PENGUJIAN KELAYAKAN UNIT PEMBUATAN BIOETANOL
dilakukan dalam pembuatan bioetanol dari kulit durian sama dengan proses yang dilakukan dalam skala laboratorium. Kulit durian dipotong-potong terlebih
dahulu, kemudian melewati proses pemasakan awal menggunakan panci biasa, selanjutnya dihaluskan dan kemudian melewati proses liquid hot water
menggunakan panci presto. Dikarenakan kapasitas alat yang kecil, perlakuan tersebut dilakukan berulang-ulang. Setelah itu, proses dilanjutkan dengan proses
fermentasi. Kondisi proses yang dipilih dalam proses fermentasi adalah kondisi proses yang memberikan hasil terbaik dalam penelitian skala laboratorium, yaitu
fermentasi selama 7 hari dan penambahan ragi 6 dari berat bahan baku. Kemudian hasil fermentasi dimurnikan dengan menggunakan tangki distilasi pada
suhu 80
o
C selama 3 jam. Dan diuji kemurnian bioetanol hasil fermentasi dan distilasi dengan menggunakan kromatografi gas.
Proses hidrolisis dengan menggunakan metode pre-treatment liquid hot water dilakukan dengan perbandingan 1:2 untuk bahan baku dan air. Proses ini
berlangsung di dalam panci bertekanan dengan lama waktu lebih kurang 1 jam. Tujuan dari proses ini adalah agar selulosa dapat terurai lebih mudah menjadi
glukosa. Keuntungan dari proses ini yaitu tidak adanya penambahan zat kimia dalam proses hidrolisis dan tidak perlu menetralisasi hidrolisat yang dihasilkan
[25], sehingga biaya yang diperlukan relatif sedikit. Proses fermentasi berlangsung di dalam tangki fermentor, hasil hidrolisat di
fermentasi dengan bantuan Saccaromyces cerevisiae yang diperoleh dari penambahan ragi sebanyak 1500 gram yaitu 6 dari berat bahan baku kulit
durian. Kondisi proses fermentasi yaitu selama 7 hari dan pada temperatur ruangan. Setelah 7 hari, proses fermentasi selesai dan dilakukan pengukuran kadar
etanol hasil fermentasi. Dari pengukuran menggunakan GC diperoleh kadar etanol hasil fermentasi yaitu 8,98 , hasil ini telah sesuai dengan teori dimana cairan
hasil fermentasi mengandung sekitar 8-12 kadar etanol [12]. Proses fermentasi ini berlangsung tanpa penambahan nutrisi, akan dihasilkan kadar etanol yang lebih
tinggi pada hasil fermentasi apabila diberi penambahan nutrisi. Seperti hasil yang diperoleh Siriphart, et all 2013, melakukan penelitian tentang perbandingan
produksi alkohol dari fermentasi limbah kulit durian dan buah nangka. Fermentasi dilakukan dengan penyiapan media kultur fermentasi dan penambahan nutrisi
pada proses fermentasi, diperoleh pada fermentasi 7 hari kadar etanol hasil fermentasi adalah 10-11 [49].
Hasil fermentasi kemudian di distilasi menggunakan unit distilasi yang terdiri dari tangki distilasi dan tangki air pendingin. Hasil fermentasi dipanaskan di
dalam tangki distilasi pada suhu 80
o
C selama 3 jam, sedangkan uap yang dihasilkan akan dikondensasikan melalui tangki air pendingin. Dari 50 liter hasil
fermentasi yang dimurnikan diperoleh 1050 ml bioetanol dengan kemurnian yang lebih tinggi. Cairan bioetanol yang dihasilkan berwarna putih dan jernih.
Dilakukan pengukuran kadar etanol hasil distilasi dengan menggunakan GC, diperoleh kadar etanol sebesar 74,96. Hasil yang diperoleh belum sesuai dengan
standar muti SNI bioetanol nabati dan denaturan. Perlu dilakukannya variasi waktu dalam proses distilasi sehingga etanol yang dihasilkan dapat mencapai
standar mutu yang ada. Dapat diambil kesimpulan bahwa peralatan bioetanol yang terdiri dari tangki
fermentor dan distilator dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Tangki fermentor dan distilator dapat menghasilkan kadar bioetanol masing-masing 8,98 dan
74,96.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN