Pengaruh Pembinaan & Pelatihan Sdm Dan Akses Pemasaran Terhadap Kinerja Umkm

(1)

PENGARUH PEMBINAAN & PELATIHAN SDM DAN AKSES

PEMASARAN TERHADAP KINERJA UMKM

(Kerja Sama Kemitraan LotteMart Cabang Bintaro dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.,Sy)

Oleh:

IDEA SUKMA BAKTI

NIM : 109046100212

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

v

ABSTRAK

IDEA SUKMA BAKTI 109046100212. PENGARUH PEMBINAAN & PELATIHAN SDM DAN AKSES PEMASARAN TERHADAP KINERJA UMKM (Kerja Sama Kemitraan LotteMart Cabang Bintaro dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M, 129 halaman + 14 halaman Lampiran

Potensi UMKM yang sangat besar dilihat dari kuantitasnya sebagai penggerak ekonomi kerakyatan ternyata tidak diikuti dengan kualitas kinerja yang sepadan, terbukti dari daya ekspor produk-produk UMKM yang sangat lemah apabila dibandingkan dengan produk-produk Usaha Besar. Padahal skala UMKM merupakan penyumbang PDB terbesar yang berhasil menyerap tenaga kerja jauh lebih banyak daripada Usaha Besar. Hal ini disebabkan karena kurangnya akses UMKM terhadap permodalan dari lembaga keuangan formal, diperparah dengan maraknya pembangunan Mall sebagai pusat perbelanjaan di kota-kota besar karena dampak dari perjanjian perdagangan bebas yang baru-baru ini gencar disepakati oleh pemerintah, sehingga membuat produk-produk UMKM semakin tersingkir karena lemahnya daya saing pemasaran terhadap produk-produk asing yang justru semakin digemari konsumen lokal. Melihat problematika tersebut, Pemerintah Daerah Dinas Koperasi & UKM Tangerang Selatan bersama LotteMart cabang Bintaro berupaya menggali dan mengangkat kembali potensi kinerja UMKM dengan cara melakukan kemitraan usaha. Skripsi ini meneliti bagaimana pola kemitraan yang terjalin oleh pihak-pihak terkait dan bagaimana pengaruh dari aspek kemitraan dilihat dari pembinaan & pelatihan SDM dan akses permodalan tersebut terhadap kinerja UMKM.

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan dua variabel terikat (X) dan satu variabel bebas (Y) yaitu pembinaan & pelatihan SDM (X1), akses pemasaran (X2), dan Kinerja UMKM (Y). Penulisan skripsi ini menggunakan metode kuantitatif, data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada 59 responden yaitu pelaku UMKM anggota kemitraan di LotteMart cabang Bintaro. Data primer diolah menggunakan teknik analisa regresi linier berganda. Sebagai tambahan untuk memperkuat teori, penulis juga mengadakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan menelaah buku-buku, dokumen-dokumen, rujukan, artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.

Kesimpulan penelitian ini adalah kemitraan di LotteMart cabang Bintaro termasuk ke dalam Pola Kemitraan Tahap Madya, yaitu pengusaha besar (LotteMart cabang Bintaro) memberikan pembinaan & pelatihan serta menjamin pemasaran produk-produk UMKM dan Pemerintah Daerah yaitu Dinas Koperasi & UKM


(3)

vi

Tangerang Selatan berperan sebagai fasilitator dan regulator terbentuknya kemitraan di LotteMart.

Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel pembinaan & pelatihan SDM dengan Kinerja UMKM, diperoleh hasil print out nilai thitung pembinaan & pelatihan SDM (X1) = 0,583 dengan tingkat signifikansi untuk variabel pembinaan dan pelatihan 0,562 yang menandakan lebih besar dari 0,05. Nilai thitung < ttabel atau 0,583 < 1.671. Artinya variabel pembinaan & pelatihan SDM tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja UMKM. Hal ini bisa dikarenakan metode pelatihan & pembinaan SDM kurang sesuai dengan jenis usaha, dan masih terdapat anggota UMKM kemitraan di LotteMart cabang Bintaro yang tidak menerima pembinaan & pelatihan SDM.

Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial antara variabel akses pemasaran dengan Kinerja UMKM diperoleh hasil print out nilai thitung akses pemasaran (X2) = 3,484 dengan tingkat signifikansi untuk variabel akses pemasaran sebesar 0,001 yang menandakan lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung > ttabel atau 3,484 > 1.671, artinya variabel akses pemasaran berpengaruh nyata terhadap kinerja UMKM. Hal ini berarti bahwa strategi kemitraan yang dibangun di LotteMart cabang Bintaro dalam memberikan akses pemasaran kepada produk-produk UMKM sudah berdampak pada peningkatan nilai tambah UMKM, dalam penelitian ini nilai tambah yang dimaksud adalah peningkatan aset usaha dan peningkatan pendapatan UMKM setelah mengikuti kemitraan di LotteMart cabang Bintaro.

Kata kunci: Pola Kemitraan, SDM, Pemasaran, Kinerja UMKM

Pembimbing: Dr. Nurhasanah M.Ag


(4)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dengan izin Allah SWT, penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembinaan & Pelatihan SDM dan Akses Pemasaran Terhadap Kinerja UMKM (Kerja Sama Kemitraan LotteMart Cabang Bintaro dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan)” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak, karena banyak rintangan yang dilalui penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi dengan kesabaran hati, kerja keras, serta bantuan dan do’a dari berbagai pihak, akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ayah Idaman Bakti dan Ibu Nani Hanifah yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dukungan, bimbingan, serta kesabaran bagi anak-anaknya.

2. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

viii

3. Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Mu’min Rouf, S.Ag., M.Ag., Sekretaris Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan, serta meluangkan waktunya untuk penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis semasa kuliah. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan mendapat balasan dari Allah SWT.

7. Segenap karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Jakarta yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan literatur yang berkaitan dengan skripsi ini.

8. Koordinator dan staff Outlet UKM di LotteMart cabang Bintaro, Ibu Sri Lestari yang telah memberikan informasi dan bantuannya untuk kebutuhan penyusunan skrpsi ini.

9. Segenap keluarga Soewarno dan Keluarga Susnendar yang telah memberikan bimbingan dan dukungan.


(6)

ix

10.Segenap keluarga besar KKN AKSARA 2012 yang telah memberikan inspirasi dan pengalaman.

11.Segenap teman-teman FSH yang menemani dan memberikan kritik membangun dalam penulisan skripsi ini di antaranya Nur Wakhidurrohman dan Gandy Perdana Putra.

12.Segenap teman-teman komplek Kranggan Permai yang telah rela menghabiskan waktunya untuk bercanda tawa diantaranya Yoga Budi Satria, Fadlil Luthfi dan Tika Prapti Aryanti

13.FIKSIKATA, sebagai sarana bernaungnya semua syair keluhan hati bentuk nada dan irama, yaitu Muhammad Faisal Kahfi, Bagus Arie dan Abdul Hakim

14.Teruntuk seorang kasih yang menemani dalam suka maupun maupun, serta dukungannya yang tidak terbatas ruang dan waktu, Dina Raisa Oktaviana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, namun penulis berharap bahwa skripsi ini bisa bermanfaat dan memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang kewirausahaan dan ekonomi islam.


(7)

x


(8)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Perumusan Masalah ... 15

D. Tujuan Penelitian ... 15

E. Manfaat Penelitian ... 16

F. Tinjauan Studi Terdahulu ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Teori Kemitraan Usaha 1. Konsep & Definisi Kemitraan Usaha ... 22


(9)

xi

2. Manfaat & Kendala Kemitraan Usaha ... 24

3. Kemitraan Usaha sebagai Strategi Bisnis ... 28

4. Kemitraan Usaha dalam Sudut Pandang Islam ... 30

5. Aspek Kemitraan Usaha ... 31

6. Pola Kemitraan Usaha ... 34

B. Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 1. Kriteria UMKM ... 45

2. Karakteristik UMKM ... 49

3. Permasalahan UMKM ... 50

4. Definisi Akses Pemasaran ... 53

5. Definisi Pembinaan & Pelatihan Sumber Daya Manudia (SDM) ... 54

6. Definisi Kinerja UMKM ... 55

C. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh Pembinaan Manajemen & SDM terhadap Kinerja UMKM 57 2. Pengaruh Akses Pemasaran Terhadap Kinerja UMKM ... 59

BAB III: METODELOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 61

B. Lokasi Penelitian ... 61

C. Jenis Penelitian ... 62

D. Sumber Data ... 63

E. Populasi ... 64


(10)

xii

G. Teknis Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

2. Uji Asumsi Klasik ... 71

3. Analisa Regresi Linier Berganda ... 74

4. Koefisien Determinasi (R2) ... 75

5. Pengujian Hipotesis ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kemitraan Usaha di LotteMart cabang Bintaro 1. Sejarah Kemitraan di LotteMart cabang Bintaro ... 78

2. Pola Kemitraan ... 81

3. Prosedur Pelaksanaan Teknis ... 86

4. Kendala Kemitraan ... 88

5. Strategi Kemitraan ... 90

B. Profil Responden 1. Jenis Kelamin ... 93

2. Usia ... 94

3. Status Pernikahan ... 95

4. Profesi Utama ... 96

5. Jenis Usaha ... 97

6. Sumber Permodalan... 99

C. Pembahasan 1. Hasil Penjelasan Responden ... 100


(11)

xiii

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas ... 111

b. Multikolinieritas ... 111

c. Heteroskedastisitas ... 112

d. Uji Autokorelasi ... 113

3. Analisa Regresi Linier Berganda a. Fungsi Regresi ... 115

b. Koefisien Determinasi (R2) ... 116

c. Uji Parsial (t) ... 118

d. Uji Simultan (F) ... 122

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA... 123


(12)

DAFTAR TABEL

xiv

Tabel 1.A.1 Perkembangan Unit Usaha Tahun 2011 – 2012 ... 1

Tabel 1.A.2 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Usaha tahun 2011-2012 ... 2

Tabel 1.A.3 Kontribusi PDB sektor usaha pada tahun 2011-2012 ... 3

Tabel 1.A.4 Kontribusi Ekspor Non-Migas sektor usaha tahun 2011-2012 ... 5

Tabel 2.B.1 Kriteria UMKM Menurut Pasal 6 UU nomor 20 Tahun 2008 ... 48

Tabel 2.B.2 Kriteria UMKM menurut Badan Pusat Statistik ... 49

Tabel 3.C.1 Teknik pengukuran skala Likert... 63

Tabel 3.G.1 Uji Validitas Variabel Pembinaan & Pelatihan SDM ... 67

Tabel 3.G.2 Uji Validitas Variabel Akses Pemasaran ... 68

Tabel 3.G.3 Uji Validitas Variabel Kinerja UMKM ... 69

Tabel 3.G.4 Uji Reliabilitas Variabel Pembinaan dan Pelatihan SDM ... 70

Tabel 3.G.7 Uji Reliabilitas Variabel Akses Pemasaran ... 71

Tabel 3.G.8 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja UMKM ... 71

Tabel 4.C.2 Kurangnya pembinaan & pelatihan SDM ... 100

Tabel 4.C.4 Metode pelatihan & pembinaan sudah sesuai ... 102 Tabel 4.C.12 Uji Multikolinieritas ... 112 Tabel 4.C.14 Uji Autokorelasi ... 114 Tabel 4.C.15 Analisa Regresi Linier Berganda ... 115


(13)

DAFTAR TABEL

xv

Tabel 4.C.17 Uji Parsial (t) ... 116 Tabel 4.C.18 Uji Simultan (F) ... 121


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.A.1 Faktor yang mempengaruhi Kinerja UMKM... 33

xv Gambar 2.C.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 60

Gambar 3.F.1 Variabel-Variabel yang di teliti ... 65

Gambar 3.F.2 Indikator-Indikator Variabel X ... 66

Gambar 3.F.3 Indikator variabel Y ... 66

Gambar 3.G.9 Model Uji Regresi ... 74

Gambar 4.A.1 Pola Kemitraan Tahap Madya LotteMart cabang Bintaro.. 83

Gambar 4.B.1 Jenis Kelamin Responden ... 93

Gambar 4.B.2 Usia Responden ... 88

Gambar 4.B.3 Status Pernikahan Responden ... 95

Gambar 4.B.4 Profesi Utama Responden ... 96

Gambar 4.B.5 Jenis Usaha Responden ... 97

Gambar 4.C.1 Sumber Permodalan Responden ... 99 Gambar 4.C.3 Metode pembinaan & pelatihan ... 101

Gambar 4.C.5 Lokasi outlet LotteMart ... 103

Gambar 4.C.6 Produk yang dijual di outlet LotteMart lebih mahal ... 104

Gambar 4.C.7 Nilai nilai aset usaha Responden ... 106

Gambar 4.C.8 Peningkatan nilai aset usaha Responden ... 107


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.A.1 Aspek Kemitraan Usaha yang Diteliti ... 32 Gambar 4.C.9 Pendapatan (omzet) usaha per bulan Responden ... 108 Gambar 4.C.10 Peningkatan Pendapatan (omzet) usaha responden ... 109

Gambar 4.C.11 Uji Normalitas ... 108 Gambar 4.C.13 Uji Heteroskedastisitas ... 113


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I HASIL UJI VALIDITAS... 130

LAMPIRAN II HASIL UJI RELIABILITAS... 131

LAMPIRAN III HASIL UJI ASUMSI KLASIK... 131

LAMPIRAN IV HASIL UJI REGRESI LINIER BERGANDA... 132

LAMPIRAN V TABEL HASIL OLAH DATA SPSS VERSI 21.0 133 LAMPIRAN VI KUESIONER PENELITIAN ... 141


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

UMKM memiliki peran penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi di berbagai sektor dan pemberdayaan masyarakat, juga sebagai alternatif usaha di tengah krisis ekonomi global yang melanda para pelaku usaha besar Indonesia di ranah internasional. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan data yang tersedia mengenai peningkatan jumlah unit usaha mulai dari tahun 2011-2012

Tabel 1.A.1

Perkembangan Unit Usaha Tahun 2011 – 2012

No Unit Usaha Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 UMKM+UB 55.211.396 56.539.560 1.328.163 2,41

2 UMKM 55.206.444 99,99 56.534.592 99,99 1.328.147 2,41

3 UMi 54.559.969 99 55.856.176 99,79 1.296.207 2,38

4 UK 602.195 1,09 629.418 1,11 27.223 4,52

5 UM 44.280 0,08 48.997 0,09 4.717 10,65

6 UB 4.952 0,01 4.968 0,01 16 0,32

Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2013

Ket.: UMi : Usaha Mikro UK : Usaha Kecil UM : Usaha Menengah UB : Usaha Besar

Tabel 1.1 menjelaskan bahwa unit UMKM merupakan skala usaha terbesar di Indonesia, tercatat sekitar 56.534.592 unit usaha atau sekitar 99,99% pangsa unit usaha dengan peningkatan sebanyak 1.328.147 unit pada tahun 2012. Hal yang menarik adalah seluruh perkembangan unit usaha


(18)

2

didominasi penuh oleh Usaha Mikro dengan jumlah 55.856.176 unit usaha. Artinya UMKM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan dunia usaha, sangat jelas bahwa UMKM berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja karena merupakan unit usaha yang dominan dijalani para pelaku usaha, sehingga UMKM masih memiliki potensi besar terhadap pengembangan yang lebih prospektif.

Sebagaimana dijelaskan oleh Tulus Tambunan bahwa di negara-negara sedang berkembang (NSB) khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan serta pembangunan ekonomi pedesaan.1 Di Indonesia, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat secara statistik mengenai bagaimana peran UMKM dalam menyerap tenaga kerja.

Tabel 1.A.2

Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Usaha tahun 2011-2012

No

Indikator Tenaga Kerja Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 UMKM+UB 104.613.681 110.808.154 6.194.473 5,92 2 UMKM 101.722.458 97,24 107.657.509 97,16 5.935.051 5,83 3 Usaha Mikro (UMi) 94.957.797 90,77 99.859.517 90,12 4.901.720 5,16 4 Usaha Kecil (UK) 3.919.992 3,75 4.535.970 4,09 615.977 15,71 5 Usaha Menengah (UM) 2.844.669 2,72 3.262.023 2,94 417.354 14,67 6 Usaha Besar (UB) 2.891.224 2,76 3.150.645 2,84 259.422 8,97

Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013

1

Tulus Tambunan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 1.


(19)

3

Berdasarkan data statistik pada tabel 1.2, terlihat bahwa UMKM adalah sektor usaha yang memberikan kontribusi penyerapan tenaga kerja terbanyak dari semua sektor usaha yang ada, sebesar 97,16% dengan angka hampir setengah penduduk Indonesia yaitu 107.657.509 jiwa apabila dibandingkan dengan Usaha Besar yang hanya mencapai 2,84%. Hal yang menarik adalah penyerapan tenaga kerja terbesar secara signifikan dikontribusi penuh oleh sektor Usaha Mikro sebesar 90,12%, artinya UMKM adalah sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan hampir seluruhnya diserap oleh skala Usaha Mikro. Dengan demikian UMKM memiliki peran penting dalam mengurangi pengangguran sehingga memungkinkan adanya pemerataan distribusi pendapatan terutama pada masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah.

Melihat banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh sektor UMKM, menjadikan UMKM sebagai pionir dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional, ditinjau juga dari data statistik yang dirangkum oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah, sebagai berikut.

Tabel 1.A.3

Kontribusi PDB sektor usaha pada tahun 2011-2012

No Indikator PDB Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 UMKM+UB 7.427.086,1 8.241.864,3 814.778,2 10,97

2 UMKM 4.303.571,5 57,94 4.869.568,1 59,08 565.996,7 13,15 3 Usaha Mikro (UMi) 2.579.388,4 34,73 2.951.120,6 35,81 371.732,2 14,41 4 Usaha Kecil (UK) 722.012,8 9,72 798.122,2 9,68 76.109,4 10,54 5 Usaha Menengah (UM) 1.002.170.3 13,49 1.120.325.3 13,59 118.155,0 11,79 6 Usaha Besar (UB) 3.123.514,6 42,06 3.372.296,1 40,92 248.781,5 7,96


(20)

4

Berdasarkan data statistik pada Tabel 1.3, juga terlihat bahwa sektor UMKM memberikan kontribusi PDB sebesar 57,94% pada tahun 2011 dan terus meningkat menjadi 59,08% pada tahun 2012. Disisi lain, Usaha Besar juga hampir mengungguli UMKM dengan kontribusi PDB sebesar 42.06% pada tahun 2011, namun pada tahun 2012 PDB Usaha Besar menurun ke angka 40,92%. Hal yang menarik adalah nilai kontribusi skala Usaha Mikro terhadap pertumbuhan ekonomi nasional lebih besar bila dibandingkan dengan skala Usaha Kecil dan Usaha Menengah. Terhitung bernilai Rp 2.579.388,4 Miliar hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh Usaha Mikro pada tahun 2011 dan nilainya terus meningkat hingga menembus angka Rp 2.5951.120,6 Miliar hingga tahun 2012.

Namun ramainya dominasi unit UMKM belum tentu berbanding lurus dengan kemampuan produktivitasnya dalam menghasilkan barang dan jasa. Sebagaimana yang dikemukakan Tulus Tambunan, apabila melihat kenyataan bahwa jumlah unit usahakelompok UMKM jauh melebihi kelompok Usaha Besar, maka dapat dikatakan bahwa kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan PDB yang secara besar tersebut dari UMKM lebih disebabkan oleh jumlah unitnya yang banyak, bukan karena tingkat produktivitasnya (secara individu menurut faktor produksi, misalnya produktivitas tenaga kerja atau produktivitas faktor total) yang tinggi.2. Pernyataan ini didukung berdasarkan data statistik yang menunjukkan lemahnya kontribusi jumlah ekspor

2


(21)

5

migas, khususnya produk-produk manufaktur pada UMKM apabila disanding dengan Usaha Besar, sebagai berikut.

Tabel 1.A.4

Kontribusi Ekspor Non-Migas sektor usaha pada tahun 2011-2012

No Indikator Tenaga Kerja Tahun 2011 Tahun 2012 Perkembangan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 UMKM+UB 1.254.685,3 1.185.391,0 (69.294,4) (5,52)

2 UMKM 187.441,82 14,94 166.625,5 14,06 (20.815,4) (11,10) 3 Usaha Mikro (UMi) 17.249,3 1,37 15.235,2 1,29 (2.014,1) (11,68) 4 Usaha Kecil (UK) 39.311,7 3,13 32.508,8 2,74 (6.802,9) (17,31) 5 Usaha Menengah (UM) 130.880 10,43 118.882,4 10,03 (11.998.4) (9,17) 6 Usaha Besar (UB) 1.067.243,5 85,06 1.018.764,5 85,94 (48,479,0) (4,54)

Sumber:Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2013

Berdasarkan data statistik pada Tabel 1.4, Usaha Besar membuktikan kemampuan produktivitasnya dengan menyumbangkan kontribusi ekspor sebesar 85,06% dengan total ekspor bernilai Rp 1.067.243,5Miliar pada tahun 2011 dan mengalami penurunan sebesar Rp 48.479,0Miliar menjadi Rp 1.067.243,55Miliar hingga tahun 2012, walaupun kemampuan ekspornya menurun, pangsa Usaha Besar sedikit naik dari 85,06% menjadi 85,94%. Diikuti oleh perkembangan ekspor UMKM yang melemah sebesar 11,10% dari Rp 187.441,82Miliar menjadi Rp 166.625,5Miliar dalam kurun waktu 1 tahun. Hal yang menarik dapat dilihat dari skala Usaha Mikro yang sebelumnya berhasil menyumbangkan kontribusi unit usaha terbanyak namun hanya dapat memberikan kontribusi ekspor non-migas terkecil sebesar 1,29% dengan nilai Rp 15.235,2Miliar hingga tahun 2012.

Dilihat dari Kontribusi PDB, UMKM adalah sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar dibanding dengan Usaha Besar, hal ini


(22)

6

disebabkan karena perbandingan jumlah unit skala UMKM jauh melebihi jumlah unit pada skala Usaha Besar. Tetapi dari segi produktivitasnya dilihat dari jumlah Ekspor non-migas yang dihasilkan, kinerja UMKM masih belum pantas di setarakan dengan Usaha Besar karena kemampuan ekspornya yang tergolong rendah terhadap Usaha Besar.

Menurut hasil kajian Snordgrass dan Biggs3, lemahnya perkembangan UMKM di negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor dilihat dari:

1. Aspek Internal, meliputi keterbatasan modal, keahlian tenaga kerja, akses pasar hingga teknologi dan modernisasi UKM.

2. Aspek Eksternal seperti kebijakan pemerintah yang masih belum terimplementasi dengan baik dan ekonomi biaya yang tinggi seperti pungutan liar yang menghambat UKM untuk tumbuh dan berkembang.

Untuk mengatasi problematika tersebut, pemerintah memberikan kebijakan melalui payung hukum yaitu Undang-Undang Dasar Nomor 20 Tahun 2008 tentang peran UMKM dalam memperluas lapangan kerja, proses pemerataan dan peningkatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu untuk mengatasi permasalahan

3

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Integrasi Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah,(UMKM) Dalam Strategi Perencanaan Ekonomi Nasional, (Jakarta:


(23)

7

permodalan, pemerintah juga memberikan pedoman mengenai jumlah maksimal pinjaman atau kredit yang diberikan dari Lembaga Keuangan Pelaksana (LPK) kepada nasabah yang bergerak di sektor UMKM4. Artinya pemerintah mendukung kegiatan wirausaha serta memberikan pedoman dalam upaya peningkatan perekonomian sektor UMKM dan menghimbau lembaga keuangan dalam hal ini perbankan formal untuk memberikan akses permodalan dan kredit usaha dalam rangka mengatasi permasalahan pada pertumbuhan UMKM.

Namun pada kenyataannya hingga tahun 2011 baru sekitar 25% atau sekitar 13 juta pelaku Usaha Mikro dan Kecil yang mendapat akses ke lembaga keuangan5. Hal ini bisa dikarenakan oleh bermacam-macam hal, ada yang tidak pernah dengar atau menyadari adanya skim-skim tersebut, ada yang pernah mencoba tetapi ditolak karena usahanya dianggap tidak layak untuk didanai atau mengundurkan diri karena rumitnya prosedur administrasi, atau tidak bisa memenuhi persyaratan termasuk penyediaan jaminan, atau ada banyak pengusaha kecil yang dari awal memang tidak berkeinginan meminjam dari lembaga-lembaga keuangan formal6. Artinya peran lembaga

4

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 40/KMK.06/2003 tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil, Bab II (Tujuan), Pasal 3 Usaha yang dibiayai.

5

Herderu Purnomo, “52 Juta UMK di Indonesia, 60% Dijalankan Perempuan”, artikel diakses pada 28 Desember 2012 dari

http://finance.detik.com/read/2011/12/05/160638/1783039/5/52-juta-umk-di-indonesia-60-dijalankan-perempuan.

6

Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu Penting, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.53.


(24)

8

keuangan dalam melayani dan memberikan pembiayaan kepada kegiatan Usaha Mikro belum dikatakan maksimal.

Sebaliknya dari perspektif UMKM, permodalan tidak hanya menjadi salah satu permasalahan krusial karena pada kenyataannya hingga saat ini UMKM mau tidak mau juga dihadapkan oleh persaingan pasar dengan Usaha Besar milik swasta. Terutama dengan maraknya pembangunan dan keberadaan Mall serta ritel besar di ibukota yang terbukti memberikan kemudahan, keberagaman, kenyamanan dan keamanan dalam menjajakan produk hasil usaha pada satu tempat. Kelebihan-kelebihan tersebut membuat masyarakat konsumen lebih memilih Mall dan ritel modern skala besar lainnya dalam bertransaksi pemenuhan kebutuhan hidupnya ketimbang pergi ke pasar tradisional tempat para UMKM kebanyakan menjual hasil usahanya. Dampaknya adalah UMKM sulit untuk memasarkan hasil usahanya, bahkan

output UMKM juga bisa tidak tersentuh oleh golongan masyarakat dengan daya beli yang tinggi sehingga berujung pada ketimpangan kesempatan berusaha dan makin melebarnya kesenjangan pendapatan.

Ditambah lagi dengan maraknya perdagangan bebas yang saat ini dapat digambarkan sebagai kesepakatan untuk membuka pintu akses keluar dan masuknya beragam produk dari berbagai belahan dunia dengan kualitas dan harga yang pastinya sangat bersaing, hal ini bisa mempengaruhi pemasaran produk yang dihasilkan oleh pengusaha lokal. Semenjak disepakatinya kebijakan China-Asean Free Trade Area (CAFTA), semakin


(25)

9

banyak masuknya produk murah yang dihasilkan dari beberapa negara benua Asia khususnya Cina, hal bisa berdampak pada melemahnya pemasaran produk buatan lokal dari UMKM dan jika terus menerus dibiarkan maka berkurangnya kesejahteraan para pelaku UMKM tidak dapat terelakkan.

Menyikapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh UMKM membuat pemerintah tidak tinggal diam menghadapi skala usaha yang banyak ditekuni oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini, namun terfokusnya pemerintah pada akar permasalahan UMKM yaitu lemahnya akses permodalan, membuat pemerintah memberikan solusi khusus untuk membantu permasalahan para pelaku UMKM, mengingat bahwa hal ini merupakan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan perekonomian negara. Salah satu solusi yang telah diimplementasikan adalah dengan mengaplikasikan program skim kredit usaha bernama Kredit Usaha Rakyat (KUR).

KUR adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70% sementara sisanya 30% ditanggung oleh bank pelaksanaan. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka mendorong


(26)

10

pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank pelaksanaan, yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM).7

Seiring berjalannya waktu, faktanya program KUR belum sepenuhnya maksimal dalam mengatasi permasalahan UMKM. Sebagaimana dikemukakan oleh Tulus Tambunan pada laporan BI tahun 2009 mengenai evaluasi terhadap penyaluran KUR disebutkan sejumlah kendala dan permasalahan, seperti pemahaman yang belum sama terhadap skim KUR, baik oleh para petugas bank lapangan maupun masyarakat, sehingga muncul persepsi yang keliru tentang KUR, misalnya tentang ketentuan agunan, persyaratan administrasi, dan sumber dana KUR. 8

Kurang berhasilnya program KUR membuktikan bahwa tidaklah mudah dalam mengatasi salah satu permasalahan UMKM, padahal tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM terlihat bukan hanya dari segi permodalan, namun juga akses pemasaran yang semakin menyempit serta lemahnya tata kelola usaha (manajemen) dan sumber daya manusia (SDM) bagi para pelaku usaha. Lepasnya penyertaan pembinaan dalam hal manajemen ketika memberikan kredit kepada pala pelaku usaha juga berakibat pada lemahnya pemasaran, selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kwik Kwan Gie yaitu “...yang khas untuk pembinaan usaha kecil adalah penyuntikan modal

7

Bernard Limbong, Ekonomi Kerakyatan dan Nasionalisme Ekonomi, (Jakarta Selatan: Margaretha Pustaka: 2011), h. 645

8

Tulus Tambunan, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-isu Penting, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 173


(27)

11

yang mutlak harus disertai dengan bimbingan dan pembinaan manajemen. Pemasaran merupakan titik lemah, yang tidak berdiri sendiri, karena kemungkinan berhasilnya yang begitu erat kaitannya dengan kualitas produk yang dihasilkan. Ini pada gilirannya sangat tergantung pada kemampuan manajemen tadi.”9

Dengan kata lain tidak mudah bagi UMKM dengan hanya diberikan permodalan lalu dibiarkan sendiri untuk mengembangkan usahanya tanpa adanya pembinaan multi aspek dari pihak pemberi pinjaman. Oleh karena itu untuk memperkokoh keberadaan UMKM sebagai ujung tombak dari ekonomi kerakyatan, dibutuhkan adanya solusi alternatif peningkatan kinerja UMKM yang mencakup aspek permodalan, aspek manajemen, dan aspek pemasaran, melalui kerjasama antara pelaku usaha khususnya antara skala Usaha Besar dengan UMKM dalam bentuk kemitraan usaha.

Salah satu upaya solusi yang dianggap tepat dalam memecahkan masalah kesenjangan ini adalah melalui kemitraan usaha yang besar dan yang kecil, antara yang kuat dan yang lemah.10 Kemitraan Usaha adalah hubungan kerjasama usaha di antara berbagai pihak yang strategis, bersifat sukarela dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh

9

Kwik Kwan Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 216-217

10

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 4.


(28)

12

usaha besar.11 Dalam hal kemitraan usaha, yang perlu diciptakan adalah situasi kerja sama yang saling menguntungkan antara Usaha besar dan UMKM, sehingga tujuan dari Kemitraan Usaha adalah supaya UMKM dapat berkembang dalam meningkatkan pendapatannya dan mampu bersaing serta mengatasi permasalahan pada aspek pemasaran di era globalisasi seperti sekarang ini.

Konsep mekanisme kerjasama atau keterkaitan dengan perusahaan besar dalam bentuk kemitraan sudah dicetuskan sejak tahun 1980 dan dicanangkan melalui Gerakan Kemitraan Usaha Nasional (GKUN) pada tahun 1996. Tujuan dilakukannya kemitraan usaha adalah sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan yang terjadi antara usaha kecil menengah yang sebagian besar memayungi masyarakat miskin dengan BUMN dan swasta. 12

Untuk mewujudkan situasi kemitraan usaha yang kondusif, diperlukan adanya legalitas hukum yang mengatur secara khusus mengenai kemitraan usaha. Lahirnya Undang-Undang No.9 tahun 1995 dalam Peraturan Pemerintah (PP) merupakan upaya Pemerintah melalui berbagai departemen dan organisasi kemasyarakatan untuk membina dan mendorong terlaksananya kemitraan usaha. Namun demikian karena kompleksnya permasalahan yang

11Titik Sartika Pratomo & Abd Rachman Soedjono,

Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia. 2002), h. 30

12

Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 164


(29)

13

timbul dan belum terkoordinasinya pihak-pihak yang akan bermitra maka sasaran utama dari upaya-upaya ke arah kemitraan masih perlu pembuktian.13

Hingga saat ini, salah satu bukti konkret penerapan kemitraan usaha antara Usaha Besar swasta milik asing dengan UMKM di Indonesia yaitu pada perusahaan LotteMart milik konglomerat Korea bernama Shin Kyuk-Ho yang telah berdiri sejak 1 April 1998 dan hingga 1 November 2013 telah memiliki 244 cabang yang tersebar di Korea, Cina, Vietnam dan Indonesia. Perusahaan divisi dari Lotte Co, Ltd ini bergerak pada industri ritel atau eceran, yaitu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi atau keluarga.14 LotteMart juga disebut sebagai

Hypermarket yang menjual berbagai bahan makanan, pakaian, mainan, elektronik dan barang kebutuhan lainnya dengan kapasitas yang sangat besar. Di Indonesia, LotteMart merupakan hasil afiliasi dan akuisisi 100 persen saham milik PT. Makro Indonesia, sehingga sekarang ini perusahaan ritel Makro Indonesia telah berubah nama dan kepemilikan menjadi PT LotteMart Indonesia selama hampir 5 tahun sejak bulan Oktober 2008. Dalam melaksanakan kemitraan dengan UMKM, LotteMart cabang Bintaro juga melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan melalui Dinas Koperasi & UKM sebagai fasilitator terjalinnya kemitraan.

13

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, h. 5.

14

Levy Weitz, Retailing Management, (New York: The McGraw-Hilll Companies, Inc. 2007), h. 7.


(30)

14

Melihat bahwa potensi UMKM yang masih sangat besar namun ternyata skala usaha ini masih membutuhkan bantuan berupa stimulus untuk meningkatkan kinerjanya, LotteMart berupaya untuk menggali potensi UMKM tersebut dengan cara kemitraan usaha, namun yang menjadi pertanyaan dasar adalah apakah LotteMart cabang Bntaro dan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan terbukti berhasil meningkatkan kinerja dan perekonomian UMKM?. Lalu bagaimana pola kemitraan yang ditawarkan antara Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan dengan LotteMart kepada UMKM serta dilihat dari aspek apa saja LotteMart fokus dalam meningkatkan kinerja usaha UMKM tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul“PENGARUH PEMBINAAN& PELATIHAN SDM DAN AKSES PEMASARAN

TERHADAP KINERJA UMKM (Kerja sama kemitraan LotteMart

Cabang Bintaro dengan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan)”.

B. Identifikasi Masalah

Penulis mengidentifikasi beberapa uraian yang menjadi permasalahan terkait dengan topik penelitian, di antaranya:

1. Aspek pembinaan SDM, lepasnya penyertaan pembinaan dalam hal manajemen ketika lembaga keuangan memberikan kredit modal usaha kepada para pelaku UMKM

2. Aspek akses pemasaran, UMKM dihadapkan pada persaingan pasar dengan Usaha Besar milik swasta semenjak maraknya


(31)

15

pembangunan dan keberadaan Mall serta ritel besar di ibukota,juga perdagangan bebas semenjak disepakatinya kebijakan China-Asean Free Trade Area (CAFTA), ini memberikan dampak pada melemahnya pemasaran produk UMKM buatan lokal.

C. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang harus dikaji dan dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana polakemitraan yang terjalin antara denganLotteMart cabang Bintaro dan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan Kinerja UMKM?

2. Bagaimana pengaruhPembinaan & Pelatihan SDM terhadap kinerja UMKM?

3. Bagaimana Pengaruh Akses Permodalan terhadap Kinerja UMKM?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana pola kemitraan yang terjalin antara dengan

LotteMart cabang Bintaro dan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan Kinerja UMKM.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh Pembinaan & Pelatihan SDM terhadap kinerja UMKM.


(32)

16

3. Mengetahui bagaimana Pengaruh Akses Permodalan terhadap Kinerja UMKM

E. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pemerintah melalui kementrian koperasi dan UMKM sebagai informasi dalam mengambil keputusan, menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-langkah konkret dalam pembinaan pengusaha UMKM khususnya di kota Tangerang Selatan dan pemerintah Indonesia umumnya. Disamping itu penelitian ini juga bermanfaat sebagai pedoman informasi dalam upaya meningkatkan kinerja UMKM melalui kemitraan usaha dengan ritel LotteMart cabang Bintaro atau dengan perusahaan ritel lainnya yang menawarkan kemitraan usaha kepada UMKM yang memiliki potensi dan kompetensi.

F. Tinjauan Studi Terdahulu

Untuk mendukung serta menunjang informasi kepustakaan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini dan juga untuk menghindari adanya plagiat, penulis melihat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya.

1. Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada

Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Koperasi di Kabupaten

Jeneponto Sulawesi Selatan - Saparuddin M dan Basri Bado


(33)

17

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efek kemitraan usaha antara Usaha Kecil dan Usaha Menengah, pemerintah, perbankan dan institusi lainnya dilihat dari aspek pemasaran, pengembangan SDM, akses permodalan terhadap kinerja UKM dilihat dari segi finansial dan non-finansial di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif deskriptif menggunakan metode pengumpulan data survey dengan teknik random sampling dengan 21 unit usaha sebagai sampel. Data primer dan data sekunder dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan, observasi dan angket kuesioner. Data dianalisis menggunakan metode Path Analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan secara parsial terdapat pengaruh positif yang signifikan pada program kemitraan usaha terhadap kinerja finansial dan kinerja non-finansial UKM. Kinerja Finansial UKM lebih banyak dipengaruhi oleh aspek akses pengembangan SDM dan kinerja non-finansial UKM paling banyak dipengaruhi oleh aspek organisasi manajemen.

2. Analisis Dampak Program kemitraan terhadap Pemasaran

Produk Usaha Kecil dan Menengah pada PT. Jasa Raharja

(Persero) Cabang Kalimantan Barat - Oscar Ryandi Andjioe

dan Syarif Agussaid Alkadrie (Jurnal EKSOS Volume 8,


(34)

18

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak implementasi Program Kemitraan Terhadap Pemasaran Produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di PT Jasa Raharja (Persero) cabang Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Objek penelitian adalah semua pemilik Usaha Kecil menengah (UKM) sebagai mitra yang dibina pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Jasa Raharja Cabang Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat 56,67% Pemilik UKM yang memiliki omzet sebesar Rp. 1.000.001 - Rp. 5.000.000,-. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah UKM dengan omzet yang sama dari sebelumnya program kemitraan yang hanya 46,67% sehingga Kemitraan usaha PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Kalimantan Barat memiliki dampak pada jaringan pemasaran produk-produk UKM. Sebanyak 64,70% dari pemilik UKM yang telah mengikuti Program Kemitraan mengatakan produk jaringan pemasaran mereka sudah cukup baik sehingga bisa dikatakan bahwa program kemitraan PT. Layanan Raharja (Persero) berdampak pada peningkatan jaringan pemasaran produk UKM.

3. Analisis Efektivitas Program Kemitraan PT Bank X dengan


(35)

19

Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen/Departemen

Manajemen. 2011)

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui karakteristik umum Mitra Binaan dalam Program Kemitraan PT Bank X, di Bogor, (2) Menganalisis efektivitas program kemitraan PT Bank X Bogor, (3) Menganalisis hubungan antara karakteristik mitra binaan dengan efektivitas program, dan (4) Menganalisis hubungan antara efektivitas program kemitraan dengan loyalitas mitra binaan. Data primer diperoleh dari 40 Mitra Binaan PT Bank X dengan wawancara langsung dan kuesioner. Metode yang digunakan adalah analisis Deskriptif dengan skala Likert, Importance Performance Analysis (IPA), Uji Tabulasi silang (Crosstabs), dan uji korelasi Rank Spearman dengan bantuan software SPSS versi 17 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT Bank X Bogor memiliki proporsi yang sama antara perempuan dan laki-laki, rentang usia >40 tahun, pendidikan terakhir SMU/SMK, Jenis usaha yang dijalankan adalah usaha Makanan, dan Lama bermitra antara 1-3 tahun. Untuk efektivitas Program Kemitraan PT Bank X Bogor, dari segi realisasi program yang paling efektif diperoleh mitra binaan adalah program pelatihan. Dari segi ketercapaian tujuan, secara keseluruhan program kemitraan dapat


(36)

20

dikatakan efektif dengan program yang paling tinggi efektivitasnya adalah program Kredit Murah (Sangat Efektif). Berdasarkan hasil uji Tabulasi silang (Crosstabs) terdapat hubungan yang signifikan antara lama bermitra dengan efektivitas kredit murah. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman terdapat hubungan linier yang positif antara efektivitas program kemitraan dengan Loyalitas mitra binaan dengan koefisien korelasi 0,421 (tingkat korelasi Sedang) dan nilai p = 0,006 (signifikan), sehingga semakin efektif program kemitraan PT Bank X Bogor maka mitra binaan semakin loyal.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari 6 BAB dengan beberapa sub-bab. Agar mendapatkan arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut ini sistematika penulisan penelitian secara ringkas.

BAB 1: PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta tinjauan kepustakaan beserta sistematika penulisan penelitian.

BAB II: KAJIAN KEPUSTAKAAN

Bab ini memuat kajian kepustakaan tentang teori kemitraan usaha beserta aspek dalam kemitraan serta implementasi kemitraan usaha sebagai solusi peningkatan kinerja UMKM, dan Teori UMKM beserta definisi dan


(37)

21

karakteristik UMKM serta permasalahan-permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM dilihat dari segi permodalan, manajemen dan pemasaran.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini penulis membahas Metode Penelitian yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis data yang didapat dari angket kuesioner yang telah diisi oleh objek penelitian yaitu unit UMKM yang mengikuti kemitraan usaha di LotteMart cabang Bintaro.

BAB IV: HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini menjawab rumusan permasalahan yaitu pola dan prosedur, strategi serta kendala kemitraan di LotteMart cabang Bintaro, dan Uji Validitas, Reliabilitas, Normalitas, Autokorelasi,profil responden, pembahasan deskriptif serta analisa pengaruh kemitraan usaha terhadap kinerja UMKM.

BAB V: PENUTUP

Bab ini memuat uraian kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian serta beberapa saran yang akan ditujukan kepada para pihak terkait.


(38)

22

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Teori Kemitraan Usaha

1. Konsep & Definisi Kemitraan Usaha

Secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemitraan berasal dari kata dasar “mitra” yang berarti teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerja sama sebagai mitra. Secara terminologi, konsep kemitraan merupakan terjemahan kebersamaan (partnership) atau bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep manajemen berdasarkan sasaran atau partisipatif. Karena sesuai konsep manajemen partisipatif, perusahaan besar harus bertanggung jawab mengembangkan usaha kecil dan masyarakat pelanggannya, karena pada akhirnya hanya konsep kemitraan (partnership) yang dapat menjamin eksistensi perusahaan besar, terutama untuk jangka panjang.1

Thee Kian Wie dalam dialognya menyimpulkan bahwa Kemitraan merupakan kerja sama usaha antara perusahaan besar/menengah yang bergerak di sektor produksi barang-barang maupun di sektor jasa-jasa dengan industri kecil berdasarkan asas (1) saling membutuhkan, (2) saling

1

Marbun, Manajemen Perusahaan Kecil, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressiondo, 1996), h.34-35


(39)

23

memperkuat, dan (3) saling menguntungkan.2 Jafar Hafsah mendefinisikan kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.3 Jadi kesimpulannya adalah bahwa kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dalam bentuk kerja sama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam waktu tertentu dengan prinsip saling membutuhkan, saling membesarkan, saling memperkuat dan tentunya saling membutuhkan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil, konsep kemitraan dirumuskan dalam pasal 26 yang berisi beberapa butir ayat sebagai berikut

(1) Usaha menengah dan Usaha Besar melaksanakan hubungan kemitraan dengan Usaha Kecil, baik yang memiliki maupun tidak memiliki keterkaitan usaha

(2) Pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diupayakan ke arah terwujudnya keterkaitan usaha.

(3) Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan

2

Thee Kian Wie, Dialog Kemitraan dan Keterkaitan Usaha Besar & Kecil dalam sektor Industri Pengolahan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 2

3

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 43


(40)

24

pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi.

(4) Dalam melaksanakan hubungan kedua belah pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara.

2. Manfaat & Kendala Kemitraan Usaha

Dengan kemitraan atau partnership, pelaku usaha besar bisa melakukan usaha bersama dengan pelaku usaha kecil melalui kerja sama dalam mengelola dan mengoperasikan kegiatan usahanya agar sama-sama saling berkembang dan saling menguntungkan. Manfaat yang dapat diperoleh bagi UMKM dan Usaha Besar yang melakukan kemitraan yaitu:4

1. Meningkatnya produktivitas 2. Efisiensi

3. Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas 4. Menurunkan risiko kerugian

5. Memberikan social benefit yang cukup tinggi 6. Meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional

Selain manfaat yang diberikan melalui kemitraan, juga terdapat kelebihan dan kelemahan dari teknis pelaksanaan kemitraan. Zimmerer dan

4

Kemitraan Usaha dan Masalahnya Artikel di Akses pada 11 Oktober 2013 dari tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/kemitraan-usaha-dan-masalahnya/


(41)

25

Scarborough mengemukakan tentang faktor-faktor kelebihan dan kelemahan dari kemitraan, yaitu:5

1. Kelebihan Kemitraan a) Mudah pendiriannya

Seperti juga usaha perseorangan, kemitraan juga mudah dan murah pendiriannya. Pemilik harus memperoleh perizinan bisnis dan menyerahkan formulir-formulir yang tidak terlalu banyak.

b) Keterampilan yang saling melengkapi

Dalam kemitraan yang berhasil, keterampilan dan kemampuan masing-masing anggota kemitraan saling melengkapi satu sama lain, sehingga memperkuat landasan manajemen perusahaan.

c) Pembagian laba

Tidak ada pembatasan mengenai cara para anggota kemitraan membagi laba perusahaan sejauh konsisten dengan anggaran dasar kemitraan dan tidak melanggar hak anggota yang mana pun.

d) Pengumpulan modal yang lebih besar

5

Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough, Essentials of

Entrepreneurship and Small Business Management, (New Jersey : Prentice Hall, 2007), h.168-170


(42)

26

Bentuk kepemilikan kemitraan secara nyata memperluas kumpulan modal yang tersedia untuk suatu bisnis.

e) Kemampuan menarik anggota mitra

Apabila para mitra berbagi dalam memiliki, mengoperasikan, dan mengelola suatu bisnis, mereka umumnya adalah mitra aktif. Mitra aktif memiliki kewajiban tidak terbatas dan biasanya memiliki peran aktif di perusahaan.

f) Tidak banyak Peraturan Pemerintah

Bentuk operasi kemitraan tidak banyak dibebani oleh peraturan-peraturan pemerintah.

g) Keluwesan

Kemitraan biasanya dapat bereaksi cepat terhadap situasi pasar yang berubah, sebab tidak ada organisasi raksasa yang dapat bergerak cepat memberi tanggapan kreatif terhadap peluang- peluang baru.

h) Pajak

Kemitraan tidak terkena pajak pemerintah. Kemitraan dinilai langsung dari laba dan rugi yang dihasilkan; pendapatan bersih atau kerugian langsung masuk ke dalam pendapatan pribadi anggota kemitraan, dan anggota kemitraanlah yang membayar pajak penghasilan sesuai dengan biaya laba yang diterimanya.


(43)

27

Kemitraan terhindar dari kelemahan pajak ganda sehubungan dengan bentuk kepemilikan perseroan.

2. Sedangkan kelemahan kemitraan, adalah:

a) Kewajiban yang terbatas pada minimal seorang anggota kemitraan

Paling sedikit seorang anggota dari setiap kemitraan haruslah seorang mitra aktif. Mitra aktif memiliki kewajiban pribadi tak terbatas, meskipun sering kali dialah anggota kemitraan yang memiliki kekayaan pribadi paling sedikit.

b) Akumulasi modal

Meskipun bentuk kepemilikan kemitraan lebih baik dibandingkan usaha perseorangan dalam menarik modal, tetapi umumnya tidak seefektif bentuk kepemilikan perseroan. c) Kesulitan menyingkirkan anggota kemitraan tanpa

membubarkan kemitraan

Kebanyakan anggaran dasar kemitraan membatasi cara anggota boleh melepas saham dalam bisnis itu. Umum terjadi bahwa anggota kemitraan disyaratkan untuk menjual sahamnya kepada anggota lain. Bila anggota kemitraan mengundurkan diri kemitraan akan bubar, kecuali ada keterangan khusus yang mengatur proses perubahan ini dengan lancar.


(44)

28

d) Kurangnya kesinambungan

Bila seorang anggota kemitraan meninggal, keruwetan muncul. Saham anggota sering kali tidak dapat dialihkan kepada ahli warisnya, karena anggota lain mungkin tidak menginginkan bermitra dengan orang yang mewarisi saham anggota kemitraan yang meninggal.

e) Potensi konflik pribadi dan wewenang

Tidak peduli bagaimana cocoknya mitra, ketidakcocokan dalam kerja sama tidak dapat dihindari. Kuncinya adalah adanya mekanisme seperti perjanjian kerja sama dan komunikasi terbuka untuk mengendalikan hal itu.

3. Kemitraan Usaha sebagai Strategi Bisnis

Menurut Marzuki dalam Saparuddin & Basri, agar kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil dan dapat berlangsung secara alamiah dan langgeng, maka dalam menjalin hubungan bisnis didasarkan pada kaidah-kaidah bisnis sebagai berikut:6

1. Saling menguntungkan, dan saling membutuhkan 2. Berorientasi pada peningkatan daya saing

3. Memenuhi aspek:

6

Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 167


(45)

29

a) Harga yang bersaing dibandingkan dengan harga yang ditawarkan pihak lain

b) Kualitas atau mutu yang baik sesuai dengan yang diperjanjikan

c) Kuantitas, yaitu dapat memenuhi jumlah yang ditentukan d) Delivery, yaitu pemenuhan penyerahan barang/jasa tepat

waktu sesuai yang disepakati.

4. Ada kesediaan dari pihak usaha besar untuk melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sebagai mitra usahanya.

Karena kemitraan usaha juga merupakan strategi bisnis, maka dalam penerapannya membutuhkan etika bisnis, seperti yang diungkapkan Jafar Hafsah bahwa keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Jhon L. Mariotti dalam Jafar Hafsah mengemukakan 6 dasar etika bisnis yang harus dipenuhi dalam kemitraan usaha, yaitu adalah:7

1. Karakter, Integritas dan Kejujuran 2. Kepercayaan

3. Komunikasi yang terbuka 4. Adil

5. Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra

7

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 47-50


(46)

30

6. Keseimbangan antara insentif dan risiko

Kemitraan usaha yang dilakukan selaras dengan etika bisnis memungkinkan adanya suatu penerapan kemitraan usaha yang berjalan secara alamiah atau sesuai dengan keinginan masing-masing pihak yang bermitra, hal ini diperkuat oleh Kwik Kwan Gie bahwa “...kalau kemitraan terwujud, itu akan terjadi dengan sendirinya, karena mereka yang bermitra saling membutuhkan. Imbauan setengah paksa hanya akan menghasilkan kerja sama yang semu, karena pengusaha besar menganggapnya sebagai kewajiban sosial atau sarana public relation.”8

4. Kemitraan Usaha dalam Sudut Pandang Islam

Karena dalam melaksanakan suatu kemitraan usaha dibutuhkan adanya etika bisnis yang menjunjung tinggi kejujuran, keadilan dan kepercayaan antara pihak-pihak yang bermitra, maka dalam hal ini ajaran Islam membenarkan adanya suatu kemitraan usaha dalam hal bisnis selama tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Hal ini didukung dengan adanya praktek muamalah dalam kegiatan ekonomi yang telah dilakukan semenjak zaman Rasulullah SAW, sehingga diketahui bahwa kemitraan usaha bukan merupakan hal yang baru dalam kegiatan bisnis Syariah.

8

Kwik Kwan Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 217


(47)

31

Praktek muamalah dalam bisnis yang dimaksud dilakukan dengan skema Mudharabah dan Musyarakah. Kedua skema ini adalah bentuk kerja sama antara dua belah pihak dalam hal bisnis yang mana salah satu pihak memberikan kontribusi berupa harta sebagai modal usaha dan pihak lain memberikan kontribusi berupa tenaga atau keahlian untuk mengelola usaha tersebut. Perbedaannya terletak dari jumlah atau presentasi pembagian kontribusi modal harta dan modal keahlian, pada skema Mudharabah, pihak

Shohibul Mal berperan sebagai pihak yang memberikan modal harta secara menyeluruh untuk kegiatan usaha, sedangkan Mudharib adalah pihak yang memiliki modal keahlian untuk menjalankan kegiatan usaha yang didanai oleh Shohibul Mal. Sedangkan pada skema Musyarakah, kedua belah pihak sama-sama memberikan kontribusi modal harta dan modal keahlian namun besaran persentase pembagiannya disesuaikan dan disepakati oleh kedua belah pihak. Begitu pula pembagian keuntungan yang berupa bagi hasil, pembagiannya harus dilakukan secara adil berdasarkan kontribusi yang dikeluarkan sehingga kedua belah pihak menyepakati dan tidak merasa dirugikan.

5. Aspek Kemitraan Usaha

Implementasi kemitraan bisa dilakukan melalui beberapa aspek utama yaitu peningkatan sumber-sumber finansial seperti akses permodalan serta memberikan akses terhadap informasi dan teknologi melalui pembinaan dan


(48)

32

pelatihan serta peningkatan terhadap akses pemasaran. Selaras dengan pendapat Muflih dalam Saparuddin dan Basri bahwa kemitraan mengandung beberapa unsur yaitu pemberian kesempatan pelatihan sumber daya manusia, ada redistribusi aset produktif dari yang kuat kepada yang lemah, ada akses terhadap sumber-sumber pendanaan, ada akses informasi dan teknologi, dan ada akses terhadap pasar.9

Karena kemitraan usaha merupakan upaya stimulus untuk meningkatkan kinerja UMKM, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saparuddin dan Basri (2011) bahwa aspek kemitraan yang menjadi faktor dalam mempengaruhi kinerja UMKM adalah sebagai berikut10:

1. Akses permodalan

2. Pembinaan dan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) 3. Akses pemasaran

4. Keterkaitan manajemen pengelolaan usaha dan organisasi Pada penelitian ini dibatasi pada 2 faktor yaitu akses pemasaran, dan pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini didasarkan pada hasil wawancara penulis dengan koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro, bahwa kemitraan di LotteMart cabang Bintaro terjalin untuk meningkatkan

9

Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 164

10


(49)

33

pemasaran UMKM disertai dengan pembinaan & pelatihan SDM kepada pelaku UMKM anggota kemitraan11.

Faktor yang mempengaruhi kinerja usaha adalah akses pemasaran, ini didasarkan menurut Kaplan dan Norton dalam Soetjipto12 yang mengemukakan bahwa untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan ada beberapa aspek yang menjadi ukuran, salah satu aspeknya adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh pelanggan (customer) yang dilihat penguasaan pasar. Sebagaimana dikutip dari hasil penelitian Saparuddin & Basri (2011) bahwa dalam penguasaan pangsa, maka perusahaan harus menyusun sebuah strategi untuk membangun akses pasar dan informasi pasar akan yang akan berdampak pada meningkatnya nilai tambah sebagai hasil akhir dari timbulnya transparansi mengenai jumlah, kualitas, harga dari produk yang dihasilkan.13

Selanjutnya bahwa salah satu faktor dalam meningkatkan kinerja usaha adalah pembinaan & pelatihan SDM, ini didasarkan menurut Marco Sumampouw yang menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau organisasi tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia, perusahaan yang

11

Wawancara dengan Sri Lestari, tanggal 23 September 2013, pukul 9.10-11.45. bertempat di LotteMart cabang Bintaro, Kota Tangerang Selatan.

12

Budi W. Soetjipto.”Mengukur Kinerja Bisnis dengan Balance Scorecard”, (Usahawan No.6, XXVI, Juni 1997) h. 21

13

Saparuddin M & Basri Badodo, “Pengaruh Kemitraan Usaha Terhadap Kinerja Usaha Pada UKM dan Koperasi di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan,” (Jurnal Econosains, Volume IX, Nomor 2, Agustus 2011), h. 182


(50)

34

Kinerja UMKM Pembinaan &

Pelatihan SDM

Akses Pemasaran

ingin meningkatkan kinerjanya harus mempunyai komitmen terhadap pengembangan kualitas SDM.14

Gambar 2.A.1

Faktor yang mempengaruhi Kinerja UMKM di LotteMart Cabang Bintaro

6. Pola Kemitraan Usaha

Menurut Mudrajat Kuncoro, pola kemitraan di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pola keterkaitan langsung dan keterkaitan tidak langsung.15

a. Pola Keterkaitan Langsung

1. Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), dimana bapak angkat (usaha besar) sebagai inti, sedangkan petani kecil sebagai plasma.

2. Pola Dagang, dimana bapak angkat bertindak sebagai pemasar produk yang dihasilkan oleh mitra usahanya.

14

Marco Sumampouw, “Investasi sumber daya manusia dan perkembangan perusahaan/organisasi”, (Manajemen Usahawan Indonesia, Volume 26, No 7,1997) h. 20

15

Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia : Menuju Negara Industri Baru 2030, (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2007), h. 374


(51)

35

3. Pola Vendor, dimana produk yang dihasilkan oleh anak angkat tidak memiliki hubungan kaitan ke depan maupun ke belakang dengan produk yang dihasilkan oleh bapak angkatnya.

4. Pola Subkontrak, dimana produk yang dihasilkan oleh anak angkat merupakan bagian proses produksi usaha yang dilakukan oleh bapak angkat, lalu terdapat interaksi antara anak dan bapak angkat dalam bentuk keterkaitan teknis, keuangan, atau informasi

b. Pola Keterkaitan Tidak Langsung, merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola ini tidak ada hubungan bisnis langsung antara usaha besar dengan mitra usaha. Hal ini yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi sebagai bagian salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Pola pembinaan melalui program ini meliputi : pelatihan pengusaha kecil, pelatihan calon konsultan pengusaha kecil, bimbingan usaha, konsultasi bisnis, monitoring usaha, temu usaha, dan lokakarya atau seminar usaha kecil.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil, terdapat 6 pola kemitraan Usaha yang diurai secara dalam pasal 27, yaitu inti plasma, subkontrak, dagang umum, waralaba, keagenan, dan bentuk-bentuk lain, penjelasannya sebagai berikut:


(52)

36

a. Inti plasma

Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar, yang di dalamnya usaha menengah atau besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil bertindak sebagai plasma; perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.

Beberapa keunggulan dari pelaksanaan pola inti plasma adalah sebagai berikut:16

1. Memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan inti dengan plasma melalui pembinaan dan penyediaan sarana produksi, pengolahan serta pemasaran hasil, sehingga tumbuh ketergantungan yang saling menguntungkan.

2. Meningkatkan keberdayaan plasma dalam hal kelembagaan, modal sehingga pasokan bahan baku kepada perusahaan inti lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas 3. Usaha skala kecil/gurem yang dibimbing inti mampu

memenuhi skala ekonomi, sehingga usaha kecil ini mampu mencapai efisiensi.

16

Lala M. Kolopaking, Kemitraan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil/Gurem, Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Sinergitas Pengembangan Kawasan, (Jakarta: 2002), h. 9


(53)

37

4. Perusahaan inti dapat mengembangkan komoditas, barang produksi yang mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasaran.

5. Keberhasilan pola inti-plasma dapat menjaadi daya tarik bagi investor lainnya sehingga dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru yang pada gilirannya membantu pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan pelaksanaan di lapangan, harus diakui banyak kendala yang dihadapi, yaitu:17

1. Kelompok atau koperasi yang menaungi masyarakat apabila belum mandiri, maka tidak dapat mewakili aspirasi anggotanya

2. Pemahaman atas hak dan kewajiban umumnya belum baik

3. Perusahaan inti belum sepenuhnya memenuhi fungsi dan kewajiban sebagaimana diharapkan

4. Belum ada kontrak yang benar-benar bisa menjamin terpenuhinya persyaratan komoditas yang diharapkan

17


(54)

38

5. Belum adanya lembaga arbitrase yang mampu menjadi penengah kala terjadi perselisihan.

b. Subkontrak

Pola Subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar, yang dalam hubungan kemitraan usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya.

Model Kemitraan Sub-Kontrak ini dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:18

1. Sub-contracting up-stream

Bilamana bahan baku atau produk dalam bentuk setengah jadi dibuat oleh usaha kecil, dan finishing-nya dilaksanakan oleh usaha menengah atau usaha besar.

2. Sub-contracting down-stream

Bilamana bahan baku atau barang setengah jadi dibuat oleh usaha menengah dan usaha besar, sedangkan finishing-nya dilaksanakan oleh usaha kecil. Jadi pada

18

Martani Huseini, Keterkaitan antara Industri Kecil dengan Industri Menengah/Besar Melalui Pola Kerjasama Bapak-Anak Angkat di Daerah Perkotaan, (Jakarta: PAU UI, 1991)


(55)

39

dasarnya merupakan kebalikan dari sub-contracting up-stream

3. Sub-contracting partikel

Bilamana hanya sebagian dari mata rantai proses produksi yang dikerjakan oleh usaha menengah atau usaha besar dikerjakan oleh usaha kecil

Terdapat keuntungan dan kelemahan Pola kemitraan subkontrak, yaitu:19

1. Keuntungan

Dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan keterampilan serta menjamin pemasaran kelompok mitra usahanya.

2. Kelemahan

Kecenderungan mengisolasi produsen kecil sebagai sub kontrak pada satu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni. Hal itu terutama dirasakan dalam penyediaan bahan baku dan pemasaran. Akibatnya, sering terjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi dan harga produk yang rendah, kontrol kualitas produk yang ketat, dan sistem pembayaran yang sering terlambat, serta

19

Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), h. 72-73


(56)

40

adanya gejala eksploitasi tenaga untuk mengejar target produksi.

c. Dagang Umum

Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.

Keuntungan dari pola ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah ditentukan atau disepakati. Sedangkan kelemahan pola ini memerlukan permodalan yang kuat sebagai modal kerja dalam menjalankan usahanya baik oleh kelompok mitra usaha maupun perusahaan mitra usaha, juga pengusaha besar seperti swalayan menentukan dengan sepihak mengenai harga dan volume yang sering merugikan pengusaha kecil.20

d. Waralaba

Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hal penggunaan lisensi, merek

20


(57)

41

dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen.

Perusahaan mitra usaha sebagai pemilik waralaba, bertanggung jawab terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran, merk dagang, dan hal-hal lainnya, kepada mitra usahanya sebagai pemegang usaha yang diwaralabakan. Sedangkan pemegang usaha waralaba, hanya mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian pendapatannya berupa royaltu dan biaya lainnya yang terkait dari kegiatan usaha tersebut.

Kelebihan dari pola waralaba ini antara lain:21

1. Perusahaan pewaralaba dan perusahaan terwaralaba sama-sama mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan kewajibannya berupa: adanya alternatif sumber dana, penghematan modal, efisiensi.

2. Membuka kesempatan kerja yang sangat luas. Kelemahan pola waralaba:

1. Apabila salah satu pihak ingkar dalam menepati kesepakatan yang telah ditetapkan sehingga terjadi perselisihan.

21


(58)

42

2. Ketergantungan yang sangat besar dari perusahaan terwaralaba terhadap perusahaan pewaralaba dalam hal teknis dan aturan atau petunjuk yang mengikat.

3. Perusahaan pewaralaba tidak mampu secara bebas mengontrol dan mengendalikan perusahaan terwaralaba terutama dalam hal jumlah penjualan

. e. Keagenan

Pola Keagenan adalah hubungan kemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya

Usaha menengah atau usaha besar sebagai perusahaan mitra usaha bertanggung jawab terhadap produk (barang dan jasa) yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai kelompok mitra diberi kewajiban untuk memasarkan barang atau jasa tersebut. bahkan disertai dengan target-target yang harus dipenuhi, sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

Keuntungan yang diperoleh dari hubungan kemitraan pola keagenan dapat berbentuk komisi atau fee yang diusahakan oleh usaha besar atau menengah.


(59)

43

Kelebihan dari pola keagenan antara lain bahwa agen dapat merupakan tulang punggung dan ujung tombak pemasaran usaha besar dan usaha menengah. Namun peranan agen harus lebih profesional, handal dan ulet dalam pemasaran, karena dalam pemasaran tidak cukup dengan pengetahuan akan tetapi diperlukan kepiawaian dalam mencari nasabah dan pelanggan serta memberikan kepuasan kepada pelanggan.22

f. Pola bentuk-bentuk lain di luar pola sebagaimana tertera dalam huruf a,b,c,d, dan e pasal ini adalah pola kemitraan yang pada saat ini sudah berkembang tetapi belum dibakukan, atau pola baru yang akan timbul di masa yang akan datang.

Menurut Hafsah bahwa pola kemitraan dapat dikembangkan mulai dari yang paling sederhana sampai pola ideal yang mewujudkan ketergantungan yang besar antara pihak-pihak yang bermitra, yaitu:23

a. Pola Kemitraan Sederhana (pemula)

1) Perusahaan/pengusaha besar memberikan bantuan atau kemudahan memperoleh permodalan untuk mengembangkan usaha, penyediaan sarana produksi, teknologi (alat mesin) untuk meningkatan produksi dan mutu produksi.

22

Ibid, h. 76-77

23


(60)

44

2) Pengusaha usaha kecil yang menjadi mitra mempunyai kewajiban untuk memasokkan hasil produksinya kepada pengusaha besar mitranya dengan jumlah dan standar mutu sesuai dengan standar yang telah disepakati bersama

3) Pemerintah memberikan fasilitas dan kemudahan dalam berinvestasi, penyediaan/pembangunan sarana prasarana transportasi, telekomunikasi, listrik serta perangkat perundang-undangan yang mendukung kemitraan usaha

b. Pola Kemitraan Tahap Madya

1) Usaha besar memberikan pembinaan dalam bantuan teknologi, alat mesin, industri pengolahan (agrobisnis) serta jaminan pemasaran

2) Usaha kecil telah mampu mengembangkan usahanya mulai dari merencanakan usaha serta sampai pengadaan sarana produksi dan permodalan

3) Sedangkan peran pemerintah dan lembaga terkait tetap sama sebagaimana peran dalam pola sederhana yaitu sebagai fasilitator

c. Pola Kemitraan Tahap Utama

1) Pihak pengusaha kecil bersama-sama mempunyai patungan atau menanamkan modal usaha pada usaha besar misalnya dalam bentuk saham


(61)

45

2) Peran pemerintah sebagai fasilitator dan pembina kemitraan usaha.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan koordinator kemitraan di LotteMart24 terkait penjelasan pola kemitraan yang terjalin, bahwa LotteMart sebagai usaha besar memberikan sarana pemasaran produk-produk UMKM, namun tidak memberikan bantuan maupun akses permodalan kepada UMKM. lalu pemerintah daerah yaitu dinas koperasi & UKM Tangerang Selatan berperan sebagai fasilitator berlangsungnya kemitraan dengan cara membayar biaya sewa lokasi outlet khusus untuk dipasarkannya produk-produk UMKM. Artinya pola kemitraan yang terjalin di LotteMart dalam perkembangannya termasuk pola kemitraan tahap Madya, karena UMKM sudah bisa menyediakan permodalannya sendiri dalam mengembangkan usahanya.

B. Teori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

1. Kriteria UMKM

24

Wawancara dengan Ibu Sri Lestari, Koordinator UMKM di LotteMart cabang Bintaro. 23 September 2013 pukul 09.00 - 11.45 WIB di LotteMart cabang Bintaro.


(62)

46

Pada prinsipnya, definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-aspek jumlah tenaga kerja, pendapatan dan jumlah aset. Berikut ini adalah kriteria-kriteria UKM menurut World Bank.25

1. Medium Enterprise, dengan kriteria: a. Jumlah karyawan maksimal 300 orang

b. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta c. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

2. Small Enterprise, dengan kriteria:

a. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta c. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

3. Micro Enterprise, dengan kriteria:

a. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang b. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu c. Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

Dari sudut pandang perkembangannya Usaha Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha Kecil dan Menengah yaitu:26

25

Definisi dan Kriteria UKM menurut Lembaga dan Negara Asing, artikel diakses pada 14 Oktober 2013 dari tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/definisi-dan-kriteria-ukm-menurut-lembaga-dan-negara-asing/

26

Klasifikasi UKM, artikel diakses pada 14 Oktober 2013 dari tautan http://infoukm.wordpress.com/2008/08/29/klasifikasi-ukm/


(1)

139

Total 59 100,0 100,0

Responden setuju memberikan potongan harga/diskon di outlet LotteMart Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid

Setuju 15 25,4 25,4 25,4

Sangat Setuju 44 74,6 74,6 100,0

Total 59 100,0 100,0

Responden setuju harus tercipta variasi produk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 19 32,2 32,2 32,2

Sangat Setuju 40 67,8 67,8 100,0

Total 59 100,0 100,0

Responden setuju variasi produk dapat memperluas segmentasi pasar Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent Valid

Setuju 18 30,5 30,5 30,5

Sangat Setuju 41 69,5 69,5 100,0

Total 59 100,0 100,0

D.

Variabel Kinerja UMKM (Y)

Aset usaha Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SUM2 16 27,1 27,1 27,1

SUM3 36 61,0 61,0 88,1

SUM4 1 1,7 1,7 89,8

SUM5 6 10,2 10,2 100,0

Total 59 100,0 100,0

Kekayaan bersih dari usaha Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

101 – 250 juta 25 42,4 42,4 42,4

50 – 100 Juta 28 47,5 47,5 89,8

< 50 Juta 6 10,2 10,2 100,0

Responden setuju melakukan inovasi produk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 17 28,8 28,8 28,8

Sangat Setuju 42 71,2 71,2 100,0


(2)

140

Total 59 100,0 100,0

Persentase peningkatan kekayaan usaha Responden setelah mengikuti kemitraan Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 1 1,7 1,7 1,7

Tidak meningkat 3 5,1 5,1 6,8

< 50 % 6 10,2 10,2 16,9

50 – 79 % 40 67,8 67,8 84,7

80 – 100 % 5 8,5 8,5 93,2

> 100 % 4 6,8 6,8 100,0

Total 59 100,0 100,0

Perkiraan omzet per bulan dari usaha Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

101 – 200 Juta 1 1,7 1,7 1,7

51 – 100 Juta 31 52,5 52,5 54,2

25 – 50 juta 21 35,6 35,6 89,8

< 25 juta 6 10,2 10,2 100,0

Total 59 100,0 100,0

Persentase peningkatan omzet usaha Responden setelah mengikuti kemitraan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak meningkat 1 1,7 1,7 1,7

< 50 % 6 10,2 10,2 11,9

50 – 79 % 39 66,1 66,1 78,0

80 – 100 % 8 13,6 13,6 91,5

> 100 % 5 8,5 8,5 100,0

Total 59 100,0 100,0

Pendapatan digunakan kembali untuk kebutuhan usaha

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Setuju 7 11,9 11,9 11,9

Sangat Setuju 52 88,1 88,1 100,0


(3)

141 LAMPIRAN VI KUESIONER PENELITIAN A. Tata Cara Pengisian Kuesioner

Mohon isi daftar pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat anda Kerahasiaan identitas anda dijamin

Mohon isi jawaban sesuai dengan kondisi anda dan kondisi usaha anda saat ini B. Profil Responden

Berilah tanda (√) pada salah satu kotak yang tersedia dari masing-masing pertanyaan! 1. Nama : ______________________________________________________ 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Umur : < 30 tahun 41 – 50 tahun 31 – 40 tahun > > 50 tahun 4. Status : Lajang Janda / Duda

Menikah

5. Pekerjaan Utama : PNS/BUMN Wirausaha Pegawai Swasta

6. Jenis Usaha : Kerajinan Tangan Obat-obatan / Medis

Busana / Pakaian Perabotan Rumah / Furniture Pangan Alat Elektronik

7. Lama Usaha : < 1 tahun 24 – 35 bulan > 4 tahun 12 – 23 bulan 36 – 48 bulan

8. Sebagian Besar modal usaha anda didapat dari?

a. Lembaga keuangan formal d. Penghasilan pribadi / tabungan b. Patungan usaha e. Jasa Rentenir

c. Pinjaman keluarga / kerabat C. Variabel Pembinaan dan Pelatihan SDM

Berilah tanda (√) pada salah satu kolom yang anda pilih!

Instrumen pengetahuan seputar UMKM & Kemitraan

Pernyataan SS S KS TS STS

1. UMKM adalah kepanjangan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

2. Dengan adanya UMKM, maka dapat mengurangi pengangguran

3. Kurangnya permodalan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM

4. Kurangnya pembinaan dan pelatihan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM

5. Lemahnya pemasaran merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM

6. Kemitraan merupakan strategi dalam bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam waktu tertentu 7.

Kemitraan harus berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling membesarkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. 8. Kemitraan bertujuan mempersempit kesenjangan

SS = Sangat Setuju KS = Kurang Setuju STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju


(4)

142

antara UMKM dengan Usaha Besar milik pemerintah maupun swasta

9.

Kemitraan di LotteMart Bintaro dilakukan oleh 3 pihak yaitu pemerintah daerah, perusahaan swasta dan UMKM

10.

LotteMart Bintaro menyewakan lahan kepada Pemda Dinas Koperasi & UMKM Tangerang Selatan untuk digunakan sebagai outlet pemasaran produk-produk UMKM.

11.

Kemitraan di LotteMart Bintaro merupakan solusi akan sulitnya pemasaran produk-produk UMKM di

Tangerang Selatan.

Instrumen Metode Pembinaan & Pelatihan

12. Pembinaan & Pelatihan mana sajakah yang sudah anda dapatkan selama pertemuan koordinasi di Outlet UMKM LotteMart cabang Bintaro? (berilah tanda (√) pada titik-titik di kolom yang tersedia, jawaban boleh lebih dari satu!)

Pelatihan Manajemen ....

Keterampilan Produk ....

Keterampilan Pemasaran .... Pelatihan Birokrasi dan Perizinan .... Motivasi Minat & Bakat Usaha ....

13. Apakah metode pembinaan dan pelatihan yang diberikan selama pertemuan koordinasi sesuai dengan jenis usaha anda?

a. Sangat Sesuai c. Kurang sesuai e. Sangat tidak sesuai b. Sesuai d. Tidak sesuai

14. Informasi apa sajakah yang sudah anda dapatkan selama pertemuan koordinasi di Outlet UMKM LotteMart cabang Bintaro? (berilah tanda (√) pada titik-titik di kolom yang tersedia, jawaban boleh lebih dari satu!)

Informasi Peluang Pasar .... Informasi Peluang Usaha .... Informasi Pembiayaan Permodalan .... Informasi Pameran Usaha .... Informasi Hak Paten / HaKI ....

15. Apakah informasi yang diberikan selama pertemuan koordinasi bermanfaat untuk usaha anda? a. Sangat bermanfaat c. Kurang bermanfaat e. Sangat tidak bermanfaat

b. Bermanfaat d. Tidak bermanfaat D. Variabel Akses Pemasaran

Instrumen Jaringan (networking)

1. Sudah seberapa luas cakupan penjualan produk dari usaha anda hingga saat ini? a. Luar Negara c. Luar Kota e. Sekitar Kompleks / Dusun b. Luar Propinsi d. Luar Kecamatan

2. Bagaimana tingkat kestrategisan lokasi outlet UMKM di LotteMart Bintaro sebagai tempat untuk memperluas pemasaran produk usaha anda?

a. Sangat strategis c. Kurang strategis e. Sangat tidak strategis b. Strategis d. Tidak strategis

3. Apakah anda puas dengan akses pemasaran yang diberikan oleh Pemda dengan cara penyediaan outlet khusus UMKM di LotteMart Bintaro?

a. Sangat puas c. Kurang puas e. Sangat tidak puas

b. Puas d. Tidak puas


(5)

143

Pernyataan SS S KS TS STS

4. Kualitas produk menjadi prioritas utama agar memiliki nilai jual yang tinggi

5. Agar tidak kalah saing, maka harga jual dan kualitas produk harus kompetitif

6.

Produk yang dipajang di outlet LotteMart lebih mahal dari pasaran karena pertimbangan tingginya daya beli

konsumen Instrumen Promosi

Pernyataan SS S KS TS STS

7. Promosi melalui brosur / pamflet / banner dibutuhkan untuk memperkenalkan produk

8. Promosi melalui media internet dibutuhkan untuk memperluas pemasaran

9.

Untuk menarik lebih banyak pembeli, anda memberikan potongan harga / diskon pada produk yang di pajang di outlet LotteMart

Instrumen Inovasi

Pernyataan SS S KS TS STS

10. Pembaruan atau inovasi produk diperlukan agar nilai jual produk meningkat

11. Penggunaan bahan baku harus dimanfaatkan secara maksimal agar tercipta variasi produk

12. Dengan adanya variasi produk maka dapat memperluas segmentasi pasar karena selara konsumen beragam

E. Variabel Kinerja UMKM

Instrumen Aset Usaha dan Pendapatan (omzet) usaha

1. Apa sajakah aset yang telah dimiliki usaha anda saat ini? (berilah tanda (√) pada titik-titik di kolom yang tersedia, jawaban boleh lebih dari satu!)

Peralatan ....

Mesin Produksi ....

Kendaraan ....

Toko / Outlet (selain di LotteMart) .... Hak Paten / Merek Dagang ....

2. Berapa nilai kekayaan bersih dari usaha yang anda miliki saat ini? (tidak termasuk bangunan & tanah)

a. < Rp 50 Juta c. Rp 101 – 250 Juta e. > Rp 500 juta b. Rp 50 – 100 Juta d. Rp 251 – 500 Juta

3. Sejak mengikuti kemitraan di LotteMart, kekayaan usaha anda meningkat sebesar? a. > 100 % c. 50-79 % e. Tidak meningkat

b. 80-100 % d < 50 %

4. Berapa perkiraan omzet (pendapatan) per bulan dari usaha anda? a. < Rp. 25 Juta c. Rp 51 – 100 Juta e. > Rp 200 Juta b. Rp 25 – 50 Juta d. Rp 101 - 200 Juta

5. Sejak mengikuti kemitraan di LotteMart, omzet usaha anda meningkat sebesar? a. > 100 % c. 50-79 % e. Tidak meningkat b. 80-100 % d < 50 %


(6)

144

a. Sangat Setuju c. Kurang Setuju e. Sangat Tidak Setuju b. Setuju d. Tidak Setuju

“Kepada yang terhormat para pejuang entrepreneur, kami ucapkan SELAMAT! Dengan selesainya pengisian angket kuesioner ini, maka anda telah memberikan kontribusi dalam rangka peningkatan kualitas kinerja usaha bisnis anda dan sekitar anda, atas kerja sama dan waktu yang anda luangkan, kami ucapkan banyak terima kasih!”