113
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2016
Tabel 0. Hasil tegakan kelapa sawit
Data Nilai m
Tinggi pohon maksimum 7,39
Tinggi pohon minimum 5,00
Rata-rata tinggi pohon 6,52
Standar deviasi 0,64
Selain tinggi pohon, parameter biomassa tegakan kelapa sawit lainnya yang diperoleh adalah DBH. DBH ini tidak didapatkan melalui proses pengolahan data LiDAR. DBH
didapatkan melalui persamaan yang dibuat berdasarkan data DBH 30 sampel kelapa sawit yang diukur langsung di lapangan. Berikut
ini merupakan persamaan yang didapatkan untuk menghitung DBH pohon kelapa sawit:
007 37
0263 ,
x ,
y
5 Dengan y merupakan DBH pohon kelapa sawit yang akan dicari m dan x merupakan tinggi pohon
kelapa sawit yang diketahui m, maka didapatkanlah DBH pohon kelapa sawit dengan asumsi faktor seperti pemupukan, cuaca, dan lingkungan sama pada setiap kelapa sawit maka didapatkan DBH
berkisar pada 50,17-56,44 cm.
3.3 Hasil Estimasi Biomassa Kelapa Sawit
Estimasi biomassa pada penelitian ini menggunakan tiga model alometrik. Pada Tabel 3.3 diperlihatkan model alometrik beserta hasil estimasi biomassa 1.778 pohon kelapa sawit di daerah studi dan jumlah
biomassa per tegakan kelapa sawit.
Tabel 4. Hasil estimasi biomassa dari tiga model alometrik
Hasil Estimasi Total Biomassa
ton Biomassa per
tegakan kg
Estimasi 1 422,63
237,70 Estimasi 2
382,97 210,16
Estimasi 3 423,35
238,10
Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Thenkabail 2002 Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Departemen Kehutanan Indonesia 2012
Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Muhdi 2015
Hasil biomassa yang didapatkan dari tiga model ini memberikan hasil yang tidak terlalu jauh namun tetap ada perbedaan. Hal seperti ini dapat terjadi karena adanya perbedaan penggunaan parameter saat
114
Intan Ika Apriani, Budhy Soeksmantono, Ketut Wikantika
perhitungan. Terdapat dua model alometrik yang menggunakan DBH dan terdapat pula model alometrik yang hanya menggunakan parameter tinggi pohon saja.
3.4 Hasil Estimasi Biomassa 30 Sampel Kelapa Sawit
Estimasi biomassa untuk 30 sampel kelapa sawit yang diukur dihitung dengan menggunakan tiga model alometrik, untuk hasil estimasi biomassa dengan menggunakan data tinggi pohon dan DBH yang
didapatkan dari pengukuran langsung di lapangan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil estimasi biomassa pohon berdasarkan data pengukuran lapangan
Hasil Estimasi Total
Biomassa kg
Biomassa per tegakan kg
Estimasi 1 7087,79
236,26 Estimasi 2
7046,63 234,89
Estimasi 3 6992,32
233,07
Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Thenkabail 2002 Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Departemen Kehutanan Indonesia 2012
Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Muhdi 2015
Kemudian dihitung pula estimasi biomassa dari 30 sampel kelapa sawit, namun data tinggi pohon yang digunakan adalah data tinggi pohon yang diperoleh dari LiDAR. Berikut ini pada Tabel 6 merupakan
hasil estimasi biomassa dengan menggunakan data tinggi pohon dari LiDAR.
Tabel 6. Hasil estimasi biomassa pohon berdasarkan data LiDAR
Hasil Estimasi Total
Biomassa kg
Biomassa per tegakan kg
Estimasi 1 6972,08
232,40 Estimasi 2
6739,57 224,65
Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Thenkabail 2002 Perhitungan dengan menggunakan model alometrik Muhdi 2015
Berdasarkan hasil perhitungan biomassa dari 30 sampel tersebut maka dapat dilihat perbedaan biomassa yang dihasilkan dari tinggi pohon yang didapatkan dari LiDAR dan tinggi pohon yang didapatkan dari
hasil perhitungan langsung. Jadi apabila dilakukan perhitungan biomassa pada satu tegakan kelapa sawit dengan parameter biomassa didapatkan dari data LiDAR maka hasil biomassa yang didapatkan akan
memiliki selisih sebesar 3,87 kg terhadap hasil pengukuran di lapangan.