27.7 dan tidak ada responden yang menilai sangat tidak tepat gerakan yang ada dalam iklan KB ini.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden yang menilai sangat tepat gerakan dalam iklan sehingga mampu untuk
menerapkannya ada sebanyak 2 orang dengan persentase 9.5, responden yang menilai tepat ada sebanyak 12 orang dengan persentase 57.1, dan yang menilai
tidak tepat ada sebanyak 7 orang dengan persentase 33.3 dan tidak ada responden yang menilai sangat tidak tepat gerakan yang ada dalam iklan KB ini.
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang menyatakan gerakan dalam iklan KB ini tepat lebih mendominasi yaitu 60 pada
remaja putus sekolah, lebih dari 50 pada remaja bersekolah. Namun, sebagian remaja menyebutkan bahwa gerakan dalam iklan tidak tepat karena gerakannya
terlalu singkat sehingga tidak mengerti dan tidak jelas cara menerapkannya.
IV.3.2. Persepsi Remaja Tentang Pernikahan Dini Tabel 36
Pernah Melihat Informasi Tentantg Pernikahan Dini
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada Frekuensi
Persen Frekuensi
Persen Valid
Sangat Pernah 11
16.9 2
9.5 Pernah
39 60.0
14 66.7
Tidak Pernah 12
18.5 5
23.8 Sangat Tidak Pernah
3 4.6
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.23 FC.27
Berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat keseringan melihat informasi tentang pernikahan dini” dapat diberikan analisis deskriptif sebagai berikut: dengan
jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang mengatakan sangat sering melihat
informasi tentang pernikahan dini sebanyak 11 orang dengan persentase 16.9, responden yang mengatakan sering melihat informasi tentang pernikahan dini ada
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 39 orang dengan persentase 60.0, responden yang mengatakan jarang melihat informasi tentang pernikahan dini ada sebanyak 12 orang dengan
persentase 18.5 dan responden yang mengatakan tidak pernah melihat informasi tentang pernikahan dini ada sebanyak 3 orang dengan persentase 4.6.
pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden yang mengatakan sangat sering melihat informasi tentang pernikahan
dini sebanyak 2 orang dengan persentase 9.5, responden yang mengatakan sering melihat informasi tentang pernikahan dini ada sebanyak 14 orang dengan
persentase 66.7, responden yang mengatakan jarang melihat informasi tentang pernikahan dini ada sebanyak 5 orang dengan persentase 23.8 dan tidak ada
responden yang mengatakan tidak pernah melihat informasi tentang pernikahan dini.
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa banyak remaja yang sering melihat informasi tentang pernikahan dini. Namun sekitar 15 juga remaja yang
jarang melihat informasi tentang pernikahan dini pada remaja putus sekolah dan bersekolah.
Tabel 37 Pernah Mendengar Informasi Mengenai Pernikahan Diusia Dini
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada Frekuensi
Persen Frekuensi
Persen Valid
Sangat Pernah 8
12.3 1
4.8 Pernah
45 69.2
16 76.2
Tidak Pernah 6
9.2 4
19.0 Sangat Tidak Pernah
6 9.2
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.24 FC.28
Analisis deskriptif berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat Pernah mendengar informasi mengenai pernikahan diusia dini” diatas adalah sebagai berikut: dengan
jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang sangat pernah mendengar informasi
mengenai pernikahan diusia dini ada sebanyak 8 orang dengan persentase 12.3, responden yang dikategorikan pernah ada sebanyak 45 orang dengan persentase
Universitas Sumatera Utara
69.2, dan yang tidak pernah mendengar informasi mengenai pernikahan diusia dini ada sebanyak 6 orang dengan persentase 9.2, serta yang sangat tidak pernah
ada sebanyak 6 orang dengan persentase 9.2. Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui
responden yang sangat pernah mendengar informasi mengenai pernikahan diusia dini ada sebanyak 1 orang dengan persentase 4.8, responden yang dikategorikan
pernah ada sebanyak 16 orang dengan persentase 76.2, dan yang tidak pernah mendengar informasi mengenai pernikahan diusia dini ada sebanyak 4 orang
dengan persentase 19.0. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa remaja yang pernah mendengar
informasi mengenai pernikahan diusia dini mendominasi jawaban atas tingkat Pernah mendengar informasi mengenai pernikahan diusia dini. Namun ada juga
beberapa remaja yang tidak pernah melihat. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh tingkat atensi yang kurang saat menonton televisi.
Tabel 38 Dapat Mengerti Informasi yang Dilihat atau Dengar Mengenai Pernikahan
Diusia Dini
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada Frekuensi
Persen Frekuensi
Persen Valid
Sangat Paham 7
10.8 1
4.8 Paham
48 73.8
17 81.0
Tidak Paham 7
10.8 2
9.5 Sangat Tidak Paham
3 4.6
1 4.8
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.25 FC.29
Berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat pemahaman informasi yang dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini” dapat diberikan analisis deskriptif
sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang sangat paham
mengenai informasi yang dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini 7 orang dengan persentase 10.8, responden yang paham akan informasi yang
dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini ada sebanyak 48 orang dengan persentase 73.8, dan responden yang tidak paham akan informasi yang
Universitas Sumatera Utara
dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini ada 7 karyawan dengan persentase 10.8. Sebanyak 3 orang responden yang menyatakan sangat tidak
paham akan informasi yang dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini dengan persentase 4.6.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden yang sangat paham mengenai informasi yang dilihat atau dengar
mengenai pernikahan diusia dini 1 orang dengan persentase 4.8, responden yang paham akan informasi yang dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini
ada sebanyak 17 orang dengan persentase 81.0, dan responden yang tidak paham akan informasi yang dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini
ada 2 karyawan dengan persentase 9.5. Sebanyak 1 orang responden yang menyatakan sangat tidak paham akan informasi yang dilihat atau dengar mengenai
pernikahan diusia dini dengan persentase 4.8. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan pada remaja putus sekolah dan
bersekolah bahwa lebih dari 70 remaja paham bahwa informasi yang dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini. Serta ada juga remaja sebanyak
lebih dari 4 pada masing- masing kelopok remaja tidak paham informasi yang dilihat atau dengar mengenai pernikahan diusia dini.
Tabel 39 Tertarik Mengikuti Kegiatan- Kegiatan yang Buat Lebih Mengerti Mengenai
Pernikahan Dini
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada Frekuensi
Persen Frekuensi
Persen Valid
Sangat Tertarik 5
7.7 16
76.2 Tertarik
31 47.7
4 19.0
Universitas Sumatera Utara
Tidak Tertarik 24
36.9 1
4.8 Sangat Tidak Tertarik
5 7.7
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.26 FC.30 Berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat ketertarikan remaja mengikuti
kegiatan- kegiatan yang membuat lebih mengerti mengenai pernikahan dini” dapat diberikan analisis deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja
di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui remaja yang sangat tertarik mengikuti kegiatan- kegiatan yang membuat lebih mengerti mengenai
pernikahan dini ada sebanyak 5 orang dengan persentase 7.7, responden yang tertarik ada sebanyak 31 orang dengan persentase 47.7, dan responden yang
tidak tertarik mengikuti kegiatan- kegiatan yang membuat lebih mengerti mengenai pernikahan dini ada 24 orang dengan persentase 36.9 dan remaja yang
sangat tidak tertarik mengikuti kegiatan- kegiatan yang membuat lebih mengerti mengenai pernikahan dini ada 5 orang dengan persentase 7.7.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui remaja yang sangat tertarik mengikuti kegiatan- kegiatan yang membuat lebih
mengerti mengenai pernikahan dini ada sebanyak 16 orang dengan persentase 76.2, responden yang tertarik ada sebanyak 4 orang dengan persentase 19.0,
dan responden yang tidak tertarik mengikuti kegiatan- kegiatan yang membuat lebih mengerti mengenai pernikahan dini ada 1 orang dengan persentase 4.8 dan
tidak ada remaja yang sangat tidak tertarik mengikuti kegiatan- kegiatan yang membuat lebih mengerti mengenai pernikahan dini.
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa pada remaja putus sekolah, kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan- kegiatan yang dapat membuat mereka
lebih mengerti. Dapat dilihat dari persentase remaja yang tertarik dan tidak tertarik hanya berbeda kurang dari 15. Sedangkan pada remaja bersekolah,
mereka tertarik untuk mengikuti kegiatan- kegiatan ini, bahkan yang sangat tertarik lebih dari setengah jumlah responden dan hanya 1 orang yang tidak
tertarik.
Tabel 40 Informasi Pernikahan Diusia Dini Menarik untuk Diketahui
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Menarik
3 4.6
16 76.2
Menarik 40
61.5 4
19.0 Tidak Menarik
17 26.2
1 4.8
sangat Tidak Menarik 5
7.7
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.27 FC.31
Tabel frekuensi ”Tingkat ketertarikan remaja untuk mengetahui informasi mengenai pernikahan diusia dini” diatas dapat diberikan analisis deskriptif sebagai
berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang memberikan penilaian
sangat menarik untuk mengetahui informasi mengenai pernikahan diusia dini ada sebanyak 3 orang dengan persentase 4.6, responden yang memberikan penilaian
menarik ada sebanyak ada sebanyak 40 orang dengan persentase 61.5, dan responden yang memberikan penilaian tidak menarik ada sebanyak 17 orang
dengan persentase 26.2. Juga ada 5 responden yang memberikan penilaian sangat tidak menarik dengan persentase 7.7.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden yang memberikan penilaian sangat menarik untuk mengetahui
informasi mengenai pernikahan diusia dini ada sebanyak 16 orang dengan persentase 76.2, responden yang memberikan penilaian menarik ada sebanyak
ada sebanyak 4 orang dengan persentase 19.0, dan responden yang memberikan penilaian tidak menarik ada sebanyak 1 orang dengan persentase 4.8. Tidak ada
responden yang memberikan penilaian sangat tidak menarik. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa pada sepertiga responden putus
sekolah menganggap tidak menarik untuk mengetahui informasi mengenai pernikahan diusia dini. Kurang dari 10 yang menyatakan tidak menarik baik
pada remaja bersekolah dan putus sekolah.
Tabel 41 Informasi Pernikahan Usia Dini Bermanfaat Bagi Anda
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Bermanfaat
7 10.8
4 19.0
Bermanfaat 47
72.3 14
66.7 Tidak Bermanfaat
5 7.7
3 14.3
Sangat Tidak Bermanfaat
6 9.2
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.28 FC.32
Tabel frekuensi diatas adalah tabel ”Tingkat kegunaan informasi pernikahan usia dini” pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan
yang dapat diberikan analisis deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah sampel N= 65 orang, telah diketahui responden yang menilai informasi pernikahan usia
dini sangat bermanfaat ada sebanyak 7 orang dengan persentase 10.8, responden yang menilai bermanfaat ada sebanyak 47 orang dengan persentase 72.3, dan
responden yang menilai informasi pernikahan usia dini tidak bermanfaat ada sebanyak 5 orang dengan persentase 7.7 serta yang menyatakan informasi
pernikahan usia dini sangat tidak bermanfaat ada 6 orang dengan persentase 9.2. Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada yang dapat diberikan analisis
deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah sampel N= 21 orang, telah diketahui responden yang menilai informasi pernikahan usia dini sangat bermanfaat ada
sebanyak 4 orang dengan persentase 19.0, responden yang menilai bermanfaat ada sebanyak 14 orang dengan persentase 66.7, dan responden yang menilai
informasi pernikahan usia dini tidak bermanfaat ada sebanyak 3 orang dengan persentase 14.3 serta tidak ada yang menyatakan informasi pernikahan usia dini
sangat tidak bermanfaat. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa lebih dari setengah jumlah
remaja menilai informasi pernikahan usia dini bermanfaat untuk diketahui walaupun ada sebanyak 14orang remaja, 11 remaja putus sekolah dan 3 remaja
bersekolah menilai informasi pernikahan usia dini tidak bermanfaat.
Tabel 42 Informasi Pernikahan Diusia Dini Menarik Dibandingkan Informasi Lain
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Penting
3 4.6
2 9.5
Penting 46
70.8 14
66.7 Tidak Penting
15 23.1
5 23.8
Sangat Tidak Penting 1
1.5 Total
65 100.0
21 100.0
Sumber: P.29 FC.33
Berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat kepentingan informasi pernikahan diusia dini dibandingkan informasi lain” diatas dapat diberikan analisis deskriptif
sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, responden yang menilai informasi pernikahan
diusia dini sangat penting dibandingkan informasi lain bagi remaja ada sebanyak 3 orang dengan persentase 4.6 dan responden yang menilai informasi pernikahan
diusia dini penting dibandingkan informasi lain ada sebanyak 46 orang dengan persentase 70.8. Sebanyak 15 responden yang menilai tidak penting dengan
persentase 23.1 dan hanya ada 1 responden dengan persentase 1.5 yang menilai informasi pernikahan diusia dini sangat tidak penting dibandingkan
informasi lain. Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, responden
yang menilai informasi pernikahan diusia dini sangat penting dibandingkan informasi lain bagi remaja ada sebanyak 2 orang dengan persentase 9.5 dan
responden yang menilai informasi pernikahan diusia dini penting dibandingkan informasi lain ada sebanyak 14 orang dengan persentase 66.7. Sebanyak 5
responden yang menilai tidak penting dengan persentase 23.8 dan tidak ada responden yang menilai informasi pernikahan diusia dini sangat tidak penting
dibandingkan informasi lain. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa lebih dari 50 remaja mengaku
pentingnya informasi pernikahan diusia dini dibandingkan informasi lain. Pada kedua kategori remaja, kurang dari 30 remaja menilai bahwa informasi
pernikahan dini tidak lebih penting dari infoemasi lain baik pada remaja bersekolah maupun putus sekolah.
Tabel 43
Universitas Sumatera Utara
Standar Usia Menurut Bkkbn
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Tepat
8 12.3
4 19.0
Tepat 43
66.2 15
71.4 Tidak Tepat
13 20.0
1 4.8
Sangat Tidak Tepat 1
1.5 1
4.8
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.30 FC.34
Berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat penilaian standar usia menurut BKKBN” dapat diberikan analisis deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah
sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang menilai sangat tepat standar usia menurut BKKBN
sangat tepat ada sebanyak 8 orang dengan persentase 12.3, responden yang menilai tepat ada sebanyak 43 orang dengan persentase 66.2, dan yang menilai
tidak tepat ada sebanyak 13 orang dengan persentase 20.0 dan ada 1 responden yang menilai sangat tidak tepat standar usia menurut BKKBN dengan persentase
1.5. Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui
responden yang menilai sangat tepat standar usia menurut BKKBN sangat tepat ada sebanyak 4 orang dengan persentase 19.0, responden yang menilai tepat ada
sebanyak 15 orang dengan persentase 71.4, dan yang menilai tidak tepat ada sebanyak 1 orang dengan persentase 4.8 dan ada 1 responden yang menilai
sangat tidak tepat standar usia menurut BKKBN dengan persentase 4.8. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah remaja yang
mengatakan standar usia menurut BKKBN yaitu 25 tahun bagi laki- laki dan 20 tahun bagi perempuan adalah tepat lebih mendominasi pada kedua kelompok
remaja. Para remaja beralasan usia itu sudah tepat karena sudah dewasa, memiliki banyak tabungan dan dapat mengontrol jumlah anak. Tapi menurut remaja yang
menyatakan tidak setuju usia standar tersebut menyatakan bahwa membatasi usia pernikahan itu adalah tidak perlu karena semua bebas dalam menentukan
pilihannya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 44 Tujuan Standar Usia Untuk Mengontrol Jumlah Kelahiran Bayi
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Setuju
14 21.5
4 19.0
Setuju 40
61.5 11
52.4 Tidak setuju
10 15.4
5 23.8
Sangat Tidak Setuju 1
1.5 1
4.8 Total
65 100.0
21 100.0
Sumber: P.31 FC.35
Tabel frekuensi ”Tingkat respon remaja bahwa tujuan standar usia untuk mengontrol jumlah kelahiran bayi” diatas dapat diberikan analisis deskriptif
sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden dengan pendapat sangat setuju
ada sebanyak 14 orang dengan persentase 21.5, responden yang setuju ada sebanyak 40 orang dengan persentase 61.5, dan yang tidak setuju ada sebanyak
10 orang dengan persentase 15.4 serta memberikan pendapat sangat tidak setuju ada sebanyak 1 orang dengan persentase 1.5.
Pada remaja di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden dengan pendapat sangat setuju ada sebanyak 4 orang dengan persentase 19.0,
responden yang setuju ada sebanyak 11 orang dengan persentase 52.4, dan yang tidak setuju ada sebanyak 5 orang dengan persentase 23.8 serta memberikan
pendapat sangat tidak setuju ada sebanyak 1 orang dengan persentase 4.8. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa lebih dari 50 remaja
menyatakan setuju dengan alasan untuk menghindari banyaknya jumlah kelahiran yang ada karena semakin cepat menikah maka akan semakin banyak anak yang
akan dilahirkan.
Tabel 45 Kerugian Pihak Perempuan Menikah Diusia Dini Oleh Pihak Medis
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada Frekuensi
Persen Frekuensi
Persen
Universitas Sumatera Utara
Valid Sangat Setuju
14 21.5
5 23.8
Setuju 40
61.5 14
66.7 Tidak Setuju
11 16.9
2 9.5
Sangat Tidak Setuju
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.32 FC.36
Berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat respon remaja akan kerugian pihak perempuan menikah diusia dini oleh pihak medis” diatas dapat diberikan analisis
deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui remaja yang sangat
setuju dengan pernyataan bahwa kerugian pihak perempuan menikah diusia dini oleh pihak medis ada sebanyak 14 orang dengan persentase 21.5, responden
yang setuju ada sebanyak 40 orang dengan persentase 61.5, dan responden yang tidak setuju mengenai pernyataan kerugian pihak perempuan menikah diusia dini
oleh pihak medis ada sebanyak 11 orang dengan persentase 16.9. Tidak ada responden yang sangat tidak setuju akan hal ini.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui remaja yang sangat setuju dengan pernyataan bahwa kerugian pihak perempuan
menikah diusia dini oleh pihak medis ada sebanyak 5 orang dengan persentase 23.8, responden yang setuju ada sebanyak 14 orang dengan persentase 66.7,
dan responden yang tidak setuju mengenai pernyataan kerugian pihak perempuan menikah diusia dini oleh pihak medis ada sebanyak 2 orang dengan persentase
9.5. Tidak ada responden yang sangat tidak setuju akan hal ini. Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa lebih dari sebagian
remaja setuju bahwa dari segi medis pihak perempuan akan mengalami kerugian jika melakukan pernikahan diusia dini dengan alasan bahwa keadaan rahim belum
siap untuk mengandung dan mental untul memiliki anak belum cukup. Hanya terdapat jumlah yang sangat kecil remaja yang tidak setuju bahwa pihak
perempuan akan mengalami kerugian dari segi medis jika menikah diusia dini.
Tabel 46 Perceraian Akibat dari Pernikahan Diusia Dini
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada Frekuensi
Persen Frekuensi
Persen
Universitas Sumatera Utara
Valid Sangat Setuju
9 13.8
Setuju 33
50.8 13
61.9 Tidak Setuju
12 18.5
6 28.6
Sangat Tidak Setuju 11
16.9 2
9.5 Total
65 100.0
21 100.0
Sumber: P.33 FC.37
Analisis deskriptif berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat respon remaja akan pernyataan perceraian adalah akibat dari pernikahan diusia dini” diatas dapat
diberikan sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N=65 orang, responden yang memberikan pendapat
sangat setuju bahwa perceraian adalah akibat dari pernikahan diusia dini ada sebanyak 9 orang dengan persentase 13.8, responden yang memberikan
pendapat setuju bahwa perceraian adalah akibat dari pernikahan diusia dini ada sebanyak 33 orang dengan persentase 50.8 dan yang tidak setuju ada sebanyak
12 orang dengan dengan persentase 18.5. Dan ada 11 responden yang memberikan pendapat sangat tidak setuju dengan persentase 16.9.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N=21 orang, tidak ada responden yang memberikan pendapat sangat setuju bahwa perceraian adalah
akibat dari pernikahan diusia dini, responden yang memberikan pendapat setuju bahwa perceraian adalah akibat dari pernikahan diusia dini ada sebanyak 13 orang
dengan persentase 61.9 dan yang tidak setuju ada sebanyak 6 orang dengan dengan persentase 28.6. Dan ada 2 responden yang memberikan pendapat
sangat tidak setuju dengan persentase 9.5. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian remaja setuju
kalau perceraian adalah akibat dari pernikahan diusia dini. Alasan mereka adalah karena dianggap belum cukup dewasa secara mental dan akan membuat repot
sehingga terhambat untuk menikmati masa muda. Selain itu, remaja yang tidak setuju menyebutkan bahwa perceraian bukan disebabkan pernikahan diusia dini.
Tabel 47 Hukum Islam Boleh Menikah Jika Sudah Berusia Akil Baligh
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Universitas Sumatera Utara
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Setuju
7 10.8
Setuju 28
43.1 11
52.4 Tidak Setuju
22 33.8
9 42.9
Sangat Tidak Setuju 8
12.3 1
4.8
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.34 FC.38
Berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat respon remaja mengenai hukum islam yang menyatakan syarat untuk menikah jika sudah berusia akil baligh”
diatas dapat diberikan analisis deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah
diketahui responden yang memberikan pendapat sangat setuju mengenai hukum islam yang menyatakan syarat untuk menikah jika sudah berusia akil baligh ada
sebanyak 7 orang dengan persentase 10.8, remaja yang memberikan pendapat setuju mengenai hukum islam yang menyatakan syarat untuk menikah jika sudah
berusia akil baligh ada sebanyak 28 orang 43.1, dan responden yang tidak setuju ada sebanyak 22 orang dengan persentase 33.8 . Sebanyak 8 orang yang
memberikan pendapat sangat tidak setuju dengan presentase 12.3. Pada remaja berputus sekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah
diketahui tidak ada responden yang memberikan pendapat sangat setuju mengenai hukum islam yang menyatakan syarat untuk menikah jika sudah berusia akil
baligh, remaja yang memberikan pendapat setuju mengenai hukum islam yang menyatakan syarat untuk menikah jika sudah berusia akil baligh ada sebanyak 11
orang 52.4, dan responden yang tidak setuju ada sebanyak 9 orang dengan persentase 42.9 . Sebanyak 1 orang yang memberikan pendapat sangat tidak
setuju dengan presentase 4.8. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa yang menyatakan setuju dan
tidak setuju memiliki persentase yang perbedaannya hanya sedikit yaitu sebesar 10 pada remaja putus sekolah dan remaja bersekolah. Alasan remaja
menyatakan tidak setuju adalah karena terlalu cepat untuk menikah pada usia remaja sedangkan pola pikiran belum dewasa.
Tabel 48 Pendidikan Rendah Dapat Mempersulit Mendapatkan Pekerjaan Layak
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat setuju
13 20.0
3 14.3
Setuju 45
69.2 16
76.2 Tidak Setuju
7 10.8
2 9.5
Sangat Tidak setuju
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.35 FC.39
Tabel frekuensi ”Tingkat respon remaja mengenai pengaruh pendidikan rendah yang dapat mempersulit mendapatkan pekerjaan yang layak” dapat
diberikan analisis deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N=65 orang, telah diketahui
responden yang memberikan sangat setuju mengenai pengaruh pendidikan rendah yang dapat mempersulit mendapatkan pekerjaan yang layak ada sebanyak 13
orang dengan persentase 20.0, responden yang memberikan pendapat setuju ada sebanyak 45 orang dengan persentase 69.2, dan remaja yang tidak setuju ada
sebanyak 7 orang dengan persentase 10.8, dan tidak ada remaja yang
menyatakan sangat tidak setuju.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N=21 orang, telah diketahui responden yang memberikan sangat setuju mengenai pengaruh pendidikan rendah
yang dapat mempersulit mendapatkan pekerjaan yang layak ada sebanyak 3 orang dengan persentase 14.3, responden yang memberikan pendapat setuju ada
sebanyak 16 orang dengan persentase 76.2, dan remaja yang tidak setuju ada sebanyak 2 orang dengan persentase 9.5, dan tidak ada remaja yang menyatakan
sangat tidak setuju. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa terdapat lebih dari 60 remaja
yang sangat setuju dan setuju pada remaja bersekolah dan putus sekolah mengenai pernyataan bahwa pendidikan rendah dapat mempersulit mendapatkan pekerjaan
yang layak. Sementara kurang dari 15 yang tidak setuju pada kedua kelompok bahwa pendidikan rendah tidak mempersulit mendapatkan pekerjaan yang layak.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 49 Kurangnya Kemampuan Keluarga Mencukupi Kebutuhan Rumah Tangga
Dapat Menimbulkan Berbagai Tekanan
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Setuju
16 24.6
3 14.3
Setuju 44
67.7 17
81.0 Tidak Setuju
4 6.2
1 4.8
Sangat Tidak Setuju 1
1.5 Total
65 100.0
21 100.0
Sumber: P.36 FC.40
Analisis deskriptif berdasarkan tabel frekuensi ”Tingkat respon remaja mengenai berbagai tekanan yang ditimbulkan akibat kurangnya kemampuan
keluarga mencukupi kebutuhan keluarga” diatas dapat diberikan sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecmatan Medan Labuhan
N= 65 orang, telah diketahui responden yang memberikan pendapat sangat setuju mengenai berbagai tekanan yang ditimbulkan akibat kurangnya kemampuan
keluarga mencukupi kebutuhan keluarga ada sebanyak 16 orang dengan persentase 24.6, responden yang setuju ada sebanyak 44 orang dengan
persentase 67.7, dan responden yang tidak setuju ada 4 orang dengan persentase 6.2 serta responden yang sangat tidak setuju ada 1 orang dengan persentase
1.5. Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui
responden yang memberikan pendapat sangat setuju mengenai berbagai tekanan yang ditimbulkan akibat kurangnya kemampuan keluarga mencukupi kebutuhan
keluarga ada sebanyak 3 orang dengan persentase 14.3, responden yang setuju ada sebanyak 17 orang dengan persentase 81.0, dan responden yang tidak setuju
ada 1 orang dengan persentase 4.8 serta tidak ada responden yang sangat tidak setuju.
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa lebih dari 60 remaja yang sangat setuju dan setuju bahwa berbagai tekanan dapat ditimbulkan akibat
kurangnya kemampuan keluarga mencukupi kebutuhan keluarga pada kedua kelompok ini. Sementara hanya kurang dari 7 orang responden yang tidak setuju
Universitas Sumatera Utara
dan sangat tidak setuju bahwa berbagai tekanan yang ada ditimbulkan akibat kurangnya kemampuan keluarga mencukupi kebutuhan keluarga.
Tabel 50 Bersedia Untuk Melakukan Program Keluarga Berencana
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Bersedia
13 20.0
2 9.5
Bersedia 42
64.6 14
66.7 Tidak Bersedia
10 15.4
5 23.8
Sangat Tidak Bersedia
Total 65
100.0 21
100.0
Sumber: P.37 FC.41
Berdasarkan tabel frekuensi ”Kesediaan remaja untuk melakukan program keluarga berencana kelak” diatas dapat diberikan analisis deskriptif sebagai
berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang sangat bersedia melakukan
program keluarga berencana kelak ada sebanyak 13 orang dengan persentase 20.0, responden yang bersedia bahwa melakukan program keluarga berencana
kelak ada sebanyak 42 orang dengan persentase 64.6, dan responden yang tidak bersedia untuk melakukan program keluarga berencana kelak ada 10 orang
dengan persentase 15.4. Tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju untuk melakukan program keluarga berencana kelak.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden yang sangat bersedia melakukan program keluarga berencana kelak ada
sebanyak 2 orang dengan persentase 9.5, responden yang bersedia bahwa melakukan program keluarga berencana kelak ada sebanyak 14 orang dengan
persentase 66.7, dan responden yang tidak bersedia untuk melakukan program keluarga berencana kelak ada 5 orang dengan persentase 23.8. Tidak ada
satupun responden yang menyatakan sangat tidak setuju untuk melakukan program keluarga berencana kelak.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa lebih dari 60 remaja yang menyatakan sangat bersedia dan bersedia melakukan program keluarga berencana
kelak baik pada remaja putus sekolah dan bersekolah. Adapun beberapa alasan yang disebutkan yakni agar tidak memiliki banyak anak dan keluarga bahagia
dengan dua orang anak dapat tercapai.
Tabel 51 Setuju Merencanakan Menikah Diatas Usia 20 dan 25 Tahun
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Setuju
15 23.1
1 4.8
Setuju 40
61.5 18
85.7 Tidak Setuju
10 15.4
1 4.8
Sangat Tidak Setuju
Total 65
100.0 1
21 4.8
100.0
Sumber: P.38 FC.42
Tabel frekuensi ”Respon rencana remaja untuk menikah diatas usia 20 tahun perempuan dan 25 tahun Laki-laki” diatas dapat diberikan analisis
deskriptif sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang
memberikan pendapat sangat setuju mengenai rencana remaja untuk menikah diatas usia 20 tahun perempuan dan 25 tahun Laki-laki ada sebanyak 15 orang
dengan persentase 23.1, responden yang setuju ada sebanyak 40 orang dengan persentase 61.5, dan responden yang tidak setuju ada 10 orang dengan
persentase 15.4 serta tidak ada responden yang sangat tidak setuju. Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui
responden yang memberikan pendapat sangat setuju mengenai rencana remaja untuk menikah diatas usia 20 tahun perempuan dan 25 tahun Laki-laki ada
sebanyak 1 orang dengan persentase 4.8, responden yang setuju ada sebanyak 18 orang dengan persentase 85.7, dan responden yang tidak setuju ada 1 orang
dengan persentase 4.8 serta ada 1 responden dengan persentase 4.8 yang sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa remaja bersekolah memiliki persentase setuju dengan rencana menikah diatas usia 20 tahun perempuan dan
25 tahun Laki-laki lebih besar daripada remaja putus sekolah. Sementara hanya 12 orang remaja yang tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk menikah diatas
usia 20 tahun perempuan dan 25 tahun Laki-laki, 10 orang pada remaja putus sekolah, 1 orang remaja bersekolah.
Tabel 52 Menikah Kelak Setuju Memiliki Dua Orang Anak Saja
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid sangat Setuju
13 20.0
Setuju 38
58.5 15
71.4 Tidak Setuju
13 20.0
6 28.6
Sangat Tidak Setuju 1
1.5 Total
65 100.0
21 100.0
Sumber: P.39 FC.43
Berdasarkan tabel frekuensi ”Respon remaja untuk memiliki dua orang anak saja jika menikah kelak” dapat diberikan analisis deskriptif sebagai berikut:
dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang sangat setuju memiliki dua orang
anak saja jika menikah kelak ada sebanyak 13 orang dengan persentase 20.0, responden yang memberikan pendapat setuju ada sebanyak 38 orang dengan
persentase 58.5, dan responden yang tidak setuju ada sebanyak 13 orang dengan persentase 20.0, serta yang sangat tidak setuju ada 1 orang responden dengan
persentase 1.5.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui tidak ada responden yang sangat setuju memiliki dua orang anak saja jika
menikah kelak ada, responden yang memberikan pendapat setuju ada sebanyak 15 orang dengan persentase 71.4, dan responden yang tidak setuju ada sebanyak 6
orang dengan persentase 28.6, serta tidak ada responden yang sangat tidak setuju.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa terdapat 66 orang remaja yang sangat setuju dan setuju untuk memiliki dua orang anak saja jika menikah kelak
yang 15 respondennya berasal dari remaja bersekolah. Mereka memberikan alasan bahwa dengan dua orang anak dapat membagi kasih sayang dengan lebih mudah
dan sudah cukup bahagia dengan dua anak saja. Sementara ada 20 orang yang tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk memiliki dua orang anak saja jika
menikah kelak.
Tabel 53 Tambah Anak Jika Memiliki Dua Orang Anak Perempuan Saja
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Cukup
16 24.6
3 14.3
Cukup 26
40.0 8
38.1 Tidak Cukup
21 32.3
9 42.9
Sangat Tidak Cukup 2
3.1 1
4.8 Total
65 100.0
21 100.0
Sumber: P.40 FC.44
Tabel frekuensi ”Reaksi remaja jika memiliki dua orang anak saja yang berjenis kelamin perempuan” pada tabel diatas dapat diberikan analisis deskriptif
sebagai berikut: dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang sangat cukup
dengan memiliki dua orang anak saja yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 16 orang dengan persentase 24.6, responden yang menyatakan cukup
memiliki dua orang anak saja yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 26 orang dengan persentase 40.0, dan remaja yang menyatakan tidak cukup
memiliki dua orang anak saja yang berjenis kelamin perempuan ada 21 karyawan dengan persentase 32.3. Terdapat 2 orang responden dengan persentase 3.1
yang menyatakan sangat tidak cukup memiliki dua orang anak saja yang berjenis kelamin perempuan.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden yang sangat cukup dengan memiliki dua orang anak saja yang berjenis
Universitas Sumatera Utara
kelamin perempuan ada sebanyak 3 orang dengan persentase 14.3, responden yang menyatakan cukup memiliki dua orang anak saja yang berjenis kelamin
perempuan ada sebanyak 8 orang dengan persentase 38.1, dan remaja yang menyatakan tidak cukup memiliki dua orang anak saja yang berjenis kelamin
perempuan ada 9 karyawan dengan persentase 42.9. Terdapat 1 orang responden dengan persentase 4.8 yang menyatakan sangat tidak cukup memiliki dua orang
anak saja yang berjenis kelamin perempuan. Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa pada remaja putus sekolah
jumlah responden yang menyatakan setuju dengan yang tidak setuju memiliki perbedaan yang sangat kecil, hanya 8 lebih banyak menyatakan setuju. Berbeda
dengan remaja putus sekolah, remaja yang bersekolah memiliki kecenderungan tidak setuju yang lebih banyak dibandingkan remaja yang setuju yaitu jika
menikah, ingin memiliki dua orang anak dengan jenis kelamin laki- laki dan perempuan dengan alasan ingin memiliki penerus keluarga dan memiliki anak
yang lengkap.
Tabel 54 Tambah Anak Jika Punya Dua Orang Anak Laki- Laki
Kecamatan Medan Labuhan
SMA Gajah Mada
Frekuensi Persen
Frekuensi Persen
Valid Sangat Cukup
12 18.5
1 4.8
Cukup 36
55.4 12
57.1 Tidak Cukup
14 21.5
6 28.6
Sangat Tidak Cukup 3
4.6 2
9.5 Total
65 100.0
21 100.0
Sumber: P.41 FC.45
Berdasarkan tabel frekuensi ”Reaksi remaja jika memiliki dua orang anak laki- laki saja” yang ada diatas, dapat diberikan analisis deskriptif sebagai berikut:
dengan jumlah sampel pada remaja putus sekolah di Kecamatan Medan Labuhan N= 65 orang, telah diketahui responden yang menyatakan sangat cukup dengan
memiliki dua orang anak laki- laki saja ada sebanyak 12 orang dengan persentase 18.5, responden yang menyatakan cukup dengan memiliki dua orang anak laki-
Universitas Sumatera Utara
laki saja ada sebanyak 36 orang dengan persentase 55.4, responden yang menyatakan tidak cukup memiliki dua orang anak laki- laki saja ada 14 orang
dengan persentase 21.5, dan responden yang menyatakan sangat tidak cukup memiliki dua orang anak laki- laki saja ada 3 orang dengan persentase 4.6.
Pada remaja bersekolah di SMA Gajah Mada N= 21 orang, telah diketahui responden yang menyatakan sangat cukup dengan memiliki dua orang anak laki-
laki saja ada sebanyak 1 orang dengan persentase 4.8, responden yang menyatakan cukup dengan memiliki dua orang anak laki- laki saja ada sebanyak
12 orang dengan persentase 57.1, responden yang menyatakan tidak cukup memiliki dua orang anak laki- laki saja ada 6 orang dengan persentase 28.6, dan
responden yang menyatakan sangat tidak cukup memiliki dua orang anak laki- laki saja ada 2 orang dengan persentase 9.5.
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan responden yang menyatakan sangat cukup dan cukup lebih banyak daripada yang tidak cukup. Sebagian memberikan
alasan cukup karena menganggap sudah cukup dengan memiliki penerus keluarga tanpa harus ada perempuan. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju
menginginkan keluarga yang lengkap dengan keturunan laki- laki dan perempuan.
IV.3. ANALISIS TABEL SILANG