Unsur-Unsur Tindak Pidana dalam Hukum Pidana Positif

suatu tindakan, yaitu dimana hukum dijatuhkan berhubung telah dilanggarnya suatu aturan oleh seseorang. 27 Diatas diterangkan bahwa apabila dipandang dari sudut sifatnya, sanksi merupakan akibat hukum rechtsgecolg dari pada pelanggaran suatu kaidah. Akibat ini merupakan suatu tindakan, dimana hukuman dijatuhkan berhubung dilanggarnya sesuatu norma oleh seseorang. Tugas dari sanksi adalah suatu jaminan bahwa suatu norma akan ditaati. Pada azasnya tiap norma dapat dijamin dengan sanksi yang berbentuk siksaan leed karena itu hukum pidana di dalam lapangan hukum disebut ”het strafrecht is de citadel van het recht” hukum pidana adalah merupakan benteng hukum. Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sanksi pidana adalah tindakan atau sikap berupa hukuman yang dijatuhkan atau diberikan karena adanya pelanggaran atau perbuatan kejahatan sebagai akibat hukum untuk menjamin ditaatinya suatu norma yang terdapat didalam masyarakat.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana dalam Hukum Pidana Positif

Jika kita berusaha untuk menjabarkan sesuatu rumusan delik ke dalam unsur- unsurnya, maka yang pertama dapat kita jumpai adalah disebutkanya sesuatu tindakan manusia, dengan tindakan itu seseorang telah melakukan sesuatu tindakan yang terlarang oleh undang-undang. Menurut ilmu pengetahuan hukum pidana, sesuatu tindakan itu dapat merupakan ”een doen atau een niet doen” atau dapat merupakan hal melakukan sesuatu ataupun hal tidak melakukan sesuatu, yang terakhir ini di 27 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah, T.tp., Balai Lektur Mahasiswa dalam doktrin juga sering disebut sebagai ”een nalaten” yang juga berarti hal mengalpakan sesuatu yang diwajibkan oleh undang-undang. Membicarakan unsur-unsur dari tindak pidana, dapat dibedakan setidaknya dari dua sudut pandang, yakni dari sudut teoritis dan dari sudut pandang undang- undang. Maksud teoritis ialah berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi rumusannya. Sedangkan dari sudut undang-undang adalah sebagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal- pasal peraturan perundang-undangan yang ada. Maka timbullah di dalam doktrin unsur dari suatu tindak pidana menurut beberapa teoritisi dari para sarjana hukum yang berbeda-beda, antara lain: Moeljatno memberikan beberapa elemen atau unsur-unsur dari suatu tindak pidana diantaranya harus memuat: kelakuan dan akibat adanya suatu perbuatan; keadaan yang menyertai perbuatan; adanya tambahan yang memberatkan pidana; unsur melawan hukum baik yang objektif dan subjektif. 28 Sedangkan menurut pendapat Jonkers sebagaimana yang dikutip oleh Adami Chazawi dalam bukunya Pelajaran Hukum Pidana Bagian satu, menyatakan bahwa unsur-unsur dari suatu tindak pidana dapat dirinci sebagai berikut, yaitu: 29 adanya suatu perbuatan manusia; sifat melawan hukum; adanya sifat kesalahan; pelaku dapat dipertanggungjawabkan; 28 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002 h. 63. 29 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian satu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008 h. 81. Walaupun dari rumusan diatas tampak berbeda-beda, namun pada hakikatnya ada persamaannya, ialah tidak memisahkan antara unsur-unsur mengenai perbuatannya dengan unsur-unsur yang mengenai diri orangnya. Sungguh pun demikian setiap tindakan pidana yang terdapat didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu pada umumnya dapat kita jabarkan ke dalam unsur-unsur yang pada dasarnya terbagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif. 30 Yang dimaksud dengan unsur-unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk didalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung didalam hatinya. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur-unsur objektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubunganya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. 31 Unsur-unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah sebagai berikut, antaranya: 1. Kesengajaan atau ketidak sengajaan dolus atau culpa; 2. Maksud atau ”voornemen” pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud didalam pasal 53 ayat1 KUHP; 30 P.AF. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997 h. 193-194. 31 Ibid., h. 194 3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti terdapat di dalam kejahatan- kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain; 4. Merencanakan terlebih dahulu atau ”voorbedachte raad” seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut pasal 340 KUHP; Sedangkan unsur-unsur objektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah sebagai berikut, diantaranya: 1. Sifat melanggar hukum atau ”wederrechtelijkheid” ; 2. Kualitas dari diri si pelaku itu sendiri, misalnya ”keadaan sebagai seorang pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP; 3. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. Perlu kita ingat bahwa unsur wederrechtelijkheid melawan hukum; itu harus selalu dianggap sebagai disyaratkan di dalam setiap rumusan delik, walaupun unsur tersebut oleh pembentuk undang-undang tidak dinyatakan secara tegas sebagai salah satu unsur dari suatu delik yang bersangkutan. Dengan terpenuhinya rumusan unsur- unsur dari suatu tindak pidana yang dilakukan si pelaku penjahat maka kepada pelaku dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatanya didepan hukum. Untuk kebutuhan praktek, perumusan dari tiap-tiap unsur sangat memudahkan pekarjaan aparat penegak hukum, baik sebagai peserta pemain maupun sebagai peninjau. Apakah suatu peristiwa telah memenuhi unsur-unsur suatu delik yang dirumuskan dalam pasal undang-undang, maka diadakanlah penyesuaian atau pencocokan bagian-bagiankejadian kejadian dari peristiwa tersebut kepada unsur- unsur dari delik yang didakwakan. Jika ternyata sudah cocok maka dapat di tentukan bahwa perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana yang telah terjadi yang dapat di pertanggungjawabkan kepada pelakunya, namun jika unsur-unsur tersebut tidak memenuhi ketentuan yang telah di cantumkan dalam bunyi pasal yang disangkakan maka kepada pelakunya tidak dapat dimintai pertanggungjawabkan.

3. Jenis - Jenis Hukuman Dalam Hukum Positif