yang memang kekurangan seperti halnya ibu-ibu pengajian menyediakan kitab-kitab, konsumsi, memberikan santunan dan sebagainya.
Bagi para ibu pengajian yang memang lebih memahami dan menguasai ilmu agama, mereka dengan sukarela membagi ilmunya dengan
para pemulung tanpa mengharapkan imbalan apapun kecuali ridho Allah SWT. Seperti halnya melatih para pemulung dalam berpidato secara baik dan
berisi, membantu para pemulung dalam melakukan tata cara sholat yang baik dan benar.
Kaum ibu pun selalu memberikan kesempatan bagi para pemulung untuk bisa mengeluarkan kemampuan mereka dalam hal berpidato dengan
dijadikannya MC dalam suatu acara peringatan hari besar Islam. Ada juga yang menjadi qori atau qoriah bagi pemulung yang memang memiliki bakat
tersebut. Peranan ibu-ibu pengajian dalam membina pengamalan dan memperluas pengetahuan para pemulung intinya mencakup dua faktor yaitu
faktor keilmuan dan faktor sosial interaksi dan meningkatkan minat pendukung.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan para Pemulung di
Bantargebang Bekasi.
Dalam membina para pemulung, Majelis Taklim Al-Barkah menemukan faktor, baik pendukung maupun penghambat seperti diutarakan
sebagai berikut :
60
1. Faktor Psikologis
a. Minat sebagian besar pemulung untuk mengikuti pengajian dan
mendalami ilmu agama; b.
Keseriusan sebagian besar pemulung dalam mengamalkan ilmu yang mereka dapat dari pengajian. Dalam kehidupan sehari-hari, ini terlihat
dari cara tutur sapa dan cara berpakaian yang lebih sopan dari sebelumnya.
2. Faktor Media dan Sarana
a. Kitab taklim yang dibagikan kepada setiap jamaah pemulung dalam
pengajian; b.
Musholla yang digunakan untuk mempraktekkan sholat baik sendiri ataupun berjamaah;
c. Tempat wudhu yang memadai;
d. Adanya papan tulis dan sekali-kali menggunakan video untuk
memperjelas suatu materi agar lebih mudah dipahami. 3.
Faktor sosial Ini terjadi karena beberapa hal :
a. Interaksi antara para pemulung dan kaum ibu jamaah pengajian yang
menguatkan tali silatuhrahmi; b.
Saling bertukar pikiran musyawarah memberikan pengetahuan mereka yang belum begitu memahami antara para pemulung dengan
ibu-ibu jamaah yang lebih memahami; c.
Tidak adanya diskriminasi antara pemulung dengan ibu-ibu jamaah pengajian dalam hal status sosial.
61