6
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR,
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teoritis
1. Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning
a. Landasan Pemikiran Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara
rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis
kelamin, sukuras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar. Selama bekerja
dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu
teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
1
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab dan sikap menghormati sesama. Peserta
1
Trianto, Model-model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007, hal. 41.
didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dihadapkan pada mereka.
2
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Arends dkk, pembelajaran kooperatif cooperative
learning adalah suatu strategi belajar yang melibatkan interaksi antar siswa dalam belajar.
3
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja dalam membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua atau
lebih siswa untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri. Belajar kooperatif maksudnya membelajarkan siswa pada siswa lain atau tutor sebaya. Menurut Sharan, siswa yang belajar
menggunakan pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari teman sebayanya.
4
Dalam pembelajaran kooperatif siswa berada dalam kelompok yang memiliki kemampuan yang bervariasi, hal ini bertujuan agar
siswa yang kemampuannya rendah akan terbantu dan termotivasi oleh siswa yang kemampuannya lebih tinggi.
5
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan
belajar mengajar yang berpusat pada siswa studend oriented,
2
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal. 54
3
Richard I. Arends, Nancy E. Winitzky, dan Margaret D. Tannenbaum, Exploring Teaching An Introduction to Education, New York: McGraww-Hill,
2001, hal. 196.
4
Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2007 hal.23.
5
Ibid., hal. 18
terutama untuk mengatasi permasalahan yang dikemukakan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan
orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat digunakan dalam
berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
6
Menurut Eggen dan Kauchak, seperti yang dikutip Trianto, “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah model pembelajaran yang mempunyai tujuan, langkah-langkah dan lingkungan belajar serta pengelolaan yang
khas.
7
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait, elemen-
elemen tersebut yaitu: 1 Saling Ketergantungan positif
Sesuai dengan pendapat Santrock bahwa pembelajaran kooperatif terjadi dimana siswa bekerja di dalam kelompok
kecil untuk saling membantu dalam belajar dan bekerjasama dengan teman kelompoknya..
8
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa
saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksudkan dengan saling ketergantungan positif.
Saling ketergantungan
dapat dicapai
melalui; saling
ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan
6
Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2007 hal.16-17
7
Trianto, Model-model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik, Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007, hal. 42.
8
John W. Santrock, Educational Psychology, New York: McGraw- Hill, 2004, hal. 321-322.
menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, dan saling ketergantungan peran.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:
9
- Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika
semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa
kebersamaan, tujuan mereka tidak akan tercapai. - Mengusahakan
agar semua
anggota kelompok
mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
- Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan sebagian dari
keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat menyelesaikan tugas,
sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu.
- Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling
melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
2 Interaksi tatap Muka Interaksi tatap muka yang akan memaksa siswa saling tatap
muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan oleh guru, interaksi semacam
itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dengan sesamanya.
9
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal. 59
3 Keterampilan untuk menjalin hubungan sosial Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan santun
terhadap teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran yang logis, tidak mendominasi
orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalankan hubungan pribadi tidak hanya diasumsikan
tetapi secara sengaja diajarkan. 4 Pertanggung jawaban secara individual dan kelompok
Setiap kelompok bertanggung jawab untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Setiap anggota dalam tim diharuskan
memberikan kontribusi untuk kelompoknya dan memberikan bantuan dorongan bagi siswa lain untuk menguasai bahan ajar.
5 Proses Kelompok Efektifitas dalam belajar kelompok ini dapat dilakukan dengan
cara melakukan pembagian tugas untuk memimpin secara bergantian.
10
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif