3. Dampak Perceraian pada Anak
Perasaan depresi pada orangtua tersebut membawa dampak pada hubungannya dengan anak sehingga menyebabkan dampak psikologis yang
meliputi beberapa segi kehidupan anak dan perkembangannya. a.
Dampak Sosial Anak dari orangtua yang depresi mempunyai peluang tiga kali
lebih besar menjadi depresi Downey Coyne dalam TaylorAndrew, 2009. Disebutkan pula bahwa hal tersebut juga memiliki dampak pada
self image, kemampuan sosial dan relasi sebaya, kenakalan, penggunaan obat terlarang, dan aktif secara sex di usia dini Jaenicke et al., dalam
AndrewTaylor, 2009. b.
Dampak Psikologis Anak yang orangtuanya bercerai memiliki resiko dua kali
mengalami depresi. Yang pertama anak akan mengalami depresi karena melihat orang tuanyabercerai dan yang kedua anak menjadi dampak dari
depresi orangtuanya. Anak juga mengalami gangguan kecemasan, dan memiliki perilaku merusak. Gangguan kecemasan dialami oleh anak
yang berusia delapan sampai 11 tahun. Secara keseluruhan anak yang mengalami depresi yang disebabkan oleh dampak perceraian dari orang
tua orang tua pada usia delapan sampai 11 tahun memiliki dua kali kemungkinan mengalami gangguan mental RadkeYarrow, dalam
Tailor,2009.
Anak-anak di dalam penelitian ini berada di tahap anak-anak akhir, anak-anak sudah mampu mengembangkan gambaran keadaan
ideal. Dari gambaran kedaan ideal tersebut dapat menggambarkan tentang harapan sosok orang tua yang ideal dan membandingkan orang
tua mereka dengan standar ideal mereka dalam Santrock, 2002. Hal tersebut akan memunculkan harapan ideal mengenai keluarga dan orang
tuanya yang telah bercerai. mereka memiliki harapan akan keluarga yang utuh dan bersama-sama dengan orangtua ketika mereka melihat teman-
teman mereka bersama dengan orarngtuanya Hosman dan Folilan dalam Kertamuda, 2009.
Dengan demikian perceraian membawa dampak yang cukup besar bagi anak-anak dalam perkembangan mental dan sosialnya. Dampak
negatif dari
perceraian membuat
anak terganggu
dalam perkembangannya.
Kaitannya dalam penelitian ini perasaan-perasaan tersebut akan dilihat sebagai hasil dari dinamika subjek pasca perceraian orangtua. Kita
perlu mengetahui perasaan dan harapan apa saja yang subjek rasakan sehingga jika kita sudah mengetahi perasaan-perasaan dan harapan yang
muncul, maka harapannya adalah kita bisa mencegah reaksi negatif yang akan ditimbulkan dari perasaan-perasaan tersebut dan harapan-harapan
anak tersebut.