perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Persimpangan merupakan titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan dimana lintasan – lintasan kendaraan yang saling berpotongan. Persimpangan
merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, khususnya daerah perkotaan. Studi
Transportation Engineering I DLLAJR, 1987, 1.
Jenis simpang di bedakan menjadi dua jenis yaitu simpang jalan dengan sinyal dan simpang jalan tanpa sinyal. Maksud dari sinyal yaitu lampu lalu – lintas traffic
lights. Pada simpang jalan bersinyal, para pemakai jalan dikendalikan oleh sinyal lalu lintas. Sinyal lalu – lintas adalah semua peralatan pengatur lalu - lintas yang
menggunakan tenaga listrik, rambu dan marka jalan untuk mengarahkan atau memperingatkan pengemudi kendaraan bermotor, pengendara sepeda, atau pejalan
kaki Sedangkan pada simpang jalan tak bersinyal, para pengendara atau pemakai jalan menentukan sendiri apakah mereka cukup aman untuk langsung melewati atau
berhenti terlebih dahulu sebelum melewati simpang tersebut. Simpang tak bersinyal secara formil dikendalikan oleh aturan lalu – lintas Indonesia yaitu memberikan jalan
kepada kendaraan yang dari kiri Oglesby dan Hick, 1982.
Pengaruh dari kendaraan tidak bermotor itu berbeda pada simpang tak bersinyal dan simpang bersinyal. Karena perbedaan inilah diperlukan adanya ekuivalensi yang
berbeda pula antara simpang tak bersinyal dan simpang bersinyal. Kecepatan rata- rata mobil penumpang di arus dasar dan arus campuran dihitung dari data
pengamatan di lapangan. Kendaraan tak bermotor memberi dampak yang cukup signifikan pada kecepatan rata-rata mobil penumpang pada arus campuran.
Nakamura Fumihiko, 2006.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
Nilai emp kendaraan berat diestimasikan sebagai salah satu unit nilai rasio bertambahnya tundaan di jalan raya. Tundaan dasar dan pertambahan tundaan
tergantung pada kendaraan berat yang dihitung dari besarnya nilai headway. Besarnya dimensi kendaraan akan mempengaruhi nilai emp.
Izumi Okura, 2006.
Berdasarkan kapasitas CapacityC dan arus lalu-lintas yang ada Q akan diperoleh angka derajat kejenuhan Degree of saturationDS. Dengan nilai derajat kejenuhan
DS dan nilai kapasitas C, dapat dihitung tingkat kinerja dari masing-masing pendekat maupun tingkat kinerja simpang secara keseluruhan sesuai dengan rumus
yang ada pada Indonesian Highway Capacity Manual 1997. Adapun tingkat kinerja yang diukur pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 adalah tundaan DelaysD
dan peluang antrian. Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997.
Penelitian terdahulu oleh Achyani Agustina Pratiwi di kota Surakarta dalam penentuan nilai emp di simpang tak bersinyal Jalan Kapt. Mulyadi-Jalan Mayor
Kusmanto dan simpang Jalan dr. Radjiman-Jalan dr. Wahidin di Surakarta. Nilai emp hasil perhitungan dengan metode analisis regresi linier berada antara 0,30-
0,4116 untuk sepeda motor MC dan 1,1022-1,345 untuk kendaraan berat HV. Metode analisis rasio headway menghasilkan nilai emp antara 0,226-0,4759 untuk
sepeda motor MC dan 1,1-1,20122 untuk kendaraan berat HV. Achyani Agustina Pratiwi, 2009.
Penelitian terdahulu oleh Putri Khoriyah Utami di Surakarta dalam penentuan nilai emp pada bundaran Joglo. Nilai emp hasil perhitungan dengan menggunakan
metode rasio Headway untuk sepeda motor adalah sebesar 0,44 sedangkan untuk Heavy Vehicle sebesar 1,58. Nilai emp untuk sepeda motor dengan menggunakan
metode analisis regresi linier adalah sebesar 0,17 dengan nilai koefisien korelasi antara -0,6781 sd -0,8261. Nilai emp untuk Heavy Vehicle sebesar 1,47 dengan
nilai koefisien korelasi diantara 0,1146 sd -0,5168. Putri Khoiriyah Utami, 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode yang sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Achyani Agustina Pratiwi dan
Putri Khoiriyah Utami, yaitu Metode Analisis Regresi Linier dan Metode Rasio Headway, perbedaannya terletak pada pemilihan jenis simpang, lokasi simpang,
jenis kendaraan yang dicari nilai emp-nya dan menganalisis kinerja simpangnya serta penerapan emp saat normal masih sesuai tidak bila diterapkan pada saat ada
kereta api melintas.
2.2 Dasar Teori