Akibat Hukum Putusan Nomor 134 KPdt.SusPKPU2014 terhadap

d. Pasal 149 ayat 1 jo Pasal 118 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan Kreditur Separatis pada prinsipnya tidak berhak mengeluarkan suara dalam rapat kreditur. Namun jika kreditur separatis telah melepaskan haknya sebagai kreditur separatis waiver menjadi kreditur konkuren, ia memiliki hak yang sama dengan kreditur konkuren lainnya, misalnya rencana perdamaian yang diajukan debitur tidak diterima kreditur. Kondisi seperti ini hanya akan terjadi dalam hal hak kreditur separatis untuk didahulukan dibantah dalam rapat verifikasi. Terhadap tagihan kreditur separatis yang dibantah ini, Pasal 118 ayat 2 menegaskan bahwa tagihannya harus dimasukkan dalam daftar piutang yang diakui sementara. Pasal 113, Pasal 115, Pasal 117 dan Pasal 126 Undang-Undang Kepailitan tentang rapat verifikasi dimana semua tagihan diajukan untuk diverifikasi. Hasilnya adalah ada tagihan yang diakui admitted debt, diakui sementara provisionally admitted debt atau dibantah denied debt oleh debitur. Hakim Pengawas berperan dalam hal ini karena iadapat mengakui sementara piutang yang diajukan tapi debitur juga berhak membantah yang diakui sementara oleh Hakim Pengawas tersebut. Selanjutnya, tagihan-tagihan yang diajukan di rapat verifikasi akan dikategorikan sebagai piutang yang diakui admitted claim, yang diakui sementara provisionally admitted claim dan piutang yang dibantah disputed claim.

C. Akibat Hukum Putusan Nomor 134 KPdt.SusPKPU2014 terhadap

Kedudukan Kreditur Separatis dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU Akibat Hukum atas penetapan PKPU yaitu, selama PKPU berlangsung, debitur tanpa persetujuan dari pengurus, tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. Apabila debitur melanggar ketentuan tersebut, pengurus berhak untuk melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta debitur tidak dirugikan karena tindakan debitur tersebut. Kewajiban debitur yang dilakukan tanpa mendapatkan persetujuan dari pengurus yang timbul setelah dimulainya PKPU, hanya dapat dibebankan kapada harta debitur, sejauh hal itu menguntungkan harta debitur. Pasal 242 ayat 1 UUK dan PKPU menentukan bahwa selama berlangsungnya PKPU, debitur tidak dapat dipaksa membayar utang-utangnya, termasuk melakukan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai untuk memperoleh pelunasan utang, harus ditangguhkan. Kecuali telah ditetapkan tanggal yang lebih awal dari pengadilan berdasarkan permintaan pengurus, semua sitaan yang diletakan gugur, dan dalam hal debitur disandera, debitur harus dilepaskan segera setelah diucapkan putusan PKPU tetap atau setelah putusan pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap. Kemudian atas permintaan pengurus dan hakim pengawas, jika masih diperlukan, pengadilan wajib mengangkat sita yang diletakan atas benda yang termasuk harta debitur. Jumlah Kreditur Separatis yang terdaftar dalam Daftar Kreditur sementara PT.Saripari Pertiwi Abadi Dalam PKPU adalah sebanyak 6 Kreditur; 1. Jumlah Kreditur Separatis yang mempunyai hak suara yang hadir dalam voting adalah 5 Kreditur dengan jumlah suara sebanyak 44705suara dengan persentase 100 ; 2. Jumlah Kreditur Separatis yang mempunyai hak suara yang hadir dan tidak menyetujui perpanjangan dalam PKPU tetap 5 Kreditur dengan jumlah suarasebanyak 44705 dengan persentase 100; Berdasarkan hasil voting tertanggal 16 Juli 2013 secara yuridis perpanjang PKPU sementara menjadi PKPU Tetap tidak dapat dilaksanakan namun oleh karena: 1. Verifikasi dari Tim Pengurus belum selesai dari keseluruhan 225 kreditur masih ada 107 kreditur yang masih menunggu untuk diverifikasi 2. Dari 118 Kreditur yang sudah diverifikasi masih ada 6 yang dispute: 1 Kreditur seperatis, 5 Kreditur Konkuren; 3. Tim Pengurus sedang menjadwalkan bertemu dengan calon investor startegis; 4. Tim Pengurus perlu waktu berkordinasi dengan Tim Pengurus Perkara PKPU PT. Alas Watu Utama; 5. Adanya proposal perdamaian yang baru diajukan oleh Termohon Debitur yang masih perlu perubahan lebih lanjut , dimana seluruh kreditur konkuren menginginkan pembahasan tersebut. Sesuai Pasal 278 UUK dan PKPU, Tim Pengurus perlu memberi pendapat tertulis atas rencana perdamaian dan Pasal 145 UUK dan PKPU, rencana Perdamaian dibahas setelah verifikasi selesai; Maka oleh karenanya Hakim pengawas memberikan rekomendasi untuk dapat memberikan perpanjangan waktu kembali dari PKPU tetap dengan perpanjang waktu 50 hari menjadi PKPU Tetap; Demikian laporan saya sebagai Hakim Pengawas atas proses PKPU sementara sampai dengan tanggal 16 Juli 2013. Sebagaimana telah diuraikan di atas sebagaimana dalam daftar pemungutan suara terlampir, namun demikian segala sesuatunya saya serahkan kepada majelis Hakim untuk memutuskannya. Persidangan Permusyawaratan Majelis Hakim dalam Proses PKPU PT. Saripari Pertiwi Abadi dalam PKPU telah hadir Tim Pengurus, Debitur dan para Kreditur dan membenarkan laporan hakim Pengawas tersebut; Bahwa berdasarkan Pasal 228 ayat 1 UUK dan PKPU maka Majelis Hakim wajib mendengar Debitur, Hakim Pengawas, Tim Pengurus dan Para Kreditur; Dengan demikian maka permohonan pemberian PKPU Tetap yang diajukan oleh debitur tidak dapat dikabulkan karena tidak disetujui ditolak oleh seluruh kreditur separatis. Seluruh kreditur separatis menilak untuk memberikan persetujuan terhadap permohonan PKPU Tetap yang diajukan oleh debitur. Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon mohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar memberikan putusan. Berdasarkan Pasal 229 ayat 1 UUK dan PKPU, untuk dapat diberikan PKPU tetap maka harus mendapatkan persetujuan dari Kreditur Konkuren dan Kreditur Separatis. Adapun bunyi dari Pasal 229 ayat 1 UUK dan PKPU adalah sebagai berikut: “Pemberian penundaan kewajiban pembayaran utang tetap berikut perpanjangannya ditetapkan oleh Pengadilan berdasarkan: a. persetujuan lebih dari 12 satu perdua jumlah kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara di akui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut, dan b. persetujuan lebih dari 12 satu perdua jumlah Kreditur yang piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruhtagihan Kreditur atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut; Akibat putusan PKPU dengan dikabulkannya permohonan PKPU maka berlakulah hal-hal sebagai berikut : 1. Selama PKPU berlangsung, terhadap debitur tidak dapat diajukan permohonan pailit 2. Diangkat seorang Hakim Pengawas yang tugasnya mirip dengan Hakim Pengawas dalam Kepailitan 3. Diangkatnya seorang atau lebih pengurus yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kekayaan debitur. 4. Debitur tetap dapat melakukan tindakan pengurusan dan pengalihan atas kekayaanya asalkan mendapat persetujuan pengurus. 5. Tindakan debitur atas kekayaannya tanpa persetujuan Pengurus adalah tidak mengikat kekayaannya. Pasal 184 HIR, 195 RBg ditentukan, setiap putusan hakim harus memuat ringkasan yang nyata dari tuntutan dan jawaban serta alasan putusan itu, putusan tentang pokok perkara dan banyaknya ongkos perkara, pemberitahuan hadir tidaknya kedua belah pihak pada waktu putusan dijatuhkan. Dalam putusan hakim yang berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu, peraturan perundang- undangan itu harus disebutkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan Dan Manfaatnya Bagi Pihak Debitor Dan Kreditor. (Studi Kasus Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

0 45 211

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

Pembebanan Harta Pailit Dengan Gadai Dalam Pengurusan Harta Pailit Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaankewajiban Pembayaran Utang

0 10 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 19