B. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Dharma 2001 dalam Venda 2011, faktor – faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah : 1.
Pegawai, berkenaan dengan kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Pekerjaan, menyangkut desain pekerjaan, uraian pekerjaan dan sumber
daya untuk melaksanakan pekerjaan. 3.
Mekanisme kerja, mencakup sistem, prosedur pendelegasian dan pengendalian serta struktur organisasi.
4. Lingkungan kerja, meliputi faktor-faktor lokasi dan kondisi kerja, iklim
organisasi dan komunikasi.
C. Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Lynch dan Cross 1993 dalam Sony Yuwono dkk 2006, manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut :
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi
kepuasan kepada pelanggan. 2.
Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
– rantai pelanggan dan pemasok internal. 3.
Mengindentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya – upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut reduction of waste
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi
lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi. 5.
Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
“reward”.
D. Prinsip – prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja
Menurut Indra 2006: 276, prinsip – prinsip pemilihan ukuran kinerja
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 1. Prinsip
– prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja 1.
Evaluasi kembali
ukuran yang ada Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh
manajemen. Apabila skema indikator kinerja sudah tidak berfungsi, maka manajemen
akan mengembangkan skema baru. Tidak berfungsinya
skema dapat
disebabkan ketidakcocokan
logika ilmu
dengan interpretasi riilnya. Sehingga kesesuaian
ilmu pengetahuan dengan indikator kinerja akan menghasilkan interpretasi penerapan
skema indikator kinerja yang lebih tajam dan riil.
2. Mengukur
kegiatan yang penting, tidak
Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil sering diformulasikan dalam rasio
hanya hasil keuangan.
Pencapaian hasil
akan menunjukkan adanya permasalahan. Hasil
tersebut tidak dapat menunjukkan diagnosis hasil.
3. Pengukuran
harus mendorong tim kerja
yang akan mencapai tujuan
Goal-driven Team-work.
Pembagian proses pengukuran menciptakan lingkungan tim kerja yang aktivitasnya
diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi, dan hal ini adalah baik. Suatu organisasi
yang modern terlalu kompleks untuk ditangani secara menyeluruh oleh seseorang
atau suatu departemen. Agar hal ini dapat terealisasikan, sebuah tim harus bekerja
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Pengukuran
harus merupakan perangkat
yang terintegrasi,
seimbang dalam
penerapannya. Agar efektif, sistem pengukuran harus
diciptakan sebagai perangkat terintegrasi yang diperoleh dari strategi perusahaan.
Sebagian besar
perusahaan berusaha
meminimalkan biaya,
meningkatkan kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan
produksi, dan menciptakan pengembalian investasi yang wajar.
5. Pengukuran
harus memiliki
fokus eksternal
jika memungkinkan.
Ukuran internal yang umum dipakai di sebagian
besar organisasi
adalah perbandingan kinerja dari tahun ke tahun.
Suatu perbandingan tertentu dapat dilakukan ke tingkatan mikro: divisi, departemen,
kelompok, bahkan individu.
E. Siklus Pengukuran Kinerja
Menurut Indra 2006, terdapat 5 lima tahap untuk melakukan pengukuran kinerja, yaitu Penskemaan Strategi, Penciptaan Indikator,
Pengembangan Sistem Pengukuran Data, Penyempurnaan Ukuran Kinerja, dan Pengintegrasian dengan Proses Manajemen. Berikut penyajian gambaran siklus
tersebut :
Gambar 1. Siklus Pengukuran Kinerja Penskemaan
Strategi
Menciptakan Indikator
Mengembangkan Sistem
Pengukuran Data Penyempurnaan
Ukuran Integrasikan
dengan Proses Manajemen
Uraian dari siklus pengukuran kinerja adalah sebagai berikut : 1.
Perencanaan Strategi Siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses penskemaan strategik,
yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan sasaran, kebijakan, program operasional dan kegiatan aktivitas.
2. Penciptaan Indikator Kinerja
Setelah perumusan strategik, instansi pemerintahan perlu mulai menyusun dan menetapkan ukuran indikator kinerja. ada beberapa
aktivitas dari beberapa jenis program yang dilaksanaan dalam proses ini untuk menghasilkan indikator kinerja yang mudah dan sederhana, di
mana indikator kinerja berupa input, process, output, outcomes, benefit, atau impacts. Indikator ukuran yang mudah adalah untuk aktivitas yang
dapat dihitung, misalnya, jumlah klaim yang diproses. 3.
Mengembangkan Sistem pengukuran Kinerja Ada tiga kegiatan dalam tahap ini : pertama, meyakinkan keberadaan
data yang diperlukan dalam siklus pengukuran kinerja. kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia dan data yang dihimpun. Terakhir,
penggunaan data
pengukuran kinerja
yang dihimpun,
harus dipresentasikan dalam cara
– cara yang dapat dimengerti dan bermanfaat. 4.
Penyempurnaan Ukuran Pada tahap ini, pemikiran kembali atas indikator hasil outcomes dan
indikator dampak impacts menjadi lebih penting dibandingkan