siswa harus lakukan pada masing-masing tahap.
20
Kemudian dia menyatakan bahwa think pair share merupakan salah satu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resistasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak
waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu satu sama lain.
21
Ciri-ciri think pair share yaitu adanya pengutaraan masalah oleh guru, tersedianya waktu untuk berpikir bagi siswa, kerja
berpasangan, dan berbagi dengan seluruh kelas.
22
a. Langkah-langkah dalam Think Pair Share
Langkah-langkah dalam think pair share yaitu sebagai berikut: 1 Berpikir Thinking
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mencari jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara
atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
20
Anonim. Think pair share. http:www.readingquest.orgstrattps.html
, diakses, 06072010
21
Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. 2000, hal 24
22
Anonim. Cooperative learning. http:www.gamalielschool.orgindex.php?option=com_contentview=articlei
d=493Acooperative-learning-sebuah-alternatif-pengelolaan-kelas-yang- efektifItemid=17
, diakses:06072010
2 Berpasangan Pairing Selanjutnya, guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah diperoleh. Interaksi selama waktu disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan.
3 Berbagi Sharing Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan
untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk secara sederhana berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan yang mendapatkan kesempatan
untuk melaporkan.
23
b. Kelebihan dan kekurangan think pair share
1 Kelebihan think pair share Kelebihan think pair share sebagai berikut:
24
- Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
- Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
23
Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. 2000, hal. 25
24
Anonim. Think pair share. http:www.eazhull.org.uknlcthink,_pair,_share.htm.diakses 10102010
- Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
- Interaksi lebih mudah. - Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
- Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan
idenya untuk didiskusikan sebelum
disampaikan di depan kelas. - Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. - Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan
menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
- Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan diskusi serta mempresentasikan di depan
kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
- Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan
karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. - Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar
pendapat dan
pemikiran dengan
temannya untuk
mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
- Siswa lebih
aktif dalam
pembelajaran karena
menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang.
- Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang
ada menyebar. - Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa
dalam proses pembelajaran. - Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan
metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya
untuk mengerjakan
tugas-tugas atau
permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi
dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
- Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan.
Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan
mempengaruhi hasil belajar mereka. - Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS
diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada
pembelajaran dengan model konvensional. - Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,
kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru
dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
- Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas
hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru
sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini
dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
- Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan
pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
- Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem
kerjasama yang
diterapkan dalam
model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja
sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau
mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima. 2 Kekurangan think pair share
Kekurangan think pair share sebagai berikut: - Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai
aktivitas.
- Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
- Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru
harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
- Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. - Lebih sedikit ide yang muncul.
- Jika ada perselisihan,tidak ada penengah. - Menggantungkan pada pasangan.
- Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat
pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan.
- Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
- Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
- Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung
guru melakukan
intervensi secara maksimal. - Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat
kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak. - Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan
kesulitan sendiri bagi siswa.
- Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.
- Jumlah kelompok yang terbentuk banyak. - Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya
diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
3. Hasil Belajar