Penyajian Data dari Informan

Universitas Sumatera Utara iii. T. Deya Rizka Informan ketiga: - Mengikuti pagelaran Kesenian dan Kebudayaan di Mexico City, Colima dan Monterrey atas undangan Duta Besar RI di Mexico 2005. - Mengikuti pagelaran Kesenian dan Kebudayaan di Mexico City dalam memperkenalkan budaya-budaya Indonesia 2010. - Pelantikan kepengurusan Kesultanan Maimun di Maimun Medan sebagai penari dengan membawa tari persembahan2012. - Seminar dan penyambutan Kementerian Luar Negeri, Malaysia sebagai penari dengan pakaian adat tradisional di Hotel Tiara Medan 2012 - Pelantikan dan penyambutan Bupati Madina Deli Serdang di PRSU Medan sebagai penari 2013. . - Gerakan Medan Maimun untuk Prabowo Hatta sebagai penari di Maimun 2014. - Mengisi acara-acara besar di Medan mewakili sanggar SUMUT. Berdasarkan data yang telah berhasil peneliti kumpulkan dari informan selama melakukan penelitian ini, peneliti telah menemukandata jenuh. Data jenuh ini peneliti peroleh dari wawancara mendalam terhadap 3 tiga informan.

4.1.5 Penyajian Data dari Informan

Dari temuan data yang telah berhasil dikumpulkan selama melakukan penelitian, peneliti selanjutnya menganalisis data-data tersebut berdasarkan komponen tujuan komunikasi antarpribadi dan komponen komunikasi efektif. Peneliti akan menganalisis peran seorang pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan dan potensi diri anak difokuskan adalah anak-anak yang Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara berusia dibawah 12 tahun sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti memilih tiga informan sebagai subjek penelitian dan ketiganya merupakan pengajar tari pada sanggar tari SIR. Peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling untuk mengumpulkan informan. Teknik Purposive Sampling adalah penarikan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian Kriyantono, 2006: 154. Berikut adalah analisis data dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada masing-masing informan utama di dalam penelitian ini: 1. Informan 1 pertama Nama : T. Lisa Nelita Tempat Tanggal Lahir : Medan, 27 April 1962 Usia : 53 Tahun Agama : Islam Suku : Melayu Alamat : Jl. Sultan Maimun Al Rasyid No.66 Istana Maimun Medan Jabatan : Ketua Himpunan pengajar tari Sanggar SIR Istana Maimun Medan Lama menjabat : 12 Tahun Ciri-ciri : Wanita yang sudah terlihat berumur, berwajah tirus dan lonjong, berkulit coklat muda, berambut pendek hitam bergelombang, tinggi kira-kirasekitar 150 cm Tempat Waktu Wawancara : Sanggar SIR; Minggu, 1 Februari 2015; pukul 09.00 WIB Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara A. Interpretasi Data Informan 1 pertama mulai terjun ke dunia tari sejak berumur 10 tahun yang diperkenalkan oleh ibunya sendiri. Informan 1 pertama ini, dari tahun 2003 hingga sekarang telah meneruskan jabatan ibunya sebagai Ketua Himpunan Seni Budaya pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan, sekaligus menjadi pengajar tari di sanggar tersebut. Informan 1 pertama telah mengajarkan tari selama ± 12 tahun. Informan 1 pertama ini juga sudah banyak mendapatkan berbagai piagam penghargaan dan juga sangat berprestasi di bidangnya ini. Jadi tidak heran, bahwa kerja kerasnya dalam meneruskan jabatan ibunya ini telah membuahkan hasil yang bisa dilihat dari piagam-piagam yang didapat dan memiliki anak didik yang sekarang sudah berhasil membuka tempat sanggar sendiri. Kewajibannya dalam menjalankan tugas sebagai Ketua Himpunan dan juga pengajar tari adalah dengan tetap memegang dan menjalankan visi misi dari sanggarnya tersebut. Jadwal latihan rutin tari yang dibuat oleh informan 1 pertama adalah pada hari minggu jam 10.00 sampai jam 12.00 untuk junior; dan untuk senior ada di hari minggu juga jam 12.30 sampai 14.00 dan di hari selasa jam 19.30 sampai 21.00. Informan 1 pertama menjadwalkan 2 kali latihan untuk senior karena tidak semua senior yang bisa datang di hari minggu dan biasanya mereka datang untuk latihan pada hari selasa. B. Analisis Komponen Tujuan Komunikasi Antarpribadi i. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri kepada orang lain. Hal seperti ini akan membuat kita mendapatkan perspektif baru tentang diri kita dan memahami lebih dalam tentang sikap dan perilaku lain. Informan 1 pertama yang dikenal dengan sebutan Nde, telah menjalankan tujuan komunikasi antarpribadinya dengan baik yaitu mengenal dirinya sendiri dan juga Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara mengenal diri anak didik. Hal ini dikarenakan, menurutnya sebagai seorang pengajar sangat penting sekali untuk mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu. Kemudian mengenal diri anak didiknya, sangat menguntungkan ketika dalam proses mengajar tari. Ia menjadi lebih tahu bagaimana caranya bersikap, terutama ketika sedang mengajar taridan sedang memberitahu sesuatu pada mereka sehingga dengan mudah diterima dengan baik oleh seluruh anak didiknya. Ketika harus mengajar tari, informan 1 pertama menyadari bahwa ia selain sebagai ketua himpunan sanggar SIR, ia merupakan seorang pengajar tari yang mempunyai kewajiban dalam mengajarkan tari dengan sebaik-baiknya dan menjadikan seluruh anak didiknya mempunyai banyak prestasi yang membanggakan. Kemudian dalam mengenal diri anak didiknya, informan 1 pertama melakukan pendekatan dan melihat sikap masing-masing anak ketika sedang diajarkan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh informan 1 pertama, yaitu: “Menurut nde panggilan informan, untuk menjadi seorang pengajar yang baik, mengenal diri sendiri terlebih dahulu sangatlah penting, baru kemudian mengenal diri masing-masing anak didik nde..Nde sebelum mengajarkan tari, nde harus paham dulu apa sebenarnya tujuan nde mengajar dan apa yang harus nde lakuin. Nde di sanggar ini hanya mengajar junior saja. Menurut nde, yang paling susah buat diajari adalah junior yang rata-rata umurnya dibawah 12 tahun. Nde harus mengenal watak mereka masing-masing dulu dari sikap mereka masing-masing ketika sedang diajarkan, baru dari situ nde tau cara mengajar yang baik untuk mereka dan bersikap dengan mereka…” ii. Mengetahui Dunia Luar. Komunikasi antarpribadi ini juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan di sekitar kita dengan baik tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Ketika waktu beristirahat, informan 1 pertama meluangkan waktunya untuk bercerita dengan seluruh anak didiknya. Dan kadang, ia menceritakan seuatu hal yang berguna untuk menambah wawasan dengan menceritakan kejadian-kejadian Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara yang dialami oleh informan 1 pertama. Ini ia lakukan untuk mendidik anak didiknya. seperti yang dikatakan informan 1 pertama: “Pas istirahat, nde ngumpul sama semua anak didik nde. Kemudian nde bawa mereka cerita-cerita. Awalnya nde ceritakan misalnya kejadian yang nde alami, terus mereka tanggapi dengan macam-macam tanggapan. Selesai mereka kasih tanggapan, nde tanggapin balik tanggapan mereka. nde buat gitu, selain agar mereka bisa lebih nyaman berada di sanggar nde, mereka juga bisa lebih paham tentang dunia luar dan bisa lebih berhati-hati ketika berada diluar sana..” iii. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Yang Bermakna. Manusia pada umumnya diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga dengan begitu didalam kehidupan sehari-hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Hubungan yang demikian digunakan dalam komunikasi antarpibadi yang dapat membantu mengurangi kesepian, ketegangan, serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri. Hubungan yang seperti itu dijaga sekali oleh Informan 1 pertama. Menurutnya ini dapat membuat seluruh anak didik nyaman dan betah berada di sanggar tersebut. Sehingga hubungan yang akrab pun juga terjalin. Cara informan 1 pertama membuat hubungan menjadi lebih bermakna adalah mengajak seluruh anak didiknya bercerita bersama. Seperti yang dikatakan oleh informan 1 pertama, yaitu: “…nde mau, di dalam sanggar ini harus ada kata nyaman di diri masing-masing anak didik nde dulu. Kareka jika anak-anak ini tidak nyaman, dia takutnya tidak mau berlatih nari lagi di sanggar nde. jadi pas waktu istirahat, nde ajak mereka ngumpul semuanya untuk bercerita-cerita. Nde buat mereka bisa senyaman mungkin berada disanggar nde ini. Nde ceritakan suatu kejadian yang bisa membuat mereka mengeluarkan pendapatnya masing-masing. Dengan begitu hubungan yang baikpun tetap bisa dipelihara dan dijaga..” iv. Mengubah Sikap dan Perilaku. Komunikasi antarpribadi sering berguna dalam mengubah sikap dan perilaku orang lain. Komunikasi antarpribadi yang semacam itu, dapat digunakan untuk mempersuasikan orang lain. Peneliti melihat, Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara selain menjalankan kewajiban untuk mengajarkan tari, informan 1 pertama ternyata mendidik anak didiknya menjadi lebih baik lagi dalam bersikap maupun perilaku. Ini dilakukanya kepada seluruh anak didiknya karena didalam sanggar SIR ini anak-anak lebih mendominan. Biasanya anak-anak mempunyai sifat yang kekanak- kanankan. Sehingga terkadang kejahilan anak-anakpun muncul di dalam sanggar ini. Seperti yang dikatakan oleh informan 1 pertama, yaitu: “…sikap mereka jadi berubah. Baik ke nde sendiri maupun ke teman-teman sekitarnya yang ada di dalam sanggar itu juga. Seperti misalkan ada anak yang dari awal dia masuk ke sanggar ini punya sifat yang jahil. Sampai-sampai anak yang dijahilinnya jadi nangis. Yang nde takutkan, si anak yang nangis ini bisa enggak mau lagi datang ke sanggar untuk latihan karena ada temannya yang jahil. Jadi nde langsung ambil sikap, selain nde mengajarkan tari, nde juga harus bisa mendidik mereka menjadi lebih baik. Jadi nde dekatin anak yang jahil itu sampai dia merasa benar-benar dekat. Benar-benar dekatnya itu bisa nde lihat sendiri dari sikap dia ke nde. nah, ketika si anak jahil ini tadi sudah dekat dengan nde, baru nde bisa mulai ngasih tahu dengan baik-baik bahwa yang dia lakukan itu tidak baik. semenjak dari situ, barulah si anak jahil ini tadi berubah. Dia jadi tidak jahil lagi ke teman- temannya. Gitu juga nde buat ke anak-anak didik nde lainnya…” v. Bermain dan Mencari Hiburan. Kegiatan komunikasi antarpribadi ini juga mencakup untuk memperoleh kesenangan. Hal ini sangat diperlukan karena dapat memberikan suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya. Peneliti melihat, di dalam sanggar SIR Istana Maimun Medan ini ada saat-saat mereka bermain. Bermain yang dimaksud oleh informan 1 pertama adalah mengobrol dan bercanda yang mengundang tawa dan itu ternyata bertujuan untuk mencari hiburan bahkan bisa membuat hubungan diantara pengajar tari dengan anak didik semakin dekat. Ini sangat menguntungkan sekali untuk sanggar tersebut, karena dengan begitu anak didik di dalam sanggar itupun menjadi sangat nyaman ketika berada didalamnya. Ini dilakukan oleh Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara informan 1 pertama dengan anak-anak didiknya ketika waktu istirahat. Pada waktu itulah, informan 1 pertama ini memanfaatkannya untuk membuat hiburan yang semata-mata agar anak-anak didiknya tidak jenuh. Seperti yang dikatakan informan 1 pertama: “…bentuk bermainnya itu berbeda dengan yang lain. Biasakan bentuk bermain itu seperti bermain games atau permainan anak jaman sekarang. Yang nde maksudkan disini ada bermainnya itu seperti canda-candaan dalam bercerita waktu jam istirahat. Karena dengan bercanda itu juga bisa menghibur mereka kalau mereka sedang capek latihan. Dan nde buat kaya gitu supaya mereka bisa lebih nyaman lagi dan hubungan diantara kami juga semakin dekat serta terhindar dari rasa jenuh…” vi. Membantu Orang Lain. Ketika seseorang dihadapkan dengan suatu persoalan, pastinya ia membutuhkan seorang teman untuk berbagi dan berusaha untuk membantu menyelesaikannya. Komunikasi antarpribadi dapat digunakan pada saat kita ingin menolong orang lain. Sebagai seorang pengajar yang sudah mengajar selama 8 Tahun, pasti menemukan hambatan-hambatan yang dimiliki oleh anak didiknya. Maka ketika anak didik menemukan hal yang semcam itu, maka dapat dikatakan mereka perlu untuk dibantu dalam menyelesaikannya agar hambatan tersebut dapat diatasi dengan baik. Cara dalam mengatasinya, informan 1 pertama melakukan pendekatan ke setiap anak yang memiliki hambatan tersebut. Berikut yang dikatakan oleh informan 1 pertama: “…jadi ketika ada anak yang mempunyai masalah dalam menari berarti mereka perlu untuk ditolong. Karena nde adalah pengajarnya, maka nde harus menolong dia. Jadi nde dekati dia dan bertanya apa masalahnya. Sering nde temukan masalah anak didik itu adalah minder karena tidak bisa menari dengan baik. Jadi, nde arahkan dengan kata-kata yang bisa membuat dia nyaman terlebih dahulu. Lalu nde ajak dia menari dan ajarkan dengan perlahan-lahan sampai dia bisa mengikuti ajaran nde…” Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara C. Analisis Komponen Komunikasi Efektif i. Keterbukaan Openess. Keterbukaan yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala idegagasan suatu permasalahan secara bebas tidak ditutupi dan terbuka tanpa rasa takutmalu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing. Jika dikaitkan dengan sanggar SIR, berarti ini merupakan suatu keadaan dimana seorang pengajar tari mengetahui informasi tentang hal-hal yang disukai ataupun tidak disukai oleh anak didik tari melalui komunikasi antar pribadi yang dilakukan. Informasi itu didapatkan melalui anak didik itu sendiri. Menurut informan 1 pertama, saling terbuka sangat diperlukan sekali di dalam sebuah sanggar, karena dengan begitu dapat membantu mereka dalam proses mengajar tari. Menurut informan 1 pertama ini juga dapat mencegah keluarnya anak didik dari sanggar dan beralih ke sanggar lain. “…keterbukaan itu sangat penting. Karena menurut nde, dengan adanya keterbukaan, hubungan yang dijalin antara pengajar dan anak didikpun bisa lebih terjalin baik lagi. Juga dapat membantu nde maupun pengajar-pengajar yang lain dalam proses mengajar tari dan tahu cara mengajar yang baik. Karena anak-anak kecil ini kadang mau mood-moodan ketika sedang diajarkan begitu. Kalau dipaksain takutnya dia enggak mau lagi datang ke sanggar nde. Karena sebelumnya pun, ada anak didik nde yang baru masuk, nde lihat dia dari awal sudah mempunyai potensi dalam menari, terus nde tanya apakah dia sebelumnya ada belajar nari apa enggak. Ternyata ada. Terus nde tanya lagi kenapa keluar dari sanggar itu, kemudian dia jawab bahwa dia enggak nyaman di sanggar itu yang akhirnya membuat dia masuk ke sanggar nde. Kan kalau begitu, ribet urusannya…” ii. Empati Empathy. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Berarti posisi ini seperti dimana seorang pengajar mampu memposisikan dirinya seperti anak didik tari dan Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara merasakan apa yang dirasakan oleh anak didik tarinya. Komunikasi yang terjalinpun dengan begitu bisa menjadi efektif. Rasa empati ada didalam diri informan 1 pertama sebagai pengajar tari, karena menurutnya memposisikan dirinya dengan anak didik dapat menarik simpati dari anak didik dan membuat anak didik tertarik terhadap dirinya. “…karena menurut nde rasa empati ini selain bisa membuat mereka lebih nyaman lagi berada di sanggar ini, bisa juga membuat mereka tertarik dengan nde, kaya simpati gitula jadinya ke nde. Apalagi ketika dalam proses mengajar nari. Seperti misalnya ketika nde melatih mereka nari, pas nde lihat mereka sudah tidak terlalu bersemangat lagi dan sudah terlalu lama waktu berlatih, nde langsung kasih waktu istirahat buat mereka. Nde sangat paham sekali, karna nde juga pernah dulu merasakan jadi anak didik seperti mereka…” iii. Dukungan Supportiveness. Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Setiap pendapat, idegagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Keinginanhasrat dengan begitu dapat dimotivasi untuk dicapai. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Seperti misalnya keadaan dimana seorang pengajar berusaha melakukan sesuatu untuk mendorong agar anak didik tari dapat membangkitkan semangat dan juga mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka yang akhirnya tujuan dari sanggar inipun tercapai dengan baik. “Dukungan yang nde kasih seperti memberikan semangat ke mereka. Memberi pandangan yang memotivasi mereka juga. Dukungan ini nde lakukan supaya potensi yang ada di diri mereka bisa cepat ditonjolkan mereka, terus dapat meningkatkannya juga dan yang paling penting tujuan dari sanggar nde juga tercapai dengan baik. Yang nde lakukan ini sudah terbukti dengan anak- anak didik nde sebelumnya yang sudah berhasil. Ada yang sudah membuka sanggar tari sendiri…” Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara iv. Rasa Positif Positiveness. Rasa positif yang dimaksud adalah seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Ini diterapkan oleh informan 1 pertama, dengan kemampuan informan 1 pertama dalam menyalurkan pemahamannya dan menciptakan rasa positif anak didik terhadap dunia tari, yang berguna untuk membuat anak semakin tertarik terhadap dunia tari. Kemudian informan 1 pertama ini juga mampu menciptakan rasa positif anak-anak didik terhadap dirinya. Sehingga mereka pun menjadi simpati dengan informan 1 pertama ini. “…Nde sebagai pengajarnya harus menciptakan rasa positif di dalam diri mereka masing-masing terhadap dunia tari dengan menceritakan hal-hal yang baik terhadap dunia tari. Kemudian membangun rasa positif mereka juga ke nde. Jadi dengan begitu, mereka bisa mempunyai pandangan yang baik terhadap dunia tari dan terhadap nde juga tentunya. Dan mereka pun bisa semakin bersemangat dalam belajar tari-tarian kan. Juga tidak akan ada lagi rasa malas-malasan mereka untuk berlatih. ” v. Kesamaan Equality. Kesamaan merupakan pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Suatu komunikasi yang akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap dan sebagainya. Seperti keadaan dimana informan 1 pertama berusaha untuk menyamakan pandangan dengan anak didik terhadap sesuatu hal. Kesamaan bersikap juga dilakukan oleh informan 1 pertama. Ia bersikap adil dengan anak- anak didiknya agar anak didiknya pun tidak merasa dibeda-bedakan. “…ini berguna dalam berkomunikasi, nde dan anak didik nde bisa nyaman dan semakin akrab nde dengan mereka. Seperti misalnya jika nde mengobrol dengan mereka tentang suatu hal, pendapat nde di iyakan oleh mereka. Dan mereka juga member pemahaman yang sama terhadap hal tersebut, maka pembicaraan kamipun semakin enak dan kami akan semakin akrab. Ada saatnya juga Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara pemahaman nde dan anak didik nde itu berbeda. Nde tentunya akan membuat pernyataan yang akhirnya bisa membuat mereka sepemahaman dengan nde juga. Terus dalam bersikap juga nde samakan semuanya. Nde adil lah sama merekakan. Misalnya ada salah satu anak yang minta diajarin beberapa gerakan ketika latihan. Terus nde ajarkan. Dan ketika ada anak lain meminta begitu, nde juga harus siap untuk mengajarkannya…” D. Kesimpulan Kasus Informan 1 pertama selain merupakan Ketua Himpunan pada sanggar tari SIR, juga mau ikut terjun ke dalam proses mengajarnya. Informan 1 pertama ini adalah orang yang sangat mengenal baik seluruh anak didiknya. Seorang pengajar yang mampu menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan anak didik. Mampu berkomunikasi dengan efektif dan peran komunikasi antarpribadi dijalankan dengan baik. Diantarnya dapat mengenal dirinya sendiri, mengenal diri anak didik, dapat mengubah sikap maupun perilaku, mampu membuat hiburan yang berguna untuk menghilangkan kejenuhan anak didik dan juga mau menolong anak didiknya yang mengalami kesusahan. Sehingga tidak ditemukannya hambatan-hambatan dalam berkomunikasi dan seluruh tujuan dari komunikasi antarpribadipun bisa diperoleh. Keterbukaan, rasa empati, rasa positif dan kesamaan adalah hal-hal yang menurutnya sangat penting. Karena itu harus dimiliki oleh setiap pengajar agar menjadi seorang ketua himpunan sekaligus pengajar yang baik untuk anak didiknya. Sikap dari informan 1 pertama yang seperti ini bisa menjadi contoh untuk pengajar tari lainnya. Karena dengan komunikasi yang efektif, informan 1 pertama mampu membuat semua anak didiknya menjadi nyaman berada di dalam sanggar tersebut dan juga bisa meningkatkan potensi-potensi yang ada di dalam diri masing- masing anak didiknya dan ketika mereka keluarkan itu menjadi bakat yang sangat membanggakan. Itu sudah terbukti dari anak yangdidiknya dahulu sudah sangat berprestasi dan bahkan sudah ada yang membuka sanggar sendiri. Dengan rasa nyaman yang informan 1 pertama Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara ciptakan, tidak akan membuat anak-anak didiknya beralih ke sanggar lain. 2. Informan 2 kedua Nama : T. Lisfi Iswana Tempat Tanggal Lahir : Medan, 1 Mei 1992 Usia : 23 Tahun Agama : Islam Suku : Melayu Alamat : Jl. Sultan Maimun Al Rasyid No. 66 Istana Maimun Medan Jabatan : Pengajar tari Lama menjabat : 5 Tahun Ciri-ciri : Memiliki wajah oval, berkulit putih, berambut panjang hitam lurus, tinggi kira-kira sekitar 150 cm Tempat Waktu Wawancara : Sanggar SIR; Senin, 2 Februari 2015; pukul 14.00 WIB A. Interpretasi Data Informan 2 kedua merupakan anak pertama dari T. Lisa Nelita informan pertama yang masih berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU 2010 dan terjun ke dunia tari sejak berumur 12 tahun. Informan 2 juga seorang pengajar tari sejak ± 5 tahun yang lalu. Tarian tradisional sudah banyak didalami oleh informan 2 kedua, karena itu informan 1 pertama yang merupakan ibunya sendiri telah memberi kepercayaan kepada informan 2 kedua untuk mengajarkan tari di sanggar SIR. Awalnya informan 2 kedua ini mengenal dunia tari dari ibunya juga yang sebagai informan 1 pertama. Informan 1 pertama mengajak informan 2 kedua untuk ikut latihan menari bersamanya. Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara Prestasi-prestasi dari informan 1 pertama juga telah membuatnya menjadi lebih bersemangat dalam mengasah potensi-potensi yang ada di dalam diri informan 2 kedua. Informan 2 kedua ini mengajarkan tari kepada junior maupun senior. Tetapi karena sesuai dengan tujuan penelitian, maka wawancara yang dilakukan hanya difokuskan dalam mengajarkan junior. B. Analisis Komponen Tujuan Komunikasi Antarpribadi i. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain. Informan 2 kedua yang mempunyai nama panggilan Ifi ini sangat mengenal dirinya sendiri dan juga mengenal diri anak didiknya. Ibu dari Ifi telah menerapkan hal yang sama ketika Ifi mengajarkan tari, harus mengenali dirinya sendiri dan kemudian mengenal diri anak didiknya. Menurut ibunya, ini sangat berguna untuk mengetahui sampai dimana batas kemampuan diri sendiri dan juga mengetahui dengan baik apa yang harus dilakukan untuk anak didik. Ibunya yang sebagai informan 1 pertama ini memberitahu kepadanya bahwa Ifi harus mengetahui perannya sebagai pengajar, seperti kewajiban dalam mengajar. Sehingga bisa mengetahui bagaimana cara mengajar dengan baik. Ketika Ifi sudah mengetahui kewajibannya, Ifi kemudian dekat dengan seluruh anak didiknya dan mengenali masing-masing watak dari anak didiknya dari cara mereka bersikap. Ini menurutnya sangat penting karena dapat menguntungkan baginya dalam mengetahui caramenghadapi dan bersikap kepada anak didiknya dengan baik. “Sangat diperlukan seorang pengajar tari mengenal dirinya terlebih dahulu. Gunanya agar si pengajar tari ini bisa mengetahui sampai dimana batas kemampuannya dalam mengajar dan kewajibannya sebagai pengajar. Dan juga mengenal diri anak didiknya juga diperlukan, itu bisa dilakukan dari melihat sikap mereka. Karena setiap anak didik inikan mempunyai karakter yang berbeda-beda dan kemampuannya dalam mengingat gerakan juga berbeda-beda. Dalam hal seperti itu, seorang pengajar tari bisa mengetahui cara mengatasi hal tersebut dengan sangat baik dan kakak sangat mengenal diri kakak dan anak didik kakak, masa Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara seorang pengajar enggak tau watak anak didiknya kan, apalagi sudah lama mengajar.” ii. Mengetahui Dunia Luar. Memberitahu tentang dunia luar kepada anak didik sangat diperlukan bagi Ifi. Menurutnya selain harus mengajarkan tari, ia juga harus bisa mendidik anak didiknya dengan sangat baik. Apalagi yang ia didik masih berumur 12 tahun kebawah yang membutuhkan pengarahan dan pengetahuan. Sehingga dengan begitu bisa menjadikan anak didiknya lebih berhati-hati ketika berada di luar karena pengetahuan mereka tentang dunia luar sudah bertambah. Seperti yang dikatakan oleh informan 2 kedua: “Menurut kakak sih perlu, supaya anak-anak didik ini juga bisa merasa lebih dekat dengan kita dan nyaman ketika diajarkan menari. Kadang-kadang sih ada. Tergantung sama awal mula pembicaraan kami ketika sedang istirahat. Misalkan pernah ada anak yang menceritakan kejadian-kejadian yang tidak baik diluar. Karna kakak adalah pengajarnya mereka. Otomatis selain mengajarkan mereka menari, kakak juga harus bisa mendidik mereka. Apalagi mereka anak-anak yang bisa dibilang belum mengerti dunia luar. Jadi kakak kasih pendapat dan nasihat yang berupa contoh-contoh kejadian yang tidak baik dan bisa merugikan mereka.” iii. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu hubungan yang dibangun, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Ini juga diterapkan dengan baik oleh Ifi. Menurutnya sebagai pengajar yang baik, hendaklah pandai menciptakan hubungan didalamnya menjadi bermakna dan dengan begitu hubungan antara pengajar dengan anak didikpun semakin dekat. Disamping itu, ini juga berguna untuk membuat anak didik mereka menjadi nyaman ketika berada di dalam sanggar dan menghindari anak-anak yang ingin pindah ke sanggar lainnya yang menurutnya lebih nyaman dari sanggar tersebut. Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara “untuk bisa jadi pengajar yang baik, kakak harus pande dek, menciptakan hubungan yang baik dengan anak-anak didik kakak. Dengan begitu, kami bisa lebih dekat dan akrab juga mereka pun bisa nyaman ketika kakak mengajarkan tari dan berada di dalam sanggar ini. Kakak paling takut kalo mereka udah enggak nyaman, malah nyari sanggar lain yang lebih nyaman menurut mereka. Karena ada juga anak pindahan dari sanggar lain yang masuk ke sanggar inikan.” iv. Mengubah Sikap dan Perilaku. Selain mendidik berguna untuk memberikan pengetahuan, mendidik juga bisa berguna untuk merubah sikap maupun perilaku menjadi lebih baik. Menurut Ifi, anak-anak didalam sanggarnya mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda karena mereka dengan umur dibawah 12 tahun pasti belum menemukan jati dirinya. Terkadang Ifi mendidik mereka juga untuk bisa bersikap dan berperilaku menjadi lebih baik lagi. Ifi melakukan hal tersebut dengan melakukan pendekatan ke masing-masing anak didik yang menurutnya butuh untuk dididik. “…ada anak yang jahil ke anak lainnya. Seperti yang kakak bilang tadi, kakak harus bisa mendidik mereka juga. Jadi kakak kasih tau ke anak itu untuk tidak seperti itu. Awalnya dia tidak mau mendengar, tetapi kakak terus-terusan memberitahunya dengan melakukan pendekatan bahwa yang seperti itu tidak baik. Akhirnya lama-kelamaan dia bisa berubah. Pengajar yang lain juga seperti kakak mau memberi tahu yang baik-baik ke anak didik lainnya…” v. Bermain dan Mencari Hiburan. Bermain adalah sesuatu hal yang sangat disukai oleh anak-anak. Tetapi bentuk bermain yang dimaksudkan oleh informan 2 kedua dengan anak didiknya berupa percakapan yang dibarengi dengan canda tawa. Ini menurutnya sudah menjadi hiburan tersendiri antara ia dengan anak didiknya. Ini dilakukannya agar anak didik yang berada di dalam sanggarnya tidak jenuh dan satu sama lainnya pun menjadi sangat dekat. Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara “…karena seperti yang kakak bilang, kami ketika sedang istirahat gitu berkumpul bersama. Cerita-cerita, bercanda-canda. Jadi mereka bisa merasa nyaman berada di sanggar itukan. Ini bentuk bermain kami di dalam sanggar. Biar mereka tidak bosan juga. Bentuk bermain semacam ini juga kakak lihat bisa menghibur mereka kok.” vi. Membantu Orang Lain. Sebagai makhluk sosial, pastinya manusia itu membutuhkan satu dengan yang lainnya. Menurut informan 2 kedua, dengan membantu orang lain, kita bisa mendapatkan simpati dari orang yang kita tolong. Ketika seseorang membutuhkan pertolongan, sebaiknya harus segera kita tolong, karena ada saatnya juga kita membutuhkan pertolongan dari mereka. Apalagi anak-anak yang membutuhkan pengarahan dan didikan baik dari lingkungan tempat tinggalnya, maupun dari lingkungan sekitar. Didalam sanggar ini, banyak anak yang mempunyai hambatan dalam proses latihan tari. Maka Ifi ingin menjadi pengajar yang baik untuk anak didiknya dan ingin anak didiknya sukses di bidang ini, Ifi segera menolong anak didiknya. Selain anak didiknya tertolong, itu juga bisa bermanfaat untuk sanggar mereka. Visi misi sanggar ini terjalankan dengan baik. “…kita harus saling tolong menolong ya tentunya. Apalagi anak didik kakak kadang banyak menemukan hambatan. Kakak harus nolong dia, selain dia tertolong. Dia bisa mewujudkan visi misi sanggar kakak dengan baik jadinya. Ketika anak didik kakak mempunyai hambatan, untuk diawal kakak bertanya kepada dia, kenapa ketika latihan dia susah untuk mengingat gerakan atau mengikuti gerakan yang kakak ajarkan. Terus ada yang menjawab anak tersebut susah untuk mengikutinya karena gerakan yang diajarkan terlalu cepat. Ketika kakak sudah tau apa masalahnya, kakak juga jadi tau cara mengatasinya. Anak yang seperti ini perlu untuk dibantu. Jadi kakak ketika mengajarkannya tidak terlalu banyak gerakan. 2 atau 3 gerakan yang kakak ajarkan diawal dulu. Pas anak didik ini sudah mahir gerakan tersebut, baru kakak lanjutkan ke gerakan selanjutnya.” Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara C. Analisis Komponen Komunikasi Efektif i. Keterbukaan Openess. Ifi merupakan mahasiswi Ilmu Komunikasi, dengan begitu ia sangat mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan baik. Menurutnya, keterbukaan ini sangat diperlukan di dalam suatu hubungan yang dijalin. Apalagi didalam sanggar SIR, ia sangat membutuhkan keterbukaan dari anak didiknya. Keterbukaan yang berupa di dalam sanggar adalah keterbukaan yang sangat ia butuhkan, karena dengan begitu seorang pengajar mengetahui yang terbaik untuk anak didiknya. Keterbukaan ini menurutnya bisa didapat dengan pendekatan yang dilakukan kepada anak didik. “Tergantung dengan keterbukaan yang seperti apa. Kalau keterbukaan dalam cakupan latihan menari, itu penting sekali. Seperti yang sering terjadi, ada beberapa anak yang susah untuk mengingat gerakan atau susah untuk mengikuti gerakan yang diajarkan. Maka untuk mengatasinya, si anak didik ini tadi harus terbuka. Kalau anak didik ini tadi tidak mau terbuka terlebih dahulu, ada baiknya si pengajar yang menanyakan. Apa masalah si anak didik ini tadi sehingga susah untuk mengikuti gerakan. Tentunya sebelum menanyakan hal tersebut, si pengajar harus pandai mengambil hati si anak didik ini. Agar anak didik inipun mau terbuka dengan pengajarnya. Kalau anak didik kakakpun mau terbuka tentang masalah sekolah atau masalah keluarganya juga kakak terima dengan baik, kakak akan menjadi pendengar dan pemberi nasihat yang baik.” ii. Empati Empathy. Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan seseorang. Ini sangat diperlukan di dalam diri masing-masing individu. Hal ini dapat berupa pengertian satu sama lainnya yang dapat membuat hubungan semakin dekat. Rasa empati ini ada didalam diri Ifi. Menurutnya ini sangat diperlukan sekali untuk bisa menjadi seorang pengajar tari yang baik, juga membuat anak didiknya menimbulkan rasa simpati terhadap Ifi. Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara “…gunanya ya agar mereka lebih senang ke kita, nyaman ke kita, simpati la ya ke kita dan mereka bisa menganggap bahwa pengajar-pengajar mereka bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Dengan begitu, ketika kita memberi tahu sesuatu, mereka mau mendengarkannya dan menerima dengan baik.” iii. Dukungan Supportiveness. Dukungan dapat berupa pemberian semangat. Bentuk dukungan semacam ini diberikan oleh Ifi kepada seluruh anak didiknya. Pemberian semangat yang diberikannya melalui pemberian motivasi- motivasi yang membangkitkan, seperti menceritakan prestasi-prestasi yang sudah didapat oleh informan 2 kedua. Ini berguna untuk membangkitkan semangat dan meningkatkan potensi-potensi yang ada di dalam diri anak didiknya. “Bentuk dukungan yang kakak kasih ke mereka adalah memberi mereka semangat dengan ucapan-ucapan yang benar-benar membangkitkan semangat dan motivasi seperti menceritakan prestasi-prestasi yang udah kakak dapat. Dengan begitu juga potensi mereka lama kelamaan akan menonjol yang akhirnya menjadi bakat.” iv. Rasa Positif Positiveness. Rasa positif sangat penting ditimbulkan di dalam diri anak-anak yang sedang membutuhkan pengajaran. Menurut Ifi, ini bisa dilakukan dengan cara memberi pandangan-pandangan yang baik tentang dunia tari kepada anak didik. Tetapi sebelum menimbulkan rasa positif itu kepada orang lain, ada baiknya menimbulkan itu pada diri sendiri terlebih dahulu. Agar bisa memberikan rasa positif dengan baik kepada anak didik “…rasa positif kakak terhadap dunia tari itu sudah ada ya dari dulu. Jadi kakak menceritakan tentang dunia tari ke mereka agar Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara membuat pandangan maupun rasa positif mereka terhadap dunia tari bisa timbul dan mereka bisa lebih menyukai bidang ini.” v. KesamaanEquality. Ketika Ifi berhadapan dengan anak didiknya, ia berusaha untuk bersikap adil dan tidak membeda-bedakan. Selalu berusaha untuk bisa menjaga perasaan anak didiknya. Rasa empati yang sebelumnya dimiliki oleh Ifi untuk mampu memposisikan dirinya dengan anak didik tersebut, membuat ia memahami mereka. Ifi berusaha untuk sepemahaman dengan anak didiknya agar perbedaan pun tidak terlihat dan menghilangkan rasa canggung atau takut yang ada pada diri anak didiknya terhadap para pengajar. “…dengan pemahaman yang sama bisa membuat pengajar dan anak didik menjadi lebih dekat lagi. Contohnya seperti ketika memberi pendapat tentang sesuatu hal. Pola pikir anak yang dibawah 12 tahun dengan kakak yang sudah 23 tahun tentunya berbeda. Jadi ketika si anak didik ini memberikan pendapatnya yang menurut kakak tidak sesuai, kakak harus mengeluarkan pendapat dengan kata-kata yang mudah dipahami mereka yang akhirnya mereka merasa bahwa pendapat mereka sama dengan pengajarnya. Sehingga akhirnyapun si anak didik ini tadi bisa sepemahaman dengan kakak. Terus kesamaan ini juga bisa menghilangkan canggung mereka kakak liat, lama kelamaan mereka bisa enjoy dengan kakak.” C. Kesimpulan Kasus Informan 2 kedua termasuk orang yang mengerti bagaimana cara menyampaikan pesan dengan baik. Sehingga dalam proses berkomunikasi pun bisa menjadi efektif serta dengan begitu hambatan- hambatan dalam berkomunikasi pun tidak ditemukannya. Informan 1 pertama mengenal dirinya sendiri sangat baik dengan memahami kewajibannya sebagai pengajar dan mengenal diri seluruh anak didik yang menurutnya itu sangat berguna dalam bersikap yang baik kepada anak didiknya. Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara Pendekatan adalah salah satu cara informan 2 kedua untuk mengenali diri masing-masing anak didiknya. Pendekatan ini juga membuat wawasan anak didiknya menjadi bertambah. Karena selesai mengajarkan tari, informan 2 kedua juga mendidik dengan baik anak didiknya. Sehingga dengan begitu, ia dapat mengubah sikap maupun perilaku anak-anak didik tersebut. Informan 2 keuda juga mampu memposisikan dirinya dengan anak-anak didik yang tujuannya untuk membuat anak didik tersebut merasa nyaman. Dukungan juga diberikan oleh informan 2 kedua kepada anak didiknya. Dukungan yang diberikan berupa pengalaman-pengalamannya dalam menari yang dapat membuat semangat anak-anak didiknya bertambah.Ini membuatnya dikenal sebagai seorang pengajar yang sangat mengetahui perannya dengan baikdan berjalan sesuai dengan visi misi sanggar SIR ini. Sehingga anak didik yang di dalam sanggar SIR ini pun mampu meningkatkan potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka masing-masing. Hambatan-hambatan didalam proses mengajar tari bisa dapat diatasinya dengan baik. Dan itu dilakukan melalui pendekatan- pendekatan kepada anak didik yang mempunyai masalah dalam menari. 3. Informan 3 ketiga Nama : T. Deya Rizka Tempat Tanggal Lahir : Medan, 1 Mei 1989 Usia : 26 Tahun Agama : Islam Suku : Melayu Alamat : Jl. Sultan Maimun Al Rasyid No. 67 Istana Maimun Medan Jabatan : Pengajar tari Lama Menjabat : 8 Tahun Ciri-ciri : Memiliki wajah oval, berkulit putih, menggunakan jilbab, Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara tinggi kira-kira sekitar 160 cm Tempat Waktu Wawancara : Sanggar SIR; Selasa, 3 Februari 2015, pukul 21.00 WIB A. Interpretasi Data Informan 3 ketiga merupakan kemanakan dari informan 1 pertama yang bisa dipanggil Deya. Informan 3 ketiga sudah mengajar tari selama ± 8 tahun. Awalnya informan 3 ketiga merupakan anak didik di sanggar tari SIR Istana Maimun tersebut dari berumur 12 tahun. Sama halnya seperti pada informan 2 kedua, informan 1 pertama yang sebagai kakak dari ibunya melihat bakat dari informan 3 ketiga dan menjadikan informan 3 ketiga sebagai pengajar di sanggar SIR Istana Maimun Medan. Prestasi yang diraih dari uwaknya informan pertama dan ibunya adalah alasan informan 3 ketiga tertarik terhadap dunia tari dan mau terjun ke dalamnya. Informan 1 pertama juga mempunyai keinginan agar sanggar SIR ini tetap berjalan dengan baik, untuk itu informan 3 ketiga menerima tawaran dari informan 1 untuk mengajarkan tari. B. Analisis Komponen Tujuan Komunikasi Antarpribadi i. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain. Mengenal diri sendiri sangat diperlukan sekali menurut Deya, karena bisa mengetahui kekurangan yang ada pada diri sendiri dan perannya sebagai pengajar tari. Hal itu sama seperti yang di utarakan oleh informan 1 pertama dan 2 kedua sebelumnya. Kemudian setelah Deya sudah mengetahui dirinya sendiri, ia berusaha menjadi seorang pengajar yang baik dengan mengetahui diri seluruh anak didiknya agar ia tahu bagaimana bersikap yang baik dengan mereka. “kakak sangat kenal diri kakak, seperti peranan kakak sebagai pengajar. Kakak harus tahu kewajiban kakak sebagai pengajar dan Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara kekurangan kakak juga di dalam mengajar. Karna kakak mau menjadi seorang pengajar yang baik, kakak harus kenali satu persatu anak didik kakak. Terutama karakter dirinya yang seperti apa, agar memudahkan kakak jugakan dalam mengajarkan berbagai tari.” ii. Mengetahui Dunia Luar. Menggunakan komunikasi antarpribadi yang efektif, dapat menambah wawasan mengenai dunia luar. Ini dilakukan oleh Deya terhadap anak didiknya, karena ia mau yang terbaik untuk anak didiknya. Mengajar tari saja menurutnya tidak cukup, harus dibarengi dengan mendidik. Selain pengetahuan anak didiknya bisa bertambah, ini juga bisa membuat anak didiknya semakin dekat dengannya. “terkadang ada saatnya kakak ngasih tau mereka tentang dunia luar. Itu secara tidak langsung kakak sudah mendidik merekakan. Apalagi mereka itu anak-anak kecil ya, pasti pengetahuannya belum begitu luas. Jadi selain mengajar, kakak harus bisa didik mereka biar menajdi lebih baik lagi.” iii. Menciptakan dan Memelihara Hubungan Menjadi Bermakna. Menjadi seorang pengajar yang baik adalah sesuatu yang diinginkan oleh Deya. Deya menciptakan hubungan dan memelihara hubungan tersebut menjadi bermakna. Ini berguna untuk menciptakan rasa nyaman pada diri masing-masing anak didik di dalam sanggar tari SIR. Dengan komunikasi yang baik dan efektif, bisa menciptakan hubungan yang akrab diantara masing-masing individu. Ketika rasa nyaman tidak ada lagi di dalam suatu tempat pelatihan tari, maka dengan sendirinya anak didik didalam tempt tersebut pun akan segera keluar dan mencari tempat pelatihan tari yang baru. Seperti yang dikatakan oleh Deya: “ ada beberapa anak didik sanggar SIR ini yang sebelumnya ikut latihan di tempat sanggar lain. Jadi kakak tanya kenapa mereka bisa pindah ke sanggar kakak, jawaban mereka ternyata tidak adanya kenyamanan didalam sanggar tersebut. Kejadian itu bisa Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara menjadi introspeksi diri kakak sendiri ya. Dan akhirnya membuat kakak harus bisa menciptakan hubungan yang baik dengan mereka. Supaya mereka nyaman dan tidak beralih ke sanggar lain seperti yang mereka lakukan sebelumnya.” iv. Mengubah Sikap dan Perilaku. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan diantara individu, dapat mempengaruhi komunikannya, guna untuk mengubah sikap dan perilaku komunikan tersebut sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator yang melakukannya. Ini dilakukan oleh Deya dalam hal menari saja. Ia memberi motivasi-motivasi kepada seluruh anak didiknya, terutama untuk anak didik yang bermalas-malasan ketika sedang diajarkan. Anak didik yang seperti itu sebelumnya bisa berubah menjadi lebih baik dan lebih fokus ketika sedang latihan. Seperti yang dikatakan oleh Deya: “kakak kan kadang sekali-sekali memberikan motivasi buat mereka, supaya kalau ada yang sudah mulai malas-malasan latihan bisa termotivasi dan semangatnya bangkit lagi. terus kalau ada yang terus-terusan malas latihan, barulah kakak dekatin dia. Kakak kasih dia arahan tanpa menjatuhkan semangatnya. Pas udah berapa kali kakak kasih arahan, lama kelamaan perilakunya berubah. Dia jadi lebih fokus pas latihan.” v. Bermain dan Mencari Hiburan. Bermain dan mencari hiburan adalah hal yang disenangi oleh anak- anak. Tetapi menurut Deya ini tidak dilakukan didalam sanggar, karena ada tempatnya untuk belajar dan ada juga tempatnya untuk bermain. Di Sanggar ini tidak mempunyai arena untuk bermain anak- anak. Jadi menurut Deya, tidak ada waktu bermain di sanggar ini. Karena waktu latihanpun cuma sedikit. Jika anak-anak ingin bermain, mereka bisa gunakan waktunya ketika selesai latihan dari sanggar. Tetapi jika sekedar mencari hiburan, Deya melakukan lelucon yang membuat anak didiknya terhibur. ”Memang anak-anak butuh waktu bermain ya. Tetapi cemana lagi, tidak ada tempat main-mainkan di sanggar ini. Ira bisa liat sendirikan. Jadi tidak ada juga waktu mereka main-main di Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara sanggar ini. Mereka bisa main-main di tempat arena bermain sepulang mereka latihan. Waktu latihan lagiankan Cuma sebentar. Tetapi kadang kakak enggak mau juga anak didik kakak jenuh kan, jadi pas cerita-cerita, kakak sering buat lucu-lucuan gitu yang membuat mereka tertawa.” vi. Membantu Orang Lain. Setiap orang pasti ada saatnya membutuhkan pertolongan dari orang lain. Apalagi di dalam sanggar SIR ini. Banyak anak-anak yang membutuhkan pertolongan ketika sedang diajarkan. Dari mulai susah mengikuti gerakan sampai susah untuk mengingat gerakan yang diberikan. Menurut Deya anak yang semacam itu perlu sekali untuk ditolong, karena dengan begitu mereka cepat mahir dalam menari, potensi merekapun bisa cepat ditonjolkan. Sehingga dengan sendirinya pun misi dari sanggar SIR ini terjalankan. “biasanya itu karena gerakan yang terlalu banyak diajarkan. Jadi cara kakak mengatasinya bisanya kakak Tanya dulu kenapa dia bisa susah untuk mengikutinya. Dan biasanya juga alasan mereka adalah karena terlalu banyak yang diajarkan. Jadi cara kakak mengatasinya, kakak ajarkan sedikit-sedikit dulu gerakannya sampai mereka bisa baru dilanjutkan ke gerakan selanjutnya. Dengan kaya gitu, potensi mereka bisa meningkat dan bisa menjadi bakat yang luar biasa” C. Analisis Komponen Komunikasi Efektif i. Keterbukaan Openess. Ada keterbukaan yang dilakukan di dalam sanggar SIR antara anak didik kepada pengajar tarinya. Mana pengajar yang mereka rasa nyaman untuk diajak berbicara, maka mereka akan ke pengajarnya tersebut. Seperti yang dialami Deya, ada beberapa anak didik yang datang kepadanya untuk memberitahu kesusahan yang dialami oleh anak tersebut. Deya memahami peranannya sebagai pengajar, untuk itu ia mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan oleh anak didiknya. Hal ini sangat menguntungkan bagi Deya, karena dengan begitu Deya bisa mengetahui apa yang harus diperbuatnya dengan anak didik yang mempunyai masalah tersebut. Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara “Jadi ada beberapa anak didik kakak yang datang ke kakak buat curhat. Tetapi kebanyakan masalahnya adalah dibidang nari ini. Yang susah mengikuti gerakan lah, yang susah mengingat gerakan la. Jadi kakak menjadi pendengar yang baik ajala buat mereka kan. Karna kakak juga mau yang terbaik buat mereka. Itu bisa menguntungkan juga buat kakak, kakak jadi tahu bagaimana harus mengajarkan mereka dengan baik, istilahnya kaya kakak jadi tahulah cara ngambil hati mereka.” ii. Empati Empathy. Rasa empati yang merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain ini ternyata dimiliki informan 3 ketiga. Ia mampu memposisikan dirinya dengan anak-anak didik seperti merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya. Tujuan Deya melakukan hal tersebut adalah untuk menarik perhatian dan simpati anak-anak didiknya. Apalagi menurutnya ketika sedang latihan, rasa empati ini jadi sangat penting sekali, seperti mengetahui kapan harus istirahat hanya dengan melihat perilaku mereka ketika sedang diajarkan. “Empati harus adala ya di diri pengajar. Karena biar pas ngajar nari tidak terkesan egois. Jadi kalau kakak liat anak-anak itu sudah mulai enggak bersemangat latihan, berarti mereka kecapekan. Dan kakak harus mengistirahatkan mereka. Ini berguna juga agar mereka tidak jenuh dalam latihan dan tidak jera juga. Selain itu juga, mereka kan jadi tertarik dengan kakak. Jadi kakak lebih mudah mengajari mereka.” iii. Dukungan Supportiveness. Setiap memberikan pelatihan tari kepada anak didik, Deya selaku pengajar sangat mengharapkan agar anak didiknya dapat meningkatkan potensi yang ada di diri mereka masing-masing yang akhirnya bisa ditonjolkan menjadi sebuah bakat yang luar biasa. Deya dalam hal ini selalu memberi dukungan yang besar berupa motivasi- motivasi. Motivasi yang diberikan oleh Deya adalah dengan menceritakan prestasi-prestasi yang didapatnya seperti yang dilakukan oleh informan 2 kedua. Setelah Deya melakukan ini, ia melihat Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara bahwa yang dilakukannya itu berhasil. Semangat mereka untuk berlatih semakin kelihatan. Seperti yang dikatakan Deya: “Bentuk dukungannya dengan ucapan-ucapan yang bisa membuat mereka lebih bersemangat dan kakak kadang ceritakan prestasi kakak. Pas udah kakak ceritain, kakak langsung melihat semangat mereka bermunculan. Kelihatan pas kakak suruh istirahat, mereka enggak mau. Malah mereka mau lanjut terus. Berarti yang kakak lakukan untuk membangkitkan semangat mereka berhasil. Kakak jadi senang lihatnya. Berartikan dengan kaya gitu, lama kelamaan potensi mereka bisa meningkat, juga mereka bisa mecapai prestasi sesuai dengan yang ingin mereka capai. Juga apa yang kakak ajari ke mereka pun tidak sia-sia jadinya.” iv. Rasa Positif Positiveness. Rasa positif dibangun oleh Deya kepada anak-anak didiknya. Menurutnya ini sangat penting, karena dengan begitu dapat menimbulkan simpati anak didik. Baik terhadap dunia tari maupun terhadap pengajarnya. Mereka jadi mempunyai pandangan yang baik kepada dunia tari dan pengajar-pengajarnya. Rasa positif ini bisa ditimbulkan melalui komunikasi yang terjalin efektif. “Perlu, rasa positif ini bisa membuat mereka simpati dengan kita. Seperti kadang kakak kan suka tu nyeritain prestasi kakak, kelebihan terjun didunia tari atau hal semacamnyala kan, trus dengan begitu merekakan akan timbul sendiri rasa positifnya tenntang dunia tari dan kepada kakak juga pasti tentunya.” v. Kesamaan Equality. Kesamaan yang dimaksud Deya disini adalah kesamaan dalam pemahaman. Ini dilakukannya kepada seluruh anak didiknya dengan memberikan pendapat yang sama tentang sesuatu hal. Ini berguna untuk hubungan yang sudah terjalin menjadi lebih dekat dan akrab. “kesamaan pemahaman bisa menjadikan hubungan yang lebih dekat lagi. Seperti memberikan pendapat tentang sesuatu hal dan kakak harus pandai-pandai memberikan pendapat yang sependapat Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara dengan anak didik kakak. Agar mereka bisa juga merasa lebih dekat dengan kakak.” D. Kesimpulan Kasus Informan 3 ketiga mempunyai cara dalam meningkatkan potensi- potensi yang ada didalam diri anak didik pada sanggar SIR Istana Maimun Medan. Untuk diawal, informan 3 ketiga ini sangat mengenal dirinya sendiri dengan mengetahui kewajibannya sebagai pengajar dan juga kekurangannya dalam mengajar. Kemudian informan 3 ketiga mengenal baik anak didiknya. Sehingga ia tahu cara bersikap dan dapat melaksanakan peranannya sebagai pengajar dengan baik. Informan 3 ketiga juga dilihat mampu menciptakan dan memelihara hubungan yag bermakna dengan melakukan kedekatan-kedekatan yang membuat anak didiknya merasa nyaman. Selain mengajarkan tari, informan 3 ketiga mampu mendidik dengan baik anak-anak didiknya dengan memberi pengetahuan tentang dunia luar yang bisa berdampak positif bagi anak didik dan juga berhasil mengubah perilaku anak didiknya menjadi lebih baik lagi. Tempat belajar dan tempat bermain, menurut informan 3 ketiga adalah dua hal yang berbeda. Sanggar SIR ia tempatkan sebagai tempat belajar dan tidak ada waktu bermain di dalamnya. Tetapi bercanda-canda adalah hal yang bisa membuat anak didiknya terhibur. Maka mengobrol dengan mengundang canda tawa adalah hal bermain yang dilakukan informan 3 ketiga dengan anak-anak didiknya. Sehingga dengan begitu tujuan dari komunikasi antarpribadi terpenuhi. Agar hubungan yang telah dibangun pun bisa tejalin lebih dekat lagi, Informan 3 ketiga juga melakukan berbagai bentuk komunikasi yang efektif. Bisa dilihat dengan kemamampuannya dalam memecahkan masalah pada setiap anak didik yang datang padanya, mempunyai rasa empati dengan merasakan apa yang dirasakan oleh anak-anak didiknya, memberikan dukungan yang berupa motivasi-motivasi yang Universitas Sumatera utara Universitas Sumatera Utara membangkitkan semangat dengan menceritakan prestasi yang sudah didapat informan 3 ketiga, menciptakan rasa positif pada diri anak didik terhadap informan 3 ketiga dan juga dunia tari tentunya serta membuat pemahaman yang sama ketika memberikan pendapat tentang suatu hal. Dengan semua yang dilakukan oleh informan 3 ketiga, potensi-potensi dalam diri anak didik akan segera bisa meningkat dan juga dalam proses berkomunikasi, informan 3 ketiga tidak menemukan kendala apapun. Menurutnya apa yang ia sampaikan, dapat diterima dan dipahami oleh anak-anak didiknya dengan baik.

4.1.6 Informan Tambahan

Dokumen yang terkait

Landmark Kota Medan (Persepsi dalam Arsitektur) Studi Kasus : Istana Maimun

14 153 99

Tari Piring (Studi Etnografi Mengenai Komodifikasi Tari Piring di Kota Medan)

6 162 130

Analisis Strategi Komunikasi Antar Pribadi Yayasan Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Melakukan Pendampingan Anak Jalanan (Street Base) Di Kota Medan (Studi Kasus Rumah Singgah Sanggar Kreatifitas Anak (SKA) binaan PKPA)

1 42 141

Peran Komunikasi Antar Pribadi(Studi Deskriptif Peranan Komunikasi Antar Pribadi Untuk Mensosialisasikan Bantuan Operasional Sekolah Kepada Siswa SD. Advent Timbang Deli Medan).

0 57 127

Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi : (Studi Deskriptif Pendekatan Neuro-Linguistic Dalam Komunikasi Antar Pribadi Pada Karyawan PT Bank Bukopin Cabang Syariah Medan)

6 51 77

Analisis Pola Komunikasi Kelompok Dalam Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

2 50 105

Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 35

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 6

PERAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PENGAJAR TARI DALAM MENINGKATKAN POTENSI DIRI ANAK

0 0 12