Menurut Ali Amran Udin, “Social studies atau ilmu pengetahuan sosial IPS adalah illmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah dasar dan menengah elementary and scondary school”.
53
Syarifuddin Nurdin berpendapat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah “perpaduan semua mata pelajaran sosial di antaranya ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, yang
mempunyai tujuan pembelajaran di SD maupun Di SMP”.
54
Pembelajaran IPS mempunyai sasaran utama yaitu pengembangan aspek teoritis seperti yang menjadi penekanan pada
social sciences. Dapat juga disimpulkan bahwa pembelajaran IPS merupakan proses belajar dimana ada
interaksi antara peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dalam mencapai tujuan kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran sosial. Dimana pembelajaran IPS
bukan hanya hafalan tetapi menerapkannya dalam kehidupan sosial.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial
budaya. Kemudian dalam berbagai buku sosial, sering dijumpai bahwa para ahli merumuskan tujuan IPS dengan mengaitkan pada usaha mempersiapkan murid atau siswa menjadi warga
negara yang baik. Menurut Sapriya tujuan IPS yaitu “tujuan utama IPS di tingkat sekolah untuk
mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan knowledge, keterampilan skills, sikap dan nilai attitudes and
values yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.”
55
Tujuan mata pelajaran IPS di SMPMTs dalam Pemerdiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut. 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya
53
Abu Ahmadi, ilmu Pengetahuan Sosial Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, h. 2
54
Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran Yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Ciputat: PT.Ciputat Press, 2005,cet.1 h. 22.
55
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran, Bandung: PT.RemajaRosda Karya,2009cet.I, h. 12
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
B. Kerangka Berpikir
Bimbingan merupakan pemberian bantuan yang bersifat psikis kepada seseorang atau sekelompok orang dalam membentuk pilihan-pilihan secara bijaksana dalam mengadakan
penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan hidup. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata Belajar adalah “suatu proses yang dialami oleh
setiap manusia yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku berupa pengetahuan, keterampilan, kemampuan, maupun sikap yang berbeda lebih dari sebelumnya”.
56
Perilaku tersebut bersifat menetap dan berlaku lama pada dirinya yang pada akhirnya akan menjadi
sikap dan pola prilakunya. Sedangkan sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan yang digunakan untuk
menuntut ilmu sebagai salah satu proses dari belajar. Di sekolah, siswa belajar tentang banyak hal dan banyak matapelajaran yang harus dikuasai salah satunya adalah IPS.
Selama ini, para siswa menganggap mata pelajaran IPS termasuk pelajaran yang tidak menarik. Ketidaktertarikan siswa dalam mempelajari pelajaran IPS akan membuat sebagian
besar siswa bosan dalam belajar IPS, sehingga siswa kurang berminat terhadap pelajaran IPS dan berimplikasi pada hasil yang diproleh kurang memuaskan, apalagi bila penyampaian
guru dalam proses pembelajaran kurang menarik dan monoton.
Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyatannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari siswa
tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagian pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami
konsep akademik sebagaimana mereka biasa dijarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah, padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami
56
Nana Syaodih Sukm adinat a, Landasan Psikologi Pendidikan,Bandung: PT.Rem aja Rosda Karya,2003,Cet - 1,H.102.