Hak Perlindungan Praktek Perkawinan di Bawah Umur Menurut UU Perlindungan Anak

baik secara fisik, mental dan sosial. Hal ini tersebut merupakan tuntutan keadaan dan kondisi dimana ia dapat belajar, beraktifitas dan berinteraksi sesuai dengan kesenangannya sebagai rangsangan. Dalam Pasal 11 UU Perlindungan Anak menyebutkan bahwa: Pasal 11 ”Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri”.

3. Hak Perlindungan

Setiap anak dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan: a. Diskriminasi; Ketentuan diatas tertuang dalam Pasal 13 ayat 1, bahwa anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah kedalam bentuk diskriminasi rasial, agama, mupun bentuk-bentuk diskriminasi lainya. b. Eksploitasi, baik Ekonomi maupun Seksual; Eksploitasi ekonomi dengan menjadikan barang dagangan, mempekerjakan anak usia dibawah umur, eksploitasi seksual dimana anak menjadi objek perilaku penyimpangan seksual. Dalam konteks hak anak, sangatlah jelas seperti yang tercantum dalam pasal 26 ayat 1 butir c UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan di usia anak-anak. Pada prespektif hak anak pencantuman kalimat tersebut merupakan keharusan yang harus menjadi perhatian bersama, hal ini disebabkan anak-anak yang terpaksa menikah dalam usia yang masih tergolong anak dilihat dari aspek hak anak, mereka akan terampas hak-haknya, seperti hak bermain, hak pendidikan, hak untuk tumbuh berkembang sesuai dengan usianya dan pada akhirnya adanya keterpaksaan untuk menjadi orang dewasa mini. Disisi lain, terjadinya pernikahan anak di bawah umur seringkali terjadi atas dasar faktor ekonomi kemiskinan. Banyak orang tua dari keluarga miskin beranggapan bahwa dengan menikahkan anaknya, meskipun anak yang masih di bawah umur akan mengurangi beban ekonomi keluarga dan dimungkinkan dapat membantu beban ekonomi keluarga tanpa berpikir akan dampak positif ataupun negatif terjadinya pernikahan anaknya yang masih dibawah umur. Kondisi ini pada akhirnya memunculkan aspek penyalahgunaan “kekuasaan” atas ekonomi dengan memandang bahwa anak merupakan sebuah property asset keluarga dan bukan sebuah amanat dari Tuhan yang mempunyai hak-hak atas dirinya sendiri. Satu hal yang juga harus menjadi perhatian bersama adalah mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak dalam memberikan hak pendidikan, hak tumbuh kembang, hak bermain, hak mendapatkan perlindungan dari kekerasan, segala bentuk eksploitasi, dan diskriminasi. Serta yang paling penting adalah menempatkan posisi anak pada dunia anak itu sendiri untuk berkembang sesuai dengan usia perkembangan anak.

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK

PERKAWINAN DIBAWAH UMUR Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini pernikahan dibawah umur. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah jika tanpa disertai dengan adanya penetapan atau Dispensasi dari Pengadilan. Istilah pernikahan dini menurut negara dibatasi dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum maupun yang telah baligh namun belum mencapai usia yang ditetapkaan dalam UU Perkawinan. Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut kembali muncul ke permukaan. Hal ini tampak dari betapa dahsyatnya benturan ide yang terjadi antara para sarjana Islam dalam merespons pernikahan tersebut. Dalam karya tulis ini akan mencoba untuk memaparkan bagaimana dua sistem hukum baik dalam hukum Islam dan hukum Positif dalam mencermati perkawinan dibawah umur tersebut, untuk itu penulis akan mengawalinya dengan analisa dalam hukum Islam terlebih dahulu kemudian dilanjutkan analisa dalam hukum Positif, dalam pemaparan analisa dalam karya tulis ini penulis berusaha untuk bersikap