baku sumber pati mempunyai proses yang lebih panjang dibanding dengan berbahan baku sumber gula. Pati diubah dulu menjadi glukosa melalui hidrolisis asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula difermentasi untuk menghasilkan etanol. Tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan bakubioetanol dari sumber pati antara lain, ubi kayu atau singkong, tepung sagu, biji jagung, biji shorgum, kentang, ganyong, garut dan umbi dahlia. 3. Bahan berlignoselulosa berserat, bahan baku sumber serat kebanyakan berasal dari limbah pertanian. Lignoselulosa terdiri atas tiga komponen fraksi serat, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa inilah yang dijadikan sumber bahan baku bioetanol dengan merubahnya terlebih dahulu menjadi gula. Adapun yang berpotensi menjadi bahan baku sumber serat seperti limbah logging, limbah pertanian jerami padi, ampas tebu, tongkol jagung, onggok, batang pisang, dan serbuk gergaji. Secara umum, tahapan dalam pembuatan bioetanol memerlukan langkah fermentasi mengubah gula menjadi etanol, serta proses distilasi untuk memisahkan alkohol dari air. Perbedaan proses pembuatan bioetanol dari bahan baku gula, pati dan lignoselulosa dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Bioetanol dari Bahan Baku Gula, Pati dan Lignoselulosa [11] Pada tabel 2.1 akan ditampilkan syarat mutu etanol nabati berdasarkan standar nasional Indonesia SNI. Gula Pati Bahan Lignoselulosa Penanakan Pengolahan Awal Sakarifikasi Hidrolisis ringan Sakarifikasi Hidrolisis berat Fermentasi alkoholik dan Pemisahan Bioetanol Stillage