Alexon, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Pembahasan di atas memperlihatkan besarnya tantangan yang dihadapi pendidikan dasar pada masa mendatang. Tantangan satuan pendidikan dasar SD ke
depan adalah menjadi institusi yang mempunyai kedudukan strategis dan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia berkualitas yang
tidak terasing dari budayanya.
2. Pembelajaran IPS SD Saat Ini
Sebagaimana tercantum dalam latar belakang mata pelajaran IPS SD pada kurikulum 2006 bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dimulai
dari SDMISDLB sampai SMPMTsSMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD mata
pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warganegara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih
luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Kurikulum IPS SD tahun 2006 secara eksplisit menggambarkan bahwa proses
pembelajaran IPS SD seharusnya dilakukan melalui pengalaman-pengalaman belajar bermakna yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakat, khususnya budaya lokal
dimana proses pembelajaran tersebut berlangsung. Pengalaman belajar bermakna, menurut Fink 2003 : 7 mempunyai karakteristik
dari sisi proses dan hasil sebagai berikut :
Alexon, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
”Process : Engaged students are engaged in their learning; High Energy class has a high energy level. Results, Impact, Outcomes : Significant and lasting
change course results in significant changes in the students, changes and continue after the course is over and even after the students have graduated; Value in life
what the students learn has a high potensial for being of value in their lives, preparing them to participate in multiple communities, or preparing them for the
word of work” Dari sisi proses dijelaskan bahwa pembelajaran bermakna haruslah berorientasi
pada pembelajaran yang diselenggarakan sambil melakukan bekerja dengan energi kelas tinggi keterlibatan penuh siswa. Dari sisi hasil, pembelajaran bermakna selalu
menghasilkan perubahan pada diri siswa setelah mengikuti pelajaran tertentu maupun setelah dia menamatkan suatu jenis pendidikan. Apa yang dipelajari siswa mempunyai
potensi tinggi untuk dimanfaatkan dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadinya, partisipasinya dalam kehidupan masyarakat yang beragam, atau menyiapkan
untuk masuk dunia kerja. Pembelajaran
bermakna bagi
siswa SD
berarti pembelajaran
yang diselenggarakan sesuai dengan karakteristik siswa SD. Karakteristik siswa SD,
sebagaimana dikemukakan Subroto dan Herawati 2005 : 1.9 ”masih melihat dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu keseluruhan yang belum jelas unsur-
unsurnya”. Karena itu, pengemasan pengalaman belajar yang memenuhi tuntutan tersebut adalah dalam bentuk pembelajaran terpadu. Hal ini juga diperkuat pendapat Kartadinata
1996 : 68-71 yang pada prinsipnya mengemukakan bahwa guru SD harus selalu peduli dan memahami anak sebagai keseluruhan, serta kurikulum dan proses pembelajaran
bersifat terpadu. Pembelajaran IPS SD yang bermakna merupakan pembelajaran terpadu yang
melibatkan penuh siswa dalam prosesnya dengan memanfaatkan semua sumber yang ada,
Alexon, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
termasuk budaya lokal. Hal ini akan mendorong pembelajaran IPS mempunyai potensi tinggi untuk dimanfaatkan dalam memecahkan persoalan-persoalan hidupnya ditengah
masyarakat. Namun kenyataannya, proses pembelajaran mata pelajaran IPS SD di Indonesia
saat ini masih dominan mendorong pengembangkan aspek intelektual siswa dengan pendekatan pembelajaran yang bersifat ekspositori. Pembelajaran masih berlangsung
secara tradisional dengan komunikasi satu arah dan guru yang dominan, serta buku teks menjadi sentral sumber pelajaran.
Beberapa kesimpulan hasil penelitian menunjukkan hal ini. Pertama, hasil penelitian Pargito 2000 : 112 di Provinsi Lampung mengemukakan bahwa :
”.....pembelajaran IPS di SD yang dilakukan selama ini dengan menggunakan buku teks dan metode ceramah merupakan model pembelajaran yang kurang
bermakna dan tidak dapat mengembangkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
”. Selanjutnya Pargito dalam kesimpulan penelitiannya mengemukakan bahwa
pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna dan berdaya guna jika terjadi bentuk keterlibatan siswa secara aktif sebagai bagian dari pengalaman belajarnya. Pengalaman
belajar akan terjadi dan akan menjadi bagian dari proses belajar jika setiap pembelajaran IPS dikembangkan melalui pembelajaran interaktif yang multi metode, media, sumber,
dan evaluasi yang terpadu secara holistik dan berkesinambungan serta disesuaikan dengan perkembangan anak didik dan lingkungan sekitar.
Kedua, hasil penelitian Hadi 1997 : 101 terhadap pembelajaran IPS SD di Kauman Jawa Timur menyatakan bahwa :
”...hasil pembelajaran siswa dalam proses belajar mengajar IPS di kelas lebih banyak tertuju pada aspek kognitif pengetahuan yang hanya meliputi aspek
Alexon, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
hafalan dan pemahaman, serta kurang mengarah pada pencapaian hasil belajar pada aspek aplikasi, analisis dan evaluasi
”. Ketiga, kesimpulan hasil penelitian Sayakti 2003 : 132 di Provinsi Jawa Barat
mengungkapkan bahwa : ”... di SD, penerapan konsep lingkungan hidup sebagai sumber belajar
pembelajaran IPS tidak dilaksanakan guru sebagaimana mestinya, walaupun lingkungan sekitar siswa dan sekolah kaya akan sumber belajar. Dalam
pengembangan materi dan proses pembelajaran, guru hanya mengacu pada buku paket dan buku penunjang lainnya sebagai sumber belajar pembelajaran IPS.
Selanjutnya Sayakti mengemukakan bahwa pembelajaran yang menggunakan konsep lingkungan hidup sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna
”. Keempat, hasil penelitian Roharyati 2003 : 133 di Cirebon yang
mengemukakan bahwa : ”....berdasarkan temuan awal saat orientasi pembelajaran, guru dalam
pembelajaran IPS di SD belum berperan sebagai fasilitator, kinerja guru masih rendah, proses belajar mengajar berorientasi pada guru teacher oriented,
kreatifitas siswa rendah
”. Selanjutnya dikemukakan bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan model
jaring laba-laba webbed model, maka siswa: 1 mudah menyerap materi pelajaran karena dapat bertukar-pikiran dengan teman lainnya; 2 dapat mencari informasi sendiri
sehingga dapat dengan mudah menemukan konsep sendiri; 3 dapat mengembangkan keterampilan sosial, terutama menimbulkan keberanian dalam mengemukakan pendapat;
dan 4 proses penyajian materi menjadi menarik dan tidak membosankan karena materi diambil tidak hanya menggunakan buku saja, tetapi lingkungan juga dijadikan sumber
belajar atau masyarakat dijadikan laboratorium belajar. Kelima, hasil penelitian awal pra-survei yang dilakukan Samion di Provinsi
Kalimantan Barat 2002 : 25 mengemukakan bahwa :
Alexon, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
”.. keterlibatan siswa secara penuh dalam aktivitas pembelajaran sangat memungkinkan siswa untuk turut serta dalam proses pemecahan masalah, hal ini
dimungkinkan apabila suatu lingkungan belajar dikondisikan sebagaimana realitas sesungguhnya. Dengan kata lain, agar tujuan pembelajaran IPS SD dapat dicapai
secara optimal haruslah dikembangkan berbagai strategi mengajar yang lebih kondusif sehingga proses pembelajaran semakin bermakna
”. Keenam, hasil penelitian Istianti 2004 : 6 mengemukakan bahwa berdasarkan
temuan empirik terhadap kondisi pembelajaran IPS SD di lapangan, hingga kini terdapat kecenderungan bahwa pengelolaan pembelajaran Pendidikan IPS di SD pada umumnya
masih tradisional, kurang mengembangkan berpikir kritis sehingga siswa tidak bergairah mengikuti pelajaran, dan menjadikan buku paket sebagai satu-satunya sumber pelajaran.
Keadaan seperti ini mengakibatkan pembelajaran tidak terintegrasi dengan kehidupan nyata siswa dan kurang bermakna.
Di Provinsi Bengkulu, hasil observasi awal yang pernah penulis lakukan pada proses pembelajaran IPS SD April dan Oktober 2007 di Kota Bengkulu
memperlihatkan hal yang tidak berbeda dengan apa yang diungkapkan hasil-hasil penelitian di atas. Pembelajaran IPS SD dominan dilakukan dengan pendekatan
ekspositori guru dominan dengan buku teks sebagai sumber utama. Beragam sumber belajar lokal, khususnya budaya, yang semestinya dapat dimanfaatkan pada pembelajaran
IPS SD agar lebih bermakna, tidak digunakan. Banyak pihak mengkhawatirkan kondisi ini membuat siswa tidak apresiatif terhadap budaya lokalnya. Hal ini didukung hasil
penelitian Sasongko 2004 : 3 yang menyatakan bahwa : ’...mutu pembelajaran IPS SD di Kota Bengkulu tergolong buruk, hal ini antara
lain disebabkan kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dalam interaksi dengan siswa kurang menarik karena guru kurang terampil
mendesain model pembelajaran yang inovatif sehingga kurang signifikan dengan kebutuhan belajar siswa”
Alexon, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Pembelajaran yang bermakna dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa SD adalah pembelajaran yang didesain dengan keterlibatan penuh siswa dan menggunakan
sumber belajar yang ada dilingkungan sekitarnya, termasuk budaya lokal. Di Kota Bengkulu, sebagaimana diungkapkan hasil penelitian Sapri 2000 : iii bahwa
pengintegrasian muatan lokal pada kurikulum di sekolah-sekolah Bengkulu belum efektif, muatan lokal yang ada pada umumnya belum bertitik tolak dari pola kehidupan
dimana sekolah itu berada. Hal ini antara lain disebabkan oleh Sapri, 2000 : 16 ”.....mayoritas guru Sekolah Dasar di Kota Bengkulu baik di perkotaan maupun di
pedesaan belum memahami sepenuhnya makna perlunya mengintegrasikan muatan lokal dalam kurikulum dan pembelajaran”.
Oleh karena itu, baik Sasongko maupun Sapri kemudian menyarankan perlu diintegrasikannya muatan lokal, khususnya budaya, dalam sistem pendidikan formal yang
ada. Pengintegrasian ini dilakukan dengan mengembangkan model pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS, di Bengkulu agar siswa tidak terasing dari budayanya.
Model pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan apresiasinya terhadap
budaya lokal. Dari uraian latar belakang masalah di atas, pendapat pakar serta beberapa
penelitian yang ada nampak jelas permasalahan pendidikan dasar yang dihadapi bangsa Indonesia, khususnya pada pendidikan IPS di SD, adalah 1 tantangan yang dihadapi
institusi pendidikan dasar sehubungan dengan cepatnya perubahan sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di-era reformasi dan globalisasi, harus
diantisipasi sejak awal sehingga proses pendidikan IPS menghasilkan anak didik yang
Alexon, 2009 Pengembangan Model Pembelajaran ...
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
mandiri dan mempunyai kemampuan mengelola dirinya dalam menghadapi situasi kehidupan yang selalu bergerak-
berubah dengan tanpa meninggalkan ”akar” identitasnya sebagai anggota masyarakat dan warganegara Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai
luhur Pancasila; dan 2 rendahnya kualitas pembelajaran IPS, khususnya dalam proses, yang terlalu berorientasi pada peningkatan kemampuan kognitif dengan pembelajaran
yang masih tradisional, dikhawatirkan akan menghasilkan anak didik yang terasing dari kehidupan nyatanya, khususnya budaya lokal, yang berdampak pada kurangnya kualitas
hasil pendidikan sebagai bagian dari pembekalan siswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, peningkatan kualitas pembelajaran IPS di SD melalui pembaharuan sistem dan pembelajaran perlu dilakukan dengan mengembangkan berbagai
model pembelajaran berkualitas yang bukan saja dapat membekali siswa untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, tapi juga mampu berkiprah
dalam kehidupan masyarakatnya yang dinamis. Pembaharuan sistem dan proses pembelajaran tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokalnya.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah 1. Rumusan Masalah