c. Penutup
Secara kuantitatif,
keterlaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik pada kegiatan penutup pada pertemuan pertama
sampai dengan pertemuan terakhir apabila di rata-rata adalah 92. Keterlaksanaan tersebut termasuk dalam kategori Sangat Baik.
Pembelajaran matematika materi segitiga dengan pendekatan saintifik pada tahap penutup terlaksana dengan Sangat Baik. Seluruh
kategori yang termasuk dalam kegiatan penutup dilaksanakan oleh guru pada pertemuan pertama sampai dengan pertamuan terakhir.
Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika materi segitiga dengan menggunakan
pendekatan saintifik di kelas VII A SMP Negri 1 Berbah sudah terlaksana dengan cukup baik dari awal kegiatan sampai dengan
akhir kegiatan. Akan tetapi pada tahap menanya keterlibatan peserta didik masih belum maksimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Lusia Devi Astuti 2016. Guru kurang memberikan
dorongan kepada
peserta didik
untuk mau
mengutarakan pendapatnya
mengenai hal-hal
yang belum
diketahuinya sehingga keterlibatan peserta didik pada tahap menanya belum maksimal.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diukur menggunakan tiga instrumen. Instrumen tersebut yaitu kuesioner,
observasi dan hasil
pretest
dan
postest.
Kemampuan berpikir kritis dilihat dari kuesioner dilakukan dua kali yaitu pada awal penelitian dan akhir
penelitian. Pada kuesioner awal terdapat 10 peserta didik termasuk dalam kategori sangat kritis, 12 peserta didik termasuk dalam kategori kritis dan
10 peserta didik termasuk dalam kategori cukup kritis
tabel 4.36
. Pada kuesioner akhir terdapat 7 peserta didik yang termasuk dalam kategori
sangat kritis, 14 peserta didik termasuk dalam kategori kritis, 8 peserta didik termasuk dalam kategori cukup kritis dan 2 peserta didik termasuk
dalam kategori kurang kritis
tabel 4.36
. Rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas VII A SMP Negeri 1 Berbah untuk kuesioner awal dan akhir
sama yaitu 76. kuesioner awal dan akhir sama-sama menunjukkan kemampuan berpikir kritis kelas VII A SMP Negeri 1 Berbah termasuk
dalam kategori kritis. Selain dilihat dari kuesioner, kemampuan berpikir kritis peserta
didik dapat dilihat dari observasi selama proses penelitian berlangsung. Banyaknya peserta didik yang tergolong dalam kategori sangat tidak
kritis, kurang kritis, cukup kritis, kritis dan sangat kritis dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat berdasarkan observasi dapat
dilihat pada tabel 4.33. Sedangkan rata-rata kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Berbah dari setiap pertemuan dapat
dilihat pada tabel 4.34. Secara keseluruhan, hasil observasi kemampuan berpikir kritis peserta didik termasuk dalam kategori cukup kritis.
Kemampuan berpikir kritis dilihat dari observasi selama pembelajaran
berlangsung mengalami
perbedaan dari
setiap pertemuaannya. Pada pertemuan kedua, kemampuan berpikir kritis yang
ditunjukkan peserta didik paling tinggi dibandingkan dengan tiga pertemuan lainnya. Kemampuan berpikir kritis kelas VII A SMP Negeri
1 Berbah mengalami peningkatan pada pertemuan satu ke pertemuan dua akan tetapi mengalami penurunan dari pertemuan kedua ke pertemuan
ketiga dan keempat. Walaupun mengalami penurunan, kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pertemuan ketiga dan keempat lebih
baik dari pertemuan pertama. Melalui observasi kemampuan berpikir kritis yang dilakukan selama penelitian peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran dapat dikembangkan dengan pendekatan saintifik.
Instrumen terakhir yang digunakan peneliti dalam melihat kemampuan berpikir kritis yaitu dengan menggunakan
pretest
dan
postest.
Dilihat dari hasil
pretest,
kemampuan berpikir kritis seluruh peserta didik kelas VII A SMP Negeri 1 Berbah termasuk dalam kategori
sangat tidak kritis. Rata-rata kemampuan berpikir kritis dilihat dari hasil
pretest
peserta didik hanya mencapai 17. Sedangkan dilihat dari hasil
postest
, terdapat 3 peserta didik termasuk dalam kategori kurang kritis dan 28 peserta didik termasuk dalam kategori sangat tidak kritis. Rata-
rata keampuan berpikir kritis dilihat dari hasil
postest
mencapai 23. Walaupun mengalami peningkatan rata-rata, kemampuan berpikir kritis
peserta didik kelas VII A SMP Negeri 1 Berbah termasuk dalam kategori sangat tidak kritis.
Apabila dilihat secara keseluruhan, kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII A SMP Negeri 1 Berbah termasuk dalam kategori
yang berbeda-beda.
Instrumen kuesioner
menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis peserta didik termasuk dalam kategori kritis, instrumen observasi menunjukkan kemampuan berpikir kritis peserta
didik termasuk dalam kategori cukup kritis, sedangkan instrumen
pretest
dan
postest
menunjukkan kemampuan berpikir kritis peserta didik termasuk dalam kategori sangat tidak kritis. Dalam hal ini, peneliti tidak
dapat menggabungkan atau membuat rata-rata hasil kemampuan berpikir kritis dari ketiga instrumen dikarenakan hasil yang diperoleh dari ketiga
instrumen tersebut berbeda. Hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis baik awal maupun akhir
yang diisi oleh peserta didik termasuk dalam kategori kritis. Hasil tersebut berbeda dengan hasil kemampuan berpikir kritis yang diperoleh
dari instrumen observasi,
pretest
dan
postest
. Salah satu yang mungkin menyebabkan hasil kuesioner berbeda dengan instrumen lain yaitu
subjektivitas dari peserta didik yang tinggi dalam mengisi kuesioner tersebut sehingga hasil dari kemampuan berpikirnya juga baik.
Berdasarkan hasil pengamatan, indikator yang masih belum terlaksana dengan optimal yaitu memberikan penjelasan lanjut dan menentukan
nilai pertimbangan atau argumen. Memberikan penjelasan lanjut yang
dimaksudkan yaitu peserta didik menghitung kembali kesesuaian jawaban dengan data yang diperoleh sedangkan menentukan nilai
pertimbangan atau argumen yaitu mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari guru, teman dan sumber belajar lainnya serta menyusun
langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut yang mungkin kurang dilihat pengamat sehingga terdapat
perbedaan pada hasil kuesioner. Sedangkan dilihat dari hasil
pretest
dan
postest
kemampuan berpikir kritis peserta didik termasuk dalam kategori sangat tidak kritis. Hal ini dikarenakan sebagian besar peserta didik tidak
menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan, kesimpulan dan tidak membuat model matematika dari soal yang diberikan. Melihat fakta
dilapangan selama penelitian, peneliti tidak melihat bahwa guru membiasakan peserta didiknya untuk menyelesaikan permasalahan
dengan menuliskan hal-hal tersebut sehingga peneliti tidak bisa mengatakan peserta didik kelas VII A sangat tidak kritis walaupun hasil
kemampuan berpikir kritis berdasarkan
pretest
dan
postest
termasuk dalam kategori tersebut.
Indikator kemampuan berpikir kritis yang telah dicapai oleh peserta didik dari observasi yaitu berusaha mengenal masalah yang dihadapkan,
bersifat terbuka dan mencari pandangan-pandangan atau cara-cara lain untuk memecahkan masalah, menganalisis data atau asumsi dan menarik
kesimpulan sedangkan dilihat dari
pretest
dan
postest
indikator yang tercapai yaitu bersifat terbuka dan mencari pandangan-pandangan atau
cara-cara lain untuk memecahkan masalah dan menganalisis data atau asumsi. Berdasarkan kedua instrumen tersebut, terdapat dua indikator
yang tercapai di keduanya baik dari observasi maupun
pretest
dan
postest
. Dua indikator tersebut yaitu bersifat terbuka dan mencari pandangan-pandangan atau cara-cara lain untuk memecahkan masalah
dan menganalisis data atau asumsi. Dari enam indikator berpikir kritis, peserta didik baru mencapai dua indikator sehingga peneliti mengambil
kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII A SMP Negeri 1 Berbah termasuk dalam kategori kurang kritis. Peneliti
mengambil kesimpulan tersebut berdasarkan hasil observasi dan hasil
pretest
dan
postest
. Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan berpikir kritis
rendah yaitu peserta didik tidak dibiasakan menuliskan apa yang mereka ketahui sehingga kemampuan berpikir kritis yang dimiliki tidak terasah
dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan yang dijelaskan oleh R. Rosnawati 2012 bahwa kemampuan berpikir kritis jarang mendapat
perhatian dari para guru. Seperti ketrampilan yang lain, dalam ketrampilan berpikir peserta didik perlu mengulang untuk melatihnya
walaupun sebenarnya kemampuan ketrampilan ini sudah menjadi bagian dalam cara berpikirnya.
Berdasarkan observasi,
pembelajaran matematika
dengan pendekatan saintifik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik melatih peserta
didik untuk mau berdiskusi memecahkan suatu permasalahan yang diberikan dengan kelompoknya. Hal-hal yang dilakukan peserta didik
dalam berdiskusi seperti berpendapat, mencari cara untuk memecahkan suatu permasalahan dan mencari informasi-informasi yang dibutuhkan
dalam memecahkan masalah dapat membiasakan peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain dibiasakan untuk terlibat aktif
dalam pembelajaran, peserta didik dilatih untuk berusaha mengetahi apa yang diketahui dan ditanyakan dari suatu permasalahan matematika yang
diberikan sehingga peserta didik dapat menyusun langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan matematika samapi
dengan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. Kegiatan yang disebutkan di atas membantu peserta didik untuk mau berpikir dalam
memecahkan suatu permasalahan.
3. Hasil Belajar Peserta Didik