aktif. Hal ini dilakukan kemungkinan untuk mencegah terjadinya perdarahan yang lebih gawat.
Penatalaksanaan pasif yaitu dengan istirahat total dengan tujuan agar kandungan ibu mencapai usia kehamilan yang memungkinkan untuk melakukan
persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan dengan lebih baik.
19
Apabila perdarahan yang telah berlangsung dapat membahayakan ibu danatau janinnya dan
kehamilan juga telah mencapai 37 minggu, maka penatalaksanaan medis secara aktif segera harus ditempuh.
12,19
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian A.Gultom di RSU Dr.Pirngadi Medan tahun 1999-2001 dengan desain penelitian case series bahwa proporsi
penatalaksanaan medis tertinggi penderita perdarahan antepartum adalah aktif 77.
35
6.5.4. Keadaan Bayi Lahir
Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan keadaan bayi lahir yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.
95.5 4.5
Hidup Meninggal
Gambar 6.21. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum
Berdasarkan Keadaan Bayi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008
Berdasarkan gambar 6.21. dapat dilihat bahwa proporsi keadaan bayi lahir penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah hidup 95,5. Hal ini berkaitan
dengan denyut jantung janin pada waktu pemeriksaan adalah normal 98,8. Penderita yang melahirkan bayi mati adalah penderita dengan usia kehamilan
≤ 28 minggu 100, perdarahan disebabkan oleh plasenta previa 100, penatalaksanaan medis aktif 100, dan pulang dalam keadaan sembuh, berobat jalan,
dan atas permintaan sendiri 33,3. Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup ataupun meninggal
ditangani dengan seksio cesarea 100. Persalinan dengan seksio cesarea dilakukan karena penyebabnya adalah plasenta previa yaitu pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta sehingga dilakukan seksio cesarea yaitu melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan MR Syaebani di RSUD dr. Soebandi Jember Periode 1 Januari-2004-31 Desember 2005 bahwa
proporsi keadaan bayi tertinggi adalah hidup 85.
36
6.5.5. Keadaan Ibu Sewaktu Pulang
Proporsi penderita perdarahan antepartum berdasarkan keadaan ibu sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
84.7 10.6
4.7
Sembuh PBJ
PAPS
Gambar 6.22. Distribusi Proporsi Penderita Perdarahan Antepartum
Berdasarkan Keadaan Ibu Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008
Berdasarkan gambar 6.22 dapat dilihat bahwa proporsi keadaan ibu sewaktu pulang penderita perdarahan antepartum tertinggi adalah sembuh 84,7 dan terendah
adalah Pulang Atas Permintaan Sendiri PAPS 4,7.
Ernawati Gultom : Karakteristik Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2004-2008, 2009.
Dapat dilihat bahwa sebagian besar penderita pulang dalam keadaan sembuh. Hal ini menunjukkan penderita perdarahan antepartum yang dirawat dengan
pemberian obat dan istirahat total ataupun yang dilakukan tindakan persalinan mendapat perawatan yang baik dari rumah sakit. Penderita yang pulang atas
permintaan sendiri menunjukkan penderita sudah merasa sembuh. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian FR Bangun di RSU Dr.Pirngadi
Medan tahun 2001-2004 dengan desain penelitian case series bahwa proporsi keadaan ibu sewaktu pulang tertinggi adalah sembuh 96,0.
17
6.6. Lama Rawatan rata-rata Ibu