Kapasitas Prosedur Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal dengan Metode MKJI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 26 2 Tipe Lingkungan Jalan Lingkungan jalan diklasifikasikan dalam kelas menurut tata guna tanah dan aksesbilitas jalan tersebut dari aktivitas di sekitarnya. Hal ini ditetapkan dengan secara kualitatif dari pertimbangan teknik lalulintas dengan bantuan Table 2.7 : Tabel 2.7 Tipe lingkungan jalan Komersial Tata guna lahan komesial misal : pertokoan,rumah makan, perkantoran dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan Pemukiman Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaran Akses terbatas Tanpa jalan masuk atau jalan masuk langsung terbatas missal : karena adanya penghalang fisik, jalan samping, dsb Sumber : MKJI, 1997 3 Kelas Hambatan Samping Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktivitas samping jalan di daerah simpang pada arus berangkat lalulintas, contohnya : pejalan kaki berjalan atau menyeberangi jalan, anguktan umum dan bis kota berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kendaraan masuk dan keluar suatu area dan tempat parkir di luar jalan. Hambatan samping ditentukan secara kualitatif dengan pertimbangan teknik lalulintas sebagai Tinggi, Sedang atau Rendah.

2.5.2 Kapasitas

Kapasitas ruas jalan adalah arus lalulintas maksimum yang dapat melintas dengan stabil pada suatu potongan melintang jalan pada keadaan geometric, pemisah, arah, komposisi lalulintas, lingkungan tertentu. Untuk jalan dua arah lajur dua arah, kapasitas ditentukan untuk arus dua arah, tetapi untuk jalan dengan banyak lajur. Arus dipisahkan masing – masing arahnya dan kapasitas ditentukan tiap lajurnya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 27 Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997, besarnya kapasitas jalan dihitung dengan menggunakan rumus 2.26 setelah terlebih dahulu menentukan lebar pendekat dan tipe samping : C = C O F W F M F CS F RSU F LT F RT F MI ………………………………………2.27 Sumber : MKJI, 1997 Dengan : C = Kapasitas smpjam C O = Kapasitas Dasar F W = Faktor penyelesaian lebar masuk F M = Faktor penyelesaian median jalan utama F CS = Faktor penyelesaian ukuran kota F RSU = Faktor penyelesaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor F LT = Faktor penyesuaian - belok kiri F RT = Faktor penyesuaian - belok kanan F MI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor

2.5.2.1 Lebar Pendekatan dan Tipe Simpang

Parameter geometrik yang di butuhkan untuk menganalisa kapasitas dengan menggunakan metoda MKJI 1997 diantaranya : 1 Lebar rata-rata pendekat minor W AC dan utama W BD dan Lebar rata-rata pendekat W I Masing – masing pendekat diukur lebarnya, yaitu di ukur pada jarak 10 m dari garis imajiner yang menghubungkan tepi perkerasan dari jalan yang berpotongan, yang dianggap mewakili lebar pendekat efektif untuk masing-masing pendekat. Seperti ditunjukan pada Gambar 2.2. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 28 Gambar 2.2 Lebar Rata – rata Pendekat Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Untuk pendekatan yang sering digunakan untuk parkir pada jarak kurang dari 20 meter dari garis imajiner yang menghubungkan tepi perkerasan dari jalan berpotongan, maka lebar pendekat harus dikurangin 2 m. Lebar rata – rata pendekat pada jalan minor W AC , dihitung dengan rumus : W AC = W A + W c 2 atau W AC = a2 + c22………………………………..2.28 Sumber : MKJI, 1997 Lebar rata – rata pendekat pada jalan utama W BD , dihitung dengan rumus : W BD = W B + W D 2 atau W BD = b2 + d22………………………………..2.29 Sumber : MKJI, 1997 Lebar rata – rata pendekat W 1 , dihitung dengan menggunakan rumus : W 1 = W A + W c + W B + W D jumlah lengan simpang ………………………2.30 Sumber : MKJI, 1997 Jika pada lengan B terdapat median : W I = a2 + b + c2 + d24 ……………………………………………………2.31 Sumber : MKJI, 1997 Jika pendekat A hanya untuk ke luar, maka a=0 : W I = b + c2 + d23………………………………………………...................2.32 Sumber : MKJI, 1997 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 29 2 Jumlah Lajur Penentuan jumlah lajur yang digunakan untuk perhitungan ditentukan dari lebar rata – rata pendekat jalan minor dan jalan utama. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3 dan Tabel 2.8 : Gambar 2.3 Jumlah Lajur dan Lebar Rata – rata Pendekat Jalan Minor dan Utama Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Tabel 2.8 Jumlah Lajur dan Lebar Rata – rata Pendekat Jalan Minor dan Utama Lebar Rata – rata Pendekat Jalan Minor dan Utama W AC , W BD m Jumlah Lajur Total untuk kedua arah W BD = b +d 22 5.5 ≥5.5 W AC = a2 + c22 5.5 ≥5.5 2 4 2 4 Sumber : MKJI, 1997 3 Tipe Simpang Tipe simpang ditentukan oleh 3 hal yaitu, jumlah lengan simpang, jumlah lajur jalan minor, dan jumlah lajur jalan utama. Jumlah lengan adalah jumlah lengan dengan lalu – lintas masuk atau keluar dan atau keduanya. Tipe simpang diberi kode IT dengan diikuti kode 3 angka yang dapat dilihat pada Tabel 2.9 : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 30 Tabel 2.9 Kode Tipe Simpang Kode IT Jumlah lengan simpang Jumlah lajur jalan minor Jumlah lajur jalan utama 322 324 342 422 424 3 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 4 2 2 4 Sumber : MKJI, 1997

2.5.2.2 Kapasitas Dasar C

O Penentuan nilai kapasitas dasar dengan menggunakan Tabel 2.10 dengan variable masukan adalah tipe IT. Tabel 2.10 Kapasitas dasar menurut tipe simpang Tipe Simpang IT Kapasitas Dasar C O 322 342 324 atau 344 422 424 atau 444 2700 2900 3200 2900 3400 Sumber : MKJI, 1997

2.5.2.3 Faktor Penyesuaian

1 Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat Faktor penyesuaian lebar pendekat F w di hitung berdasarkan tipe simpang dengan rumus : · 322 ; F W = 0,73 + 0,0760 W I ……………………………………………. 2.33 · 324 ; F W = 0,62 + 0,0646 W I ……………………………………………. 2.34 · 342 ; F W = 0,67 + 0,0698 W I ……………………………………………. 2.35 · 422 ; F W = 0,70 + 0,0698 W I ……………………………………………. 2.36 · 424 ; F W = 0,61 + 0,0740 W I ……………………………………………. 2.37 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 31 Bila W I dimasukkan nilai antara 3 sampai dengan 7 maka akan diperoleh data seperti dalam grafik 2.4. Gambar 2.4 Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat F w Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 2 Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama Untuk menentukan faktor median diperlukan suatu pertimbangan teknik lalu – lintas. Median dikategorikan lebar jika kendaraab ringan standar dapat berlindung pada daerah median tanpa menggangu arus berangkat pada jalan utama. Faktor penyesuaian yang diuraikan pada Tabel 2.9 ini hanya dapat digunakan untuk persimpangan dengan jalan utama dengan 4 lajur. Tabel 2.11 Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama F M Uraian Tipe M Faktor penyesuaian Median F M Tidak ada median jalan utama Ada median jalan utama, lebar 3 m Ada median jalan utama, lebar ≥ 3 m Tidak ada Sempit Lebar 1,00 1,05 1,20 Sumber : MKJI, 1997 3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota Faktor penyesuaian ukuran kota diperoleh dari Table 2.12 dengan variable masukan adalah ukuran kota dan jumlah penduduk. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 32 Tabel 2.12 Faktor penyesuaian ukuran kota Fcs Ukuran kota CS Penduduk juta Faktor penyesuaian ukuran kota Fcs Sangat kecil Kecil Sedang Besar Sangat besat 0.1 0.1 – 0.5 0.5 – 1.0 1.0 – 3.0 3.0 0.82 0.88 0.94 1.00 1.05 Sumber : MKJI, 1997 4 Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping, dan Kendaraan Tak Bermotor Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor, F RSU ditentukan dengan menggunakan table 2.11. variable masukan adalah tipe lingkungan jalan RE. Kelas hambatan samping SF, dan rasio kendaraan tak bermotor UMMV. Tabel 2.13 Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan kendaraan tak bermotor F RSU . Rasio Kendaraan Tak Bermotor Kelas tipe lingkungan jalan RE Kelas Hambatan Samping SF

0.00 0.05

0.10 0.15

0.2 0.25 Tinggi 0.93 0.88 0.84 0.79 0.74 0.70 Sedang 0.94 0.89 0.85 0.80 0.75 0.70 Komersial Rendah 0.95 0.90 0.86 0.81 0.76 0.71 Tinggi 0.96 0.91 0.86 0.82 0.77 0.72 Sedang 0.97 0.92 0.87 0.82 0.77 0.73 Pemukiman Rendah 0.98 0.93 0.88 0.83 0.78 0.7 Akses Terbatas Tinggisedang rendah 1.00 0.95 0.90 0.85 0.80 0.75 Sumber : MKJI, 1997 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 33 Tabel berdasarkan anggapan bahwa pengaruh kendaraan tak bermotor terhadap kapasitas adalah sama seperti kendaraan ringan, yaitu emp UM =1,0. Persamaan berikut dapat digunakan jika pemakai mempunyai bukti bahwa emp UM ≠ 1,0, yang mungkin merupakan keadaan jika kendaraan tak bermotor tersebut terutama berupa sepeda. F RSU P UM sesungguhnya = F RSU P UM = 0 × 1 - P UM × emp UM …………………..2.38 Sumber : MKJI, 1997 5 Faktor Penyesuaian Belok Kiri F LT Faktor Penyesuaian Belok Kiri ditentukan dengan rumus F LT = 0,84 + 1,61P LT …………………………………………………………..…2.39 Selanjutnya bila P LT diganti dengan angka antara 0 sampai dengan 0,5 maka akan menghasilkan F LT seperti pada grafik 2.5. Gambar 2.5 Faktor Penyesuaian Belok Kiri F LT Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 6 Faktor Penyesuaian Belok Kanan F RT Faktor Penyesuaian Belok Kanan F RT ditentukan dengan rumus · Untuk simpang 4 lengan ; F RT = 1,0……………………………………...2.40 · Untuk simpang 3 lengan ; F RT = 1,09 – 0,922 P RT …………………..…...2.41 Atau bisa ditentukan dari grafik 2.6 berdasarkan fungsi dari rasio belok kanan P RT dan jumlah lengan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 34 Gambar 2.6 Faktor Penyesuaian Belok Kanan F RT Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 7 Faktor Penyesuaian Rasio Arus Jalan Minor F MI Penentuan faktor penyesuaian rasio arus jalan minor dengan menggunakan Gambar 2.7 dan Tabel 2.14. Variabel masukan adalah rasio arus jalan minor P MI dan tipe simpang IT. Gambar 2.7 Faktor Penyesuaian Arus Jalan Minor F MI Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 35 Tabel 2.14 Faktor Penyesuaian Arus Jalan Minor F MI IT F MI P MI 422 1,19 × P MI 2 – 1,19 × P MI + 1,19 0,1 – 0,9 16,6 × P MI 4 – 33,3 × P MI 3 + 25,3 × P MI 2 – 8,6 × P MI + 1,95 0,1 – 0,3 424 444 1,11 × P MI 2 – 1,11 × P MI + 1,11 0,3 – 0,9 1,19 × P MI 2 – 1,19 × P MI + 1,19 0,1 – 0,5 322 -0,595 × P MI 2 – 0,595 × P MI 3 + 0,74 0,5 – 0,9 1,19 × P MI 2 – 1,19 × P MI + 1,19 0,1 – 0,5 342 2,38 × P MI 2 – 2,38 × P MI + 1,49 0,5 – 0,9 16,6 × P MI 4 – 33,3 × P MI 3 + 25,3× P MI 2 – 8,6 × P MI × 1,95 0,1 – 0,3 1,11 × P MI 2 – 1,11 × P MI + 1,11 0,3 – 0,5 324 344 -0,555 × P MI 2 + 0,555 × P MI + 0,69 0,5 – 0,9 Sumber : MKJI, 1997 8 Kapasitas Kapasitas dihitung dengan menggunakan persamaan 2.27, dengan memasukkan berbagai faktor yang telah dihitung pada langkah diatas dari 1-7.

2.5.3 Tingkat Kinerja Simpang

Dokumen yang terkait

Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

12 124 268

KELAYAKAN PERUBAHAN SIMPANG TAK BERSINYAL MENJADI SIMPAN BERSINYAL DITINJAU DARI KINERJA SIMPANG PADA BEBERAPA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KOTA JEMBER

2 11 91

ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL 3 LENGAN

2 7 70

STUDI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL PASAR NANGKA ATAS DASAR OBSERVASI EKUIVALENSI MOBIL PENUMPANG

4 20 110

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997 EVALUASI KINERJA SIMPANG TIGA TAK BERSINYAL DENGAN METODE MKJI 1997.

0 1 10

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta).

0 0 5

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta)

1 10 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

1 3 43

BAB I PENDAHULUAN - Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

0 2 7

Penentuan Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Simpang Tiga Tak Bersinyal Atas Dasar Kinerja Arus Lalu Lintas (Studi Kasus : Simpang Jalan Jamin Ginting Menuju Jalan Bunga Lau)

0 1 21