komunikasi akan muncul dari penstereotipan, yakni mengeneralisasikan orang- orang berdasarkan sedikit informasi dan
membentuk asumsi mengenai orang lain berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok. Penstereotipan adalah proses menempatkan
oran- orang dan objek- objek kedalam kategori- kategori yang mapan, atau penilaian mengenai orang- orang atau objek- objek berdasarkan
kategori- kategori yang dianggap sesuai.
II.1.4. Model S-O-R
Teori S-O-R yang semula berasal dari psikologi merupakan singkatan dari Stimulus- Organism- Response. Juga menjadi teori komunikasi karena objek
material dari psikologi dan komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen- komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Menurut Stimulus-Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikasi. Unsur- unsur dalam model ini adalah pesan stimulus, S, komunikan organism, O, Efek
Response, R Uchjana, 1933:254. Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya, mengutip pendapat Hovland, Janis,
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel yang penting, yaitu:
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan Uchjana, 1933:255.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap Uchjana, 1933:255-256.
Tujuan penjelasan S-R berpusat pada peramalan, dan peramalan berpusat pada respons. Sebenarnya respons dianggap sebagai perilaku yang secara
Universitas Sumatera Utara
langsung dapat diamati dan penjelasan psikologis berusaha menghubungkan, yakni menjelaskan, perilaku dalam artian stimuli dan keadaan internal.
Pengetahuan bahwa repons dapat diramalkan, setidak- tidaknya sebagian, dari respons yang lalu menunjukkan adanya suatu segi menarik yang lain dari
penjelasan S-R- konsep penyimpanan memori dari respons masa silam dalam organisme Rakhmat, 1986:198.
II.1.5. Remaja II.1.5.1. Karakteristik Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting. Menurut Konopka Pikunas, 1976 dalam buku Syamsu Yusuf yang
berjudul Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, masa remaja meliputi: -
Remaja awal: 12- 15 tahun -
Remaja madya: 15- 18 tahun -
Remaja akhir: 19- 22 tahun Seringkali dengan mudah banyak orang mendefinisikan remaja sebagai
masa transisi antara masa anak- anak kemasa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur,
mudah tersinggung dan sebagainya. Tetapi ternyata mendefinisikan remaja tersebut tidaklah semudah itu.
Dalam membahas mengenai karakteristik remaja, berikut dikemukakan beberapa tinjauan atau pandangan dari beberapa ahli Yusuf, 2004:185-193:
a. Perspektif Biososial
Perspektif ini memfokuskan kajiannya kepada hubungan antara mekanisme biologis dengan pengalaman sosial. Roger Barker menekankan
orientasinya kepada sosio- psikologis, karena masa remaja merupakan periode pertumbuhan fisik yang cepat dan peningkatan dalam koordinasi,
maka remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa. Dia berpendapat bahwa pertumbuhan fisik sangat berpengaruh terhadap
perkembangan individu, dari mulai anak sampai orang dewasa. Oleh karena pertumbuhan fisik berkaitan erat dengan perolehan sifat- sifat yang
Universitas Sumatera Utara