Unsur-Unsur Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

memiliki arti. Meskipun sanksi itu sendiri bukan merupakan suatu kebaikan, bahkan suatu perusakan bagi si pelaku kejahatan sekurang-kurangnya, namun sanksi tersebut diperlukan, sebab bisa membawa keuntungan yang nyata bagi masyarakat kepentingan publik. Syariat Islam menetapkan perbuatan-perbuatan sebagai kejahatan dan mengancam dengan hukuman tertentu untuk perbuatan-perbuatan tersebut dengan maksud melindungi kepentingan- kepentingan kolektif dan sistem yang di atasnya berdiri bangunan besar masyarakat, serta membuat masyarakat dapat menyelamatkan nilai-nilai moral dan kehidupan yang harmoni. Tuhan mengadakan larangan-larangan hukumansanksi tidak akan mendapatkan suatu keuntungan karena ketaatan manusia, sebagaimana juga tidak akan menderita karena kedurhakaan mereka terhadapnya.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, pengerian jarimah ialah larangan- larangan syara yang diancamkan hukuman had atau hukuman ta’zir. Larangan tersebut adakalanya berupa perbuatan yang dicegah, atau meninggalkan yang disuruh. Juga telah disebutkan, bahwa dengan penyebutan kata-kata syara, dimaksudkan bahwa larangan-larangan harus datang dari ketentuan-ketentuan nas-nas syara dan berbuat atau tidak berbuat baru dianggap sebagai jarimah apabila diancamkan hukuman sanksi terhadapnya. Karena perintah-perintah dan larangan-larangan tersebut datang dari syara maka perintah-perintah dan larangan-larangan itu hanya ditunjukan kepada orang yang berakal sehat dan dapat memahami pembebanan taklif, sebab pembebanan itu artinya panggilan khitab, dan orang yang tidak dapat memahami seperti hewan, dan benda-benda mati tidak mungkin menjadi objek panggilan tersebut. Bahkan orang yang dapat memahami pokok panggilan khitab, tetapi tidak mengetahui perincian-perinciannya, apakah berupa suruhan atau larangan, apakah akan membawa pahala atau siksa, seperti orang gila dan anak-anak yang belum tamyiz maka keduanya dipersamakan dengan benda-benda mati bahkan hewan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu sukar diberi pembebanan taklif, karena untuk dapat memahami pembebanan tersebut, bukan saja diperlukan pengertiannya pokok panggilan, tetapi juga diperlukan pengertiannya terhadap perincian-perinciannya. Unsur-unsur kejahatan dalam hukum Pidana Islam secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu: Unsur-unsur dasar umum dan unsur-unsur khusus. Unsur-unsur dasar umum mencakup: 17 1. Rukun Syar’i atau unsur hukum legal element yaitu ketentuan yang jelas untuk melarang suatu perbuatan yang merupakan kejahatan dan menentukan hukuman atasnya ketentuan-ketentuan syariat; 2. Rukun Maddi atau unsur materiil essential element yaitu berupa perbuatan, baik perbuatan aktif komisi maupun perbuatan pasif atau pengabaian omisi; 17 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung: Asy Syamil, 2001, h. 135. 3. Rukun Adaby atau unsur budaya unsur moril cultural element yang meliputi kedewasaan, dapat bertanggungjawab dan dapat dipersalahkan kepada diri si pelaku atas perbuatannya. Sedangkan menurut pendapat Zainuddin Ali, untuk menentukan suatu hukuman terhadap suatu tindak pidana dalam hukum Islam, diperlukan unsur normatif dan moral. Unsur yuridis normatif di satu aspek harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan larangan terhadap perilaku tertentu dan diancam dengan hukuman. Aspek lainnya secara yuridis normatif mempunyai unsur materil, yaitu sikap yang dapat dinilai sebagai suatu pelanggaran terhadap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Unsur moral yaitu kesanggupan seseorang untuk menerima segala sesuatu yang secara nyata mempunyai nilai yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini disebut Mukallaf. Mukallaf adalah orang Islam yang sudah baligh dan berakal sehat. 18 Dari pembicaraan diatas kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa tiap-tiap jarimah harus mempunyai unsur-unsur yang harus dipenuhi, diantaranya unsur-unsur sebagai berikut: 19 1. Nas yang melarang perbuatan dan mengancamkan hukuman terhadap pelakunya, dan unsur ini biasa disebut ”unsur Formal” rukun syar’i. 18 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007 Cet.ke-1. h. 22. 19 Ahmad. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 6 2. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan- perbuatan nyata atau pun sikap tidak berbuat sesuatu, dan unsur ini biasa disebut ”unsur materiil” rukun maddi. 3. Pembuat adalah orang mukalaf, yaitu orang yang dapat dimintai pertanggung jawabkan terhadap suatu jarimah yang diperbuatnya, dan unsur ini biasa disebut dengan ”unsur moral” rukun adabi. Sesuatu perbuatan dapat dikatagorikan sebagai perbuatan jarimah jika perbuatan tersebut mempunyai unsur-unsur atau rukun-rukun yang telah disebutkan di atas. Hal ini menunjukan bahwa tanpa ketiga unsur tersebut sesuatu perbuatan tidak dapat dikatagorikan sebagai perbuatan jarimah tindak pidana, untuk dapat dipertanggungjawabkan kepada si pelaku maka ketiga unsur tersebut harus terpenuhi secara keseluruhan. Disamping unsur umum pada tiap-tiap jarimah juga terdapat unsur-unsur khusus untuk dapat dikenakan hukuman sanksi, seperti unsur pengambilan dengan diam-diam pada jarimah pencurian, atau dalam tindak pidana perzinahan, unsur bersenggama ini merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. Perbedaan antara unsur-unsur umum dengan unsur-unsur khusus ialah kalau unsur- unsur umum satu macamnya pada semua jarimah, maka unsur-unsur khusus dapat berbeda-beda bilangan dan macamnya menurut perbedaan jarimah yang dilakukan si pembuat kejahatan. Dikalangan fuqaha biasanya pembicaraan tentang kedua unsur umum dan khusus dipersatukan, yaitu ketika membicarakan satu persatu dari suatu jarimah.

3. Jenis - Jenis Hukuman Dalam Hukum Islam