Sistematika Penulisan Syarat dan

lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu dengan mencari, mempelajari, dan mencatat serta menginterpretasikan hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian. 12 4. Analisis data Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analistis, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis secara pendekatan kualitatif terhadap data sekunder yang didapat. Deskriptif tersebut, meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum. 13 Bahan hukum yang dianalisi secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan hukum, selanjutnya semua bahan hukum diseleksi dan diolah, kemudian dinyatakan secara deskriptif sehingga menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, sehingga memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi ini oleh penulis dimaksudkan untuk memberikan perincian secara garis besar isi dari skripsi ini. Dalam penyusunannya skripsi ini akan dibagi menjadi 5 lima bab dengan susunan sebagai berikut: 12 Ibid., hlm 225 13 Ibid., hlm 225 BAB I PENDAHULUAN Bab ini diuraikan mengenai latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH DEBITUR Bab ini menguraikan mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU, syarat dan prosedur Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU yang diajukan debitur, akibat hukum dari Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU serta berlaku Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU BAB III PENGADILAN NIAGA SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG PKPU Bab ini menguraikan kedudukan Pengadilan Niaga dalam sistem peradilan di Indonesia, bentuk sengketa dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU yang menjadi ranah Pengadilan Niaga dan Pengadilan Niaga sebagai lembaga penyelesaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU BAB IV PENETAPAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TETAP OLEH PENGADILAN NIAGA TERKAIT ADANYA KREDITUR SEPARATIS MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 Bab ini menguraikan syarat penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU sementara ke Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU tetap dan Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU tetap oleh Pengadilan Niaga terkait adanya kreditur separatis serta akibat hukum putusan nomor 134 KPdt.SusPKPU2014 terhadap kedudukan kreditur separatis dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Memuat uraian tentang kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan dari permasalahan yang ada dan alternatif pemecahan masalah. 21 BAB II PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH DEBITUR

A. Syarat dan

Prosedur Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU yang Diajukan Oleh Debitur Sebelum keluarnya UUK dan PKPU, peraturan perundang-undangan yang digunakan untuk menyelesaikan utang piutang antara Kreditur dan Debitur adalah Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. PKPU adalah suatu keringanan yang diberikan kepada suatu debitur untuk menunda pembayaran utangnya, si debitur mempunyai harapan dalam waktu yang relatif tidak lama akan memperoleh penghasilan yang akan cukup melunasi semua utang- utangnya. 14 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU adalah masa tertentu yang diberikan oleh Pengadilan Niaga bagi debitur yang tidak dapat atau memperkirakan tidak akan dapat membayarkan utang stelah jatuh tempo dan dapat ditagih, untuk menegoisasikan cara pembayarannya kepada kreditur baik sebagian maupun seluruhnya termasuk merestrukturisasinya apabila dianggap perlu dengan mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utangnya kepada kreditur. PKPU adalah prosedur hukum atau upaya hukum yang memberikan hak kepada setiap debitur maupun kreditur 14 Robinton Sulaiman dan Joko Prabowo. Lebih Jauh Tentang Kepailitn Tinjauan Yuridis: Tanggung Jawab Komisaris, Direksi dan pemegang Saham Terhadap Perusahaan Pailit Karawaci: Pusat study Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitaas Pelita Harapan, 2000, hlm 32. yang tidak dapat memperkirakan melanjutkan pembayaran utangnya, yang sudah jatuh tempo. 15 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau disebut juga moratorium, harus dibedakan dengan gagal bayar, karena gagal bayar secara esensial berarti bahwa seorang debitur tidak melakukan pembayaran utangnya. Gagal bayar terjadi apabila si peminjam tidak mampu untuk melaksanakan pembayaran sesuai dengan jadwal pembayaran yang disepakati baik atas bunga maupun atas utang pokok. Dengan demikian pihak yang harus berinisiatif untuk mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang adalah pihak debitur, yakni PKPU dapat diajukan secara sukarela oleh debitur yang telah memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat membayar utang-utangnya. PKPU terbagi dalam dua 2 tahap, yaitu tahap PKPU Sementara dan tahap PKPU Tetap. Berdasarkan Pasal 225 ayat 2 UUK dan PKPU, Pengadilan Niaga harus mengabulkan permohonan PKPU sementara. PKPU sementara diberikan untuk jangka waktu 45 hari, sebelum diselenggarakan rapat kreditur untuk memberikan kesempatan kepada debitur untuk mempresentasikan rencana perdamaian yang diajukannya. Sedangkan PKPU tetap diberikan untuk jangka waktu maksimum 270 hari, apabila pada hari ke-45 atau apat kreditur belum dapat memberikan suara mereka terhadap rencana perdamaian tersebut Pasal 228 Ayat 6 UUK dan PKPU. PKPU adalah suatu keringanan yang diberikan kepada suatu debitur untuk menunda pembayaran utangnya, si debitur mempunyai harapan dalam waktu yang relatif tidak lama akan memperoleh penghasilan yang akan cukup melunasi semua utang-utangnya. 15 Adrian Sutedi. Hukum Kepailitan Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, hlm 37 debitur yang sudah tidak dapat atau diperkirakan tidak akan dapat melanjutkan pembayaran utang-utangnya, di mana permohonan itu sendiri mesti ditandatangani oleh debitur atau kreditur bersama-sama dengan advokat, dalam hal ini lawyer yang mempunyai ijin praktek Pasal 224, ayat 1 UUK dan PKPU. Penyelesaian utang piutang antara debitur dan kreditur, seorang debitur yang hanya mempunyai satu kreditur dan debitur tersebut tidak membayar utangnya dengan sukarela, maka kreditur akan menggugat debitur secara perdata ke Pengadilan Negeri yang berwenang dan seluruh harta debitur menjadi sumber pelunasan utangnya kepada kreditur tersebut. Hasil bersih eksekusi harta debitur dipergunakan untuk membayar piutang kreditur. Sebaliknya dalam hal debitur mempunyai banyak kreditur dan harta kekayaan mendapatkan pembayaran bagi semua orang berpiutang secara adil. 16 Menurut pendapat Munir Fuady, PKPU ini adalah suatu periode waktu tertentu yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan Pengadilan Niaga, dimana dalam periode waktu tersebut kepada kreditur dan debitur diberikan kesepakatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utang-utangnya dengan memberikan rencana perdamaian composition plan terhadap seluruh atau sebagian utangnya itu, termasuk apabita perlu merestrukturisasi utangnya tersebut. Dengan demikian PKPU merupakan semacam moratorium dalam hal ini legal moratorium. Asas-asas dalam PKPU antara lain : 16 Subekti.Pokok Pokok Hukum Perdata Jakarta: Intermasa, 2001, hlm 230. 1. Asas keseimbangan Merupakan perwujudan dari asas keseimbangan yaitu, di satu pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga Kepailitan oleh Debitur yang tidak jujur, di lain pihak, terdapat ketentuan yang dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga kepailitan oleh kreditur yang tidak beritikad baik. 2. Asas kelangsungan Usaha Terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan debitur yang prospektif tetap dilangsungkan. 3. Asas keadilan Bahwa ketentuan mengenai kepailitan dapat memenuhi rasa keadilan bagi para pihak yang berkepentingan. Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya kesewenangwenangan pihak penagih yang mengusahakan pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap debitur, dengan tidak memperdulikan Kreditur lainya. 4. Asas integrasi Bahwa sistem hukum Formil dan hukum materiilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari sistem hukum perdata dan hukum acara perdata nasional Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU diberikan hanya pada saat-saat debitur benar-benar sudah tidak mampu yang harus dibuktikan dengan putusan pengadilan. Selain itu, dikenal pula empat 4 kualifikasi suatu perusahaan berdasarkan ukuran solvabilitas dengan likuiditas, yaitu: 1. Solvabel Likuid, jika jumlah seluruh harta kekayaan perusahaan itu lebih besar dari jumlah utangnya dan perusahaan itu mampu melunasi utang-utang dan kewajiban-kewajibannya yang lain tepat pada waktunya 2. Solvabel Illikuid, jika seluruh harta kekayaan perusahaan berikut utangnya lebih besar dari utang-utangnya, tetapi perusahaan itu tidak dapat melunasi utang-utangnya tepat pada waktunya. 3. Insolvabel Likuid, jika seluruh harta kekayaan perusahaan berikut utangnya lebih kecil dari utang-utangnya, tetapi perusahaan tersebut masih dapat melunasi utang-utangnya tepat pada waktunya. 4. Iinsolvable Illikuid, jika seluruh harta kekayaan perusahaan termasuk piutang, lebih kecil dari jumlah seluruh utang-utangnya dan perusahaan itu tidak mampu dan berada dalam keadaan berhenti membayar paailit disebut insolvensi. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, upaya yang dapat dilakukan oleh debitur untuk dapat menghindari kepailitan adalah dengan melakukan upaya yang disebut PKPU. Upaya tersebut hanya dapat diajukan oleh debitur sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan oleh pengadilan, karena berdasarkan Pasal 229 ayat 3 UUK dan PKPU, permohonan PKPU harus diputuskan terlebih dahulu apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU sedang diperiksa pada saat yang bersaamaan. Permohonan PKPU yang diajukan setelah adanya permohonan pernyataan pailit yang diajukan terhadap debitur, dapat diputus terlebih dahulu sebelum permohonan pernyataan pailit diputuskan, maka menurut Pasal 229 ayat 4 UUK dan PKPU wajib permohonan PKPU itu diajukan pada sidang pertama permohonan pemeriksaan pernyataan pailit. 17 Di dalam PKPU Pasal 222 ayat 2 UUK dan PKPU menyatakan bahwa Debitur yang tidak dapat atau memperkirakan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada krediturnya. Permohonan PKPU oleh si debitur ini dilakukan sebelum permohonan pernyataan pailit diajukan oleh pihak lain kepada debitur. Namun, ada kalanya PKPU ini diajukan oleh si debitur pada saat permohonan pernyataan pailit si debitur oleh pihak lain telah dimohonkan ke pihak pengadilan. Apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU ini diperiksa pada saat yang bersamaan, maka PKPU inl harus diputus terlebih dahulu. Dalam penjelasan PKPU tidak secara tegas menyatakan tentang hal itu namun memerlukan analogi atau penafsiran yang lebih luas yaitu sebelum ada keputusan pernyataan pailit oleh hakim maka pemohonan PKPU masih bisa diajukan ke pengadilan yang sama, dan dalam hal ini hakim tetap harus mendahulukan permohonan PKPU. Munir Fuady dalam bukunya “Pengantar Hukum Bisnis” menyatakan: 18 Namun, PKPU bukanlah satu-satunya cara untuk melepaskan si debitur dari kepailitan dan likuidasi terhadap harta bendanya.Sedangkan menurut Sutan “Akan tetapi, ada kalanya juga sebenarnya permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU oleh debitur terpaksa dilakukan oleh debitur dengan tujuan untuk melawan permohonan pailit yang telah diajukan oleh para krediturnya. Jika diajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU padahal permohonan pailit telah dilakukan maka Hakim harus mengabulkan PKPU, dalam hal ini PKPU Sementara untuk jangka waktu 45 hari sementara gugatan pailit gugur demi hukum”. 17 Munir Fuady.Hukum Pailit dalam Teori dan Praktik Edisi Revisi Disesuaikan dengan UU Nomor 37 Tahun 2004, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005, hlm 98 18 Munir Fuady. Pengantar Hukum Bisnis Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 27 Remy Syahdeini dalam bukunya “Hukum Kepailitan” ada dua cara untuk melepaskan si debitur dari kepailitan ini: 19 1. Dengan mengajukan PKPU; 2. Dengan mengadakan perdamaian antara debitur dengan krediturnya, setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan. Perdamaian ini memang tidak dapat menghindarkan kepailitan, karena kepailitan itu sudah terjadi, akan tetapi apabila perdamaian itu tercapai maka kepailitan debitur yang telah diputus oleh pengadilan itu menjadi berakhir. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU agar debitur dapat terhindar dari ancaman harta kekayaannya dilikuidasi ketika debitur telah atau akan berada dalam keadaan insolven. Cara yang pertama adalah dengan mengajukan PKPU. PKPU diatur dalam Bab III, Pasal 222 sampai dengan Pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Berdasarkan Pasal 222 ayat 2 UU Kepailitan dan PKPU, debitur yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat melanjutkan pembayaran utang- utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat memohon penundaan pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditur. Istilah lain dari PKPU ini adalah suspension of payment atau Surseance van Betaling, maksudnya adalah suatu masa yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan hakim niaga di mana dalam masa tersebut kepada pihak kreditur dan debitur diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utangnya dengan memberikan rencana 19 Sutan Remy Sjahdeini. Hukum Kepailitan , Memahami Faillissementsverordening JunctoUndang-Undang No.4 Tahun 1998 Jakarta:Temprint, 2002 hlm. 124 pembayaran seluruh atau sebagian utangnya, termasuk apabila perlu untuk merestrukturisasi utangnya tersebut. 20 Cara yang kedua yang dapat ditempuh oleh debitur agar harta kekayaan terhindar dari likuidasi adalah mengadakan perdamaian antara debitur dengan para krediturnya setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan. Perdamaian itu memang tidak dapat menghindarkan kepailitan, karena kepailitan itu sudah terjadi, tetapi apabila perdamaian itu tercapai maka kepailitan debitur yang telah diputuskan oleh pengadilan itu menjadi berakhir. Cara ini pula debitur dapat menghindarkan diri dari pelaksanaan likuidasi terhadap harta kekayaannya sekalipun kepailitan sudah diputuskan oleh pengadilan. Perdamaian tersebut dapat mengakhiri kepailitan debitur hanya apabila dibicarakan bersama melibatkan semua kreditur. Apabila perdamaian hanya diajukan dan dirundingkan dengan hanya satu atau beberapa kreditur, maka kepailitan debitur tidak dapat diakhiri. Tujuan pengajuan PKPU, menurut Pasal 222 ayat 2 PKPU, adalah untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur. Menurut penjelasan Pasal 222 ayat 2 PKPU, yang dimaksud dengan kreditur adalah baik kreditur konkuren maupun kreditur yang didahulukan. PKPU adalah prosedur hukum atauupaya hukum yang memberikan hak kepada setiap debitur maupun kreditur yang tidak dapat memperkirakan melanjutkan pembayaran utangnya, yang sudah jatuh tempo. 21 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU dapat diajukan secara sukarela oleh debitur yang telah memperkirakan bahwa ia tidak akan dapat 20 Munir Fuady.Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 15 21 Adrian Sutedi.Hukum Kepailitan Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, hlm. 37 membayar utang-utangnya dan PKPU adalah suatu keringanan yang diberikan kepada suatu debitur untuk menunda pembayaran utangnya, debitur mempunyai harapan dalam waktu yang relatif tidak lama akan memperoleh penghasilan yang akan cukup melunasi semua utang-utangnya akikatnya PKPU berbeda dengan kepailitan, PKPU tidak berdasarkan pada keadaan dimana debitur tidak membayar utangnya atau insolven dan juga tidak bertujuan dilakukannya pemberesan budel pailit. PKPU tidak dimaksudkan untuk kepentingan debitur saja, melainkan juga untuk kepentingan para krediturnya. Menurut Fred B.G. Tumbuan, PKPU bertujuan menjaga jangan sampai seorang debitur, yang karena suatu keadaan semisal keadaan likuid dan sulit memperoleh kredit, dinyatakan pailit, sedangkan bila ia diberi waktu besar kemungkinan ia akan mampu untuk melunaskan utang-utangnya, jadi dalam hal ini akan merugikan para kreditur juga. 22 Prosedur permohonan PKPU diuraikan berdasarkan ketentuan Kreditur Oleh karenanya dengan memberi waktu dan kesempatan kepada debitur melalui PKPU maka debitur dapat melakukan reorganisasi usahanya ataupun restrukturisasi utang-utangnya, sehingga ia dapat melanjutkan usahanya dan dengan demikian ia dapat melunasi utang-utangnya. 224 PKPU yang berbunyi sebagai berikut 1. Permohonan PKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 harus diajukan kepada pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan ditandatangani oleh pemohon dan oleh advokadnya. 2. Dalam hal pemohon adalah debitur, permohonan PKPU harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, dan utang debitur beserta suratbukti secukupnya. 22 Ibid., hlm 329 3. Dalam hal pemohon adalah kreditur, pengadilan wajib memanggil debitur melaluijuru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7tujuh hari sebelum sidang. 4. Pada sidang sebagaimana dimaksud pada ayat 3, debitur mengajukan daftar yang memuat sifat, jumlah piutang dan utang debitur beserta surat bukti secukupnya dan bila ada rencana perdamaian. 5. Pada surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilampirkan rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222. 6. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Kreditur 6 ayat 1, ayat 2 , ayat 3, ayat 4 dan ayat 5 berlaku mutatis mutandis sebagai tata cara pengajuan PKPU sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Berdasarkan ketentuan Pasal 224 PKPU tersebut, maka permohonan PKPU harus diajukan secara tertulis kepada Pengadilan Niaga disertai dengan daftar uraian mengenai harta beserta surat-surat bukti selayaknya. Surat permohonan itu harus ditandatangani baik oleh debitur maupun penasehat hukumnya. 23 Terhadap permahonan PKPU yang diajukan ke Pengadilan Niaga, maka pengadilan terlebih dahulu akan memutus PKPU Sementara kepada debitur sebelum PKPU Tetap. Adapun tujuan PKPU Sementara ini adalah : 24 1. Agar segera tercapai keadaan diam stay atau standstill,sehingga memudahkan pencapaian kata sepakat diantara kreditur dengan debitur menyangkut pada rencana perdamaian yang dimaksudkan oleh debitu 2. Memberi kesempatan kepada debitur untuk menyusun rencana perdamaian berikut segala persiapan-persiapan yang diperlukan apabila rencana perdamaian belum dilampirkan dalam pengajuan PKPU sebelumnya Permohonan diajukan oleh debitur, pengadilan dalam waktu paling lambat 3 tiga hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan, sebagaimana dimaksud di atas, hakim harus mengabulkan PKPU Sementara dengan batas 23 Sutan Remi Syahdeini. Op.Cit., hlm 341 24 Ibid., hlm 344, waktu 45 hari dan harus menunjuk seorang hakim pengawas serta mengangkat satu orang atau lebih pengurus yang bersama-sama debitur mengurus harta si debitur. Namun apabila permohonan diajukan oleh kreditur, pengadilan dalam waktu paling lambat 20 hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan tersebut, harus mengabulkan PKPU Sementara dan harus menunjuk hakim pengawas serta mengangkat satu atau lebih pengurus yang bersama-sama debitur mengurus harta debitur tersebut. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara berlaku sejak tanggal PKPU Sementara tersebut ditetapkan dan berlangsung sampai dengan tanggal sidang yang paling lambat diselenggarakan pada hari ke 45 terhitung sejak PKPU Sementara ditetapkan. Segera setelah ditetapkannya putusan PKPU Sementara, pengadilan melalui pengurus wajib memanggil debitur dan kreditur dengan surat tercatat atau melalui kurir, untuk menghadap dalam sidang yang diselenggarakan paling lambat pada hari ke-45 terhitung setelah keputusan PKPU Sementara ditetapkan. Hakekatnya PKPU Tetap diberikan oleh para kreditur dan bukan oleh Pengadilan Niaga, dengan kata lain PKPU Tetap diberikan berdasarkan kesepakatan debitur dan para krediturnya mengenai rencana perdamaian yang diajukan oleh debitur. Dan Pengadilan Niaga hanya memberikan putusan pengesahan atau konfirmasi saja atas kesepakatan antara debitur dan para kreditur konkuren tersebut. Tidak dibenarkan bagi Pengadilan Niaga untuk mengeluarkan keputusan yang tidak sesuai dengan kehendak atau kesepakatan debitur dan para krediturnya. 25 Pasal 229 UUK dan PKPU menentukan bahwa pemberian PKPU Tetap berikut perpanjangannya ditetapkan oleh Pengadilan berdasarkan: 1. Persetujuan lebih dari 12 satu perdua jumlah kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau yang sementara diakui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut; dan 2. Persetujuan lebih dari 12 satu perdua jumlah Kreditur yang piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan Kreditur atau kuasanya yang hadir dalam sidang tersebut. Proses Pengajuan Permohonan Penundaan Pembayaran Utang. Pihak yang harus berinisiatif untuk mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang adalah pihak debitur dengan alasan bahwa debitur dalam keadaan tidak dapat atau diperkirakan tidak akan dapat melanjutkan pembayaran utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utangnya kepada kreditur Pasal 222 2 UUK dan PKPU. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang dapat juga diajukan oleh kreditur , jika ia debitur tidak dapat melanjutkan membayar utangnya sudah 25 Ibid., hlm 341. jatuh tempo dan dapat ditagih, maka debitur dapat memohon agar kepada debitur diberi penundaan kewajiban pembayaran utang, untuk memungkinkan debitur mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran utang diajukan debitur kepada Pengadilan dengan ditandatangani oleh debitur bersama-sama dengan lawyer penasehat hukumnya yang mempunyai izin praktek. Permohonan tersebut harus dilampirkan juga hal-hal sebagai berikut : 1. Daftar yang memuat sifat dan jumlah piutang, dan utang debitur . 2. Surat bukti secukupnya. Pasal 225 2 UUK dan PKPU dengan adanya permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang oleh debitur tersebut, maka selambat-lambatnya 3 hari dari sejak tanggal didaftarkan, hakim Pengadilan Niaga harus segera mengabulkan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang dan harus menunjuk seorang hakim pengawas dari Hakim Pengadilan dan mengangkat satu orang atau lebih pengurus yang bersama dengan debitur mengurus harta debitur. Jika permohona diajukan oleh kreditur, Pengadilan dalam waktu paling lambat 20 hari dari sejak tanggal didaftarkan, hakim Pengadilan Niaga harus segera mengabulkan penundaan sementara kewajiban pembayaran utang dan harus menunjuk seorang hakim pengawas dari Hakim Pengadilan dan mengangkat satu orang atau lebih pengurus yang bersama dengan debitur mengurus harta debitur Pasal 226 1 UUK dan PKPU. Pengurus wajib segera mengumumkan putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara dalam Berita Negara Republik Indonesia paling sedikit dalam satu atau lebih surat kabar harian yang ditunjuk oleh hakim pengawas. Putusan Pengadilan Niaga tentang PKPU berlaku sejak putusan penudaan kewajiban pembayaran utang tersebut diucapkan dan berlangsung damapai dengan tanggal siding diselenggarakan. Dalam hal pengangkatan pengurus, maka pengurus tersebut harus independen dan tidak memiliki benteruran kepentingan dengan debitur atau kreditur, dan keberadaan pengurus tidak menyebabkan debitur kehilangan kewenanganya dalam hal pengurusan harta-hartanya, hanya saja dalam melakukan tugas tersebut debitur harus didampingi disetujui oleh pengurus Pasal 234 1 UUK dan PKPU. Selanjutnya setelah ditetapkan PKPU semenatra, maka Pengadilan Niaga melalui pengurus wajib memanggil debitur dan kreditur untuk menghadap dalam sidang yang akan memutuskan apakah dapat diberikan PKPU secara Tetap dengan maksud untuk memungkinkan debitur, pengurus dan kreditur untuk mempertimbangkan dan menyetujui perdamaian. Pengadilan pada hari yang telah ditetapkan Pengadilan harus mendengar debitur, hakim pengawas, pengurus dan kreditur yang hadir, wakil atau kuasa yang ditujuk berdasarkan surat kuasa. Apabila semua rencana perdamaian dilampirkan pada permohonan PKPU sementara atau telah disampaikan oleh debitur sebelum sidang maka pemungutan suara tentang rencana perdamaian dapat dilakukan. Jika syarat-syarat tidak dipenuhi, kreditur belum dapat memberikan persetujuan perdamaian, atas permintaan debitur, kreditur harus menentukan pemberian atau penolakan PKPU Tetap dengan maksud untuk memungkinkan debitur, pengurus dan kreditur untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana perdamaian pada siding selanjutnya. Jika PKPU Tetap tidak dapat ditetapkan oleh Pengadilan dalam jangka waktu 45 hari sejak keputusan penundaan sementara, debitur dinyatakan pailit. PKPU Tetap dan perpanjangannya ditetapkan oleh Pengadilan atas persetujuan lebih dari ½ kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dari bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditur konkuren yang hadir. Jika PKPU telah dikabulkan, hakim pengawas dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk melakukan pemeriksaan dan menyusun laporan tentang keadaan harta debitur dalam jangka waktu tertentu berikut perpanjangannya yang ditetapkan hakim pengawas. Selama dalam masa PKPU, setiap 3 bulan sekali, pengurus wajib melaporkan keadaan harta debitur ; dan laporan tersebut harus disediakan pula di kepaniteraan Pengadilan Niaga agar dapat dilihat oleh masyarakat.

B. Akibat Hukum dari Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU

Dokumen yang terkait

Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

10 159 93

Analisis Yuridis Permohonan Pernyataan Pailit Terhadap Bank Oleh Bank Indonesia Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

3 72 165

Kewenangan Kreditur Dalam Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Menurut UU No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Niaga No. 05/ PKPU/ 2010/ PN. Niaga – Medan)

2 52 135

Akibat Hukum Kepailitan Terhadap Harta Warisan Ditinjau Dari Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

24 183 81

Akibat Hukum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terhadap Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Undang-Undang No. 37 Tahun 2004

13 163 123

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan Dan Manfaatnya Bagi Pihak Debitor Dan Kreditor. (Studi Kasus Di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat)

0 45 211

Pelaksanaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Ditinjau Dari Undang-Undang Kepailitan

2 59 2

Penetapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Tetap Oleh Pengadilan Niaga Terkait Adanya Kreditor Separatis Menuurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Studi Putusan Nomor 134K/Pdt. Sus-/PKPU/2014)

5 99 90

Pembebanan Harta Pailit Dengan Gadai Dalam Pengurusan Harta Pailit Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaankewajiban Pembayaran Utang

0 10 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tugas dan Wewenang Pengurus PKPU Berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 19